Selasa, 20 Desember 2011

Two Golden Hour

Berhubung nulis tesis (kalo di Indonesia namanya disertasi, tapi kok kesannya serem banget) rada seret, maka waktu ada seminar bagaimana menulis yang produktif, saya dengan semangat empat lima mengikutinya dengan seksama.

Salah satu poin penting yang disampaikan pembicara adalah two golden hour. Maksudnya adalah kalo mau produktif menulis beneran, maka luangkan waktumu dua jam saja dalam sehari untuk menulis, tanpa diserati gangguan macam-macam misalnya cari informasi di google, ngecek email, buat panggilan telpon, sms-an, chatting, buka FB, nulis blog (tau aja nih pembicara!), dan sejenisnya. Ingat, dua jam saja dalam sehari, maka tesis akan lancar jaya. Wah, pantesan kok proses penulisan saya rada seret, lha saya kalo nulis dan mentok dikit langsung iseng-iseng cari berita gosip di detik.com (kan calon PhD perlu tau juga apa si Dani Ahmad kawin lagi!), atau ngecek milis yang emailnya membanjir, buka FB (tapi sekarang udah jarang, rada membosankan), atau baca berita bola di soccernet.com, berita NBA di espn.com, dst.

Oke, kemarin hari Senin saya mulai praktek two golden hour ini. Berhubung saya barusan selesai ngumpulin data, maka saya bukannya nulis tesis tapi me-refresh kembali pengolahan data statistik. Saya bawa buku Elementary Statistics, karya Robert Johnson (btw, ini buku rekomended buat me-refresh kembali statistik, siapa tau Anda sudah banyak lupa, soalnya bukunya enak dibaca, gak rumit). Saya sengaja tidak ke meja kerja saya (tiap calon PhD dapet satu cubicle di school masing-masing), saya sengaja meluncur ke perpus yang sekarang sepi nyenyet karena lagi liburan semester.

Niat saya: mau dua jam nonstop baca buku itu, tanpa terganggu kegiatan gak produktif seperti yang saya sebutkan di atas. Saya sengaja cari tempat di pojokan, yang jarang orang lewat. Segera saya duduk, dan membuka bab pertama. Seperempat jam pertama, lancar jaya. Terus berikutnya saya lihat sekeliling ruangan, wah ada puluhan komputer dengan layar 20 inci yang menunggu dengan harap-harap cemas untuk dibuka di ruangan besar ini (kalo hari biasa semua komputer biasanya terpakai para mahasiswa). Hm, sangat menggoda nih, inget hari ini belum ngecek email, takutnya ada email penting (padahal biasanya juga gak ada, kan libur semester!). Cocok nih pagi-pagi buka soccernet, siapa tahu MU kalah lagi.

Tapi dengan tekad baja, saya kuatkan untuk melewati godaan setan yang terkutuk tadi. Tidak! Kamu harus konsentrasi! Demikian kata malaikat sebelah kanan saya, sementara setan sebelah kiri dengan tombak merah (kayak di komik) bilang, 'alah buka sebentar aja, kasihan MU menang, kok berita gak dibaca!'. Gimana kalo ternyata Barcelona kalah dan Real Madrid menang? Gimana kalo ternyata Nunun melarikan diri lagi? Siapa sekarang pacarnya si Ayu Ting-Ting? Waduuh.. Tapi, para setan berhasil saya kalahkan! Saya tetap bergeming tidak beranjak dari tempat di pojokan yang tanpa komputer itu.

Setelah saya kuatkan niat, saya lanjutkan lagi membaca buku statistik. Berhasil, saya membaca setengah jam tanpa jeda, sebuah rekor! Hore! Nyaris satu jam terlewati dengan tabahnya, saya lalu ingat anak istri yang lagi pulang ke Jawa. Lagi ngapain ya mereka? Apa mereka sedang makan enek-enak di Soto Haji Mamat, sementara saya merana sendirina di sini? Tapi saya kan bertekad tidak akan sms mereka? Kembali si setan bilang, coba aja pakai whatsapp (nama program chatting gratisan), kan gak bayar ini! Wah, kali ini setannya menang, lagipula kabar anak istri kan penting (sebuah pembenaran!). Ya udah chatting sebentar nanyain kabar. Saya liat seperampat jam hilang gara-gara chatting.

Berikutnya saya kuat-kuatin lagi memenuhi kuota two golden hour ini. Akhirnya saya berhasil juga menahan hawa nafsu tidak ter-distracted selama dua jam (kecuali chattting sama keluarga yang tadi). memang lumayan ternyata. Kalo konsentrasi full, jadi produktif. Bayangin buku statistik yang tadi tebalnya total 742 halaman (cocok buat ngelempar kucing), bisa terbaca sebanyak 325 halaman, hebat gak?

Jadi saudara-saudara, bila Anda mau produktif, cobalah dua jam aja Anda kerja terus tanpa diselingi godaan-godaan tadi, niscaya Anda akan memenuhi target!. Beneran!

Jumat, 16 Desember 2011

Buat Anda Yang Penasaran: Sekolah SD di Australia (2)

Sebelum saya lupa, saya perlu ceritakan mengenai pelajaran bahasa inggris di sekolah sini buat anak yang tidak berbahasa inggris. Menagapa saya tau ini, karena sekitar dua minggu yang lalu kami, sebagai orangtua anak yang tidak berbahasa inggris di rumahnya (di sini dikenal sebagai murid ESL alias English as Second Language), dipanggil oleh pihak SD Victoria Park untuk diberi penerangan mengenai penilaian pelajaran bahasa ingris di rapor sekolah. Ini juga perlu saya tulis karena waktu pulang kemarin dulu ke indo saya pernah ditanya orang yang akan mendapatkan beasiswa di sini dan bingung bagaimana nanti sekolah anak-anaknya.

Rupanya, berdasar keterangan pihak sekolah, anak ESL setelah beberapa hari di sekolahnya, akan dinilai olah pihak sekolah dan akan dikelompokkan menjadi tiga. Yang pertama adalah yang bahasa inggrisnya masih jauh dari harapan, sehingga menyulitkan si anak dalam kegiatan belajar mengajar. Murid yang masuk dalam kategori ini akan dipindahkan dari sekolah reguler dan dimasukkan ke dalam sekolah khusus buat belajar bahasa inggris dulu, jadi dia tidak dicampur dengan kelas biasa. Biasanya sekolah ESL ini lokasinya berbeda dengan sekolah yang biasa, karena memang tujuannya khusus; jadi si anak harus pindah sekolah ke sekolah ESL itu.

Kelompok yang kedua, yang bahasa inggrisnya sudah lumayan, tetap bersekolah di SD biasa, hanya dia secara berkala masuk ke kelas khusus bahasa inggris, misalnya seminggu dua kali selama masing-masing 1.5 jam. Sehari-hari si murid tetap belajar di kelasnya yang reguler, lalu pas jam ESL dia keluar dari kelas dan dikumpulin dengan teman-teman yang lain untuk belajar bahasa, lokasinya ya masih di sekolahnya, cuman beda ruangan aja.

Kelompok yang ketiga, yang bahasa inggrisnya udah jago, misalnya dari negara yang dari sononya belajar bahasa inggris, seperti Pakistan atau Bangladesh, tidak perlu ngikut sekolah ESL, statusnya 'disamakan' dengan anak-anak sini.

Selain perlakuan terhadap murid ESL ini berbeda, rapornya ternyata juga berbeda. Kalau di murid biasa, nilanya ada pada writing, speaking, listening, sama reading. Kalau anak ESL rapornya ditambah satu lagi yang menilai kemajuan yang didapatkan. Nilai inggris untuk ESL selain yang biasa di atas tadi, diberi level-level sesuai dengan kemajuannya. Levelnya dari 1 sampai 8; makin besar nilainya makin bagus. Misalnya range nilai 7 sampai 8 artinya anak sudah kompeten, nilai 5 sampai 6 artinya sudah functioning, nilai 3 sampai 4 artinya developing, sedang nilai 1-2 ya artinya masih malu-maluin!

Demikian kira-kira, buat yang penasaran...

Kamis, 15 Desember 2011

Buat Anda Yang Penasaran: Sekolah SD di Australia

Penasaran mengapa Aby bisa membuat karangan yang rada lumayan (sebuah pandangan yang rada-rada subjektif), saya membolak-balik buku-buku Aby yang sudah dikembalikan menjelang berakhirnya tahun ajaran. Kira-kira beginilah penjelasannya, siapa tahu bisa membuka wawasan Anda mengenai apa dan bagaimana sekolah dasar di Perth sini khususnya, dan Australi pada umumnya (barangkali!).

Pelajaran bahasa (Inggris) di sini kelihatannya menekankan pada bagaimana menggunakan bahasa dalam berkomunikasi, bukan ilmu mengenai apa bahasa itu. Bingung? Contohnya gini, waktu saya SD jaman dulu (gak tau mungkin sekarang kurikulum udah berubah, tapi saya gak yakin), waktu pelajaran bahasa Indonesia, kita disibukkan dengan pengetahuan mengenai apa-nya, misalnya dulu suruh ngapalin bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat sepuluh jenis kata, yaitu kata sifat, kata depan, kata keterangan, dsb (tuh, saking hapalnya saya masih ingat beberapa!). Terus definisi dan macam-macam peribahasa, misalnya metafora berarti menggambarkan sesuatu dengan benda yang lain, hiperbola berarti menggambarkan sesuatu dengan berlebih-lebihan, dst.

Di Ostrali sini, belajar bahasa berarti belajar memakai bahasa untuk komunikasi. Ada reading, listening, writing, speaking. Berhubung topiknya sekarang writing (topik lain nanti menyusul), maka saya cerita dulu tentang menulis ini. Saya ingat dulu kalau pelajaran menulis, jaman dulu namanya pelajaran 'mengarang', waktu SD kita tidak pernah diberikan penjelasan mengenai struktur tulisan yang benar (atau waktu itu saya gak perhatiin ya?). Palingan dulu kelas 4 SD saya diajarin menulis surat ijin sama mengarang bebas (yang 99% murid akan memulai cerita dengan 'pada suatu hari ...'). Begitu Pak Guru ngumumin bahwa topik hari ini adalah 'mengarang' maka sontak terdengar: 'waduuhh..' atau 'huuu..'. Mengarang kelihatannya sulit karena kayaknya sang guru sendiri tidak mengajarinya dengan benar, atau memang malah gurunya sendiri gak tau cara ngarang yang benar! (wah, dosa nih!).

Kalau di sekolah Aby sini, saya lihat sudah diajarin berbagai macam karangan. Ada yang bersifat recount alias menulis apa yang sudah terjadi. Misalnya si murid disuruh menulis mengenai pengalaman liburan atau hasil study trip (waktu itu si Aby ada jalan-jalan ke perkampungan Aborigin). Di pelajaran itu ditunjukkan bagaimana menerangkan peristiwanya apa, di mana, siapa peserta, dan bagaimana kesan si murid. Kemudian tulisan si murid diserahkan ke guru, dan gurunya mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi (contohnya lihat tulisan pertama Aby di entri sebelumnya).

Kemudian ada lagi tulisan yang bersifat argumentatif. Si murid disuruh berpendapat mana yang terbaik di antara dua alternatif yang disediakan, lalu mengemukakan alasan-alasannya. Topiknya sih sederhana, misalnya adalah mana yang lebih baik memelihara kucing apa anjing, dan lalu disuruh menjelaskan argumentasinya, lalu ditutup dengan kesimpulan. Saya ingat dulu pelajaran tulisan argumentasi ini saya pelajari kelas satu SMP!

Ada lagi yang bersifat persuasif, di mana si murid disuruh membuat tulisan bernada himbauan, tentu dengan alasan yang jelas. Saya lihat di buku Aby ada tugas membuat himbauan mengenai 'mengapa kalau anak main di halaman sekolah harus pakai topi'. Sekali lagi topiknya sederhana, tapi membuat anak terbiasa menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.

Nah yang menarik adalah tulisan mengarang bebas, alias fiksi. Di situ ditunjukkan bagaimana membuat kalimat pembuka (hook), yang membuat orang tertarik membacanya, kemudian deskripsi mengenai tokoh utama dan tokoh sampingan, kemudian problemnya apa, cara mengatasinya bagaimana, dan ending-nya seperti apa. Menarik sekali. Bayangin dulu waktu pelajaran mengenai fiksi waktu SMP, saya malah disuruh menghapalkan nama-nama penyair pujangga baru dan lama, berikut nama-nama tokoh dalam cerita Siti Nurbaya, Salah Asuhan, dsb. Bukannya membuat cerpen atau gimana. Waduh...

Makanya saya tidak heran kalau anak sini sampai para mahasiswa begitu lihai membuat tulisan (baik ilmiah maupun bukan), karena dibiasakan sejak kecil. Bandingkan dengan mahasiswa Indonesia yang tulisan ilmiah pertamanya (dan kemungkinan terakhirnya) adalah menulis skripsi sebagai tugas akhir kuliah S1!

Anda setuju?

Aby Setahun Belajar

Kadang-kadang saya penasaran apa sih yang dipelajari Aby selama setahun sekolah ini? Maklum saya kan sibuk sebagai PhD candidate (halah!). Nah, waktu di akhir tahun, semua buku Aby yang selama ini ada di sekolah, dikembalikan semua karena tahun pelajaran sudah hampir berakhir. Nah, ini kesempatan untuk menyelidiki apa saja yang telah dipelajari di sekolah.

Salah satunya adalah pelajaran writing Aby. Beginilah hasil karya dia waktu baru tiga hari masuk sekolah (catatan tulisan tangan dan paraf di bawahnya adalah komentar dari bu gurunya):



Dan inilah hasil karya dia setelah nyaris setahun sekolah dalam pelajaran mengarang bebas:



Setelah saya lihat-lihat, kok banyak juga ya kemajuannya? Yang pasti pandangan saya sangatlah subjektif sebagai orangtua yang pasti menilai karya anaknya sebagai yang terbaik, tapi saya lihat kok ya lumayan juga ya? Saya jadi bertanya-tanya mengapa anak kelas 4 SD bisa membuat karangan seperti itu (dalam bahasa inggris lho ya!).

Jawabannya ada pada entri-entri selanjutnya, sementara boleh Anda baca karangan Aby yang kedua tadi, siapa tau Anda sendiri belum tentu bisa membuatnya (hahaha!)

Minggu, 04 Desember 2011

Pak Tua Hyundai Berulah

Tak terasa si mobil tua kesayangan saya sudah nyaris setahun menemani hari-hari penuh perjuangan di sini (halah!). Setelah dengan setia mengantar kami kemana-mana, akhirnya beliau rusak juga, padahal biasanya gak pernah. Bayangin, selama nyaris setahun, saya baru ganti oli sekali, karena jarak tempuh saya yang tidak banyak itu. Eh, kemarin dulu ujug-ujug kalo mau pindah gigi nggereng dulu, wah transmisi gak beres nih, bahkan diajak gigi mundur pun gak mau.

Langsung saya bawa ke bengkel milik orang Indonesia (ada tiga di Perth sini, jadi aman). Bener, ternyata girboksnya mesti diganti. Weleh-weleh, saya udah hampir 20 tahun nyetir di mana-mana, baru kali ini ngalamin girboks rusak, apa gara-gara ini mobil buatan Korea?

Pertama saya usulan sama bengkel, gimana kalo dibetulin aja tuh girboks pakai kanibal girboks lain? Ternyata katanya di sini gasketnya (itu loh karton yang jadi pembatas komponen, packingnya) susah dicari, malah mahal karena di sini tidak musim jualan gasket. Ya udah terpaksa deh cari girboks bekas. Karena tau harga girboks mahal, maka saya sama bengkel disuruh cari sendiri, biar tau. Tempat jualan onderdal protolan di sini namanya wreckers (wreck=rusak). Saya nelpon satu persatu, nomer didapat dari internet:

Wrecker #1
Saya: Halo, ini wrecker A?
Jawab: ya betul, cari apa? (wah, nadanya kok kurang ramah, khas orang lapangan)
T : Saya cari girboks Hyundai 1997 otomatis. Punya gak?
J: Ada nih, harganya $600?
T: Waduh, bisa ditawar gak?
J : Goodbye! (Halah, jualan galak amat!)

Ya udah, saya coba alamat lain lagi, wrecker #2
T: Saya cari girboks Hyundai dst.dst
J: Harganya $900
T: Waduh mahal amat? (Pakai gaya Jawa siapa tau dia bilang ‘bisa ditawar kok’)
J: Goodbye! (Walah, dua kali di-goodbye, kurang asem!)

Pantang menyerah, saya coba alamat lain lagi, wrecker #3
T: Halo, punya girboks dst.dst (langsung aja, tanpa basa-basi)
J: Ada nih, harganya $650
T: Kalo $350 bisa gak? (langsung nawar, takut di-goodbye lagi)
J: Gak bisa. Have a nice day! (weleh-weleh, ini orang pada jual mahal amat yak?)

Akhirnya setelah nelpon tujuh kali, didapet harganya $400, ongkos pasang $300, total $700. Padahal dulu harga mobilnya Cuma $1700, berarti ganti girboks ongkosnya lebih dari sepertiga harga mobil! Mantaps…

Sembari lihat-lihat alamat wreckers di internet, ternyata mobil yang gak jalan dan mau dijual satu bodi utuh berikut semua onderdilnya palingan harganya $200-$300 saja. Jadi rupanya si pedagang onderdil bekas itu belinya dari mobil-mobil rongsokan ini, terus diambil satu persatu onderdil yang bisa dipreteli lalu dijual ketengan, misalnya pintunya, atau staternya, atau lampunya dst. Mengapa harga ketengan mahal, yak arena ongkos bongkarnya yang mahal! Padahal para mobil rongsokan itu masih muda-muda lho menurut ukuran Indo, palingan di atas tahun 1990-an, alias belum 20 tahun yang lalu yang kalo di kita masih bersliweran dengan tenangnya!

Senin, 28 November 2011

Teori Satu Paket

Saya punya teori baru, namanya teori satu paket. Artinya adalah bahwa orang harus menerima suatu keadaan sebagai satu kesatuan (agak bingung gak sih?). Maksudnya gini: kalau mau menerima sesuatu yang positif, ya orang harus juga mau menerima efek negatifnya kalo ada. Banyak orang kita yang tidak mau menerima 'satu paket' ini, sehingga keadaan yang diinginkan tidak akan terjadi. Contohnya kita mau jadi negara maju, tapi kita tidak mau disiplin antre waktu beli karcis bioskop misalnya. Atau mau negara kita menjalankan hukum dengan setaat-taatnya, tapi ketika ditangkap polisi ketika Anda melanggar lampu merah, malah berusaha bagaimana supaya bisa 'damai' saja. Atau Anda mau jadi PhD tapi malas baca jurnal, malah rajin buka FB atau nulis blog (halah!).

Lalu apa maksudnya saya nulis ini? Ya tentu saja hidup di Aussie sini juga harus satu paket! Misalnya mengenai sekolah Aby. Banyak kelebihan sekolah di sini, misalnya si Aby sekarang udah lancar ngomong Inggris padahal saya gak pernah ngajarin. Atau dapat perawatan gigi gratis, misalnya. Lalu apa negatifnya?

Pada suatu hari si Aby pulang sekolah membawa undangan buat para murid bahwa akan diadakan 'disco night' di sekolahnya. Hah, anak SD diajarin disko secara resmi? Yang bener aja? Lha bapaknya aja, yang udah kepala empat, pergi ke diskotek (wah, ini istilah jadul banget!) bisa dihitung dengan jari, malah ini anak SD mau diajak jingkrak-jingkrak ala neolib? Weleh-weleh... Tidak lupa pula di undangan ditulis bahwa akan disewa juga DJ profesional untuk memandu disko itu. Waktu: Jumat, jam 19 sampai selesai. Tema: alien life. Tempat: aula sekolah. Biaya $7.5.

Waduh, gimana nih? Lha dulu di sekolah yang lama di Indo diajarin cara sholat berjamaah dan manasik haji, lha kok di sini malah belajar disko? Tapi setelah ditimbang-timbang, dan juga saya sebagai penganut teori satu paket itu, akhirnya setuju untuk memberangkatkan Aby ke pesta itu. Pertimbangannya adalah pasti ini gak ada negatifnya wong yang mengkoordinir adalah guru-gurunya sendiri.

Tepat pada hari H-nya, pergilah si Aby ke disco night itu, tentu dianter ortunya. Nyampai di tempat, ternyata aula sudah diberi penutup hitam, dengan gerbang masuk seperti pintu ke angkasa luar (bisa bayangin gak?). Bagitu kami masuk ke dalem (orangtua boleh masuk), ternyata ruangan gelap gulita, hanya diterangi lampu disko yang muter-muter terus musik yang berdentam-dentam dimainkan oleh DJ (model baru) yang memainkan musik dari komputer, bukan PH kayak jama bapaknya dulu. Para peserta semua diberi bando alien yang ada lampunya di ujung pentulnya. Tentu saja para diskoer kecil-kecil itu pada jingkrak-jingkrak gak karusan ngikutin musik. Lagunya baru-baru macam Justin Beiber dan Katy Perry, yang saya blas gak familier (tapi ternyata ada juga selipan dua lagu yang saya tau: macarena sama la bamba!). Ada juga game-game kecil yang dibawain DJ-nya. Saya lihat sih semua anak menikmati dengan asyiknya...

Jadi ya begitulah rupanya teori satu paket itu berlaku. Ternyata ya tidak jelek-jelek amat, tidak ada efek negatifnya (sekarang tentu saja, gak tau nanti). Yang pasti saya jadi tahu bahwa pantesan banyak orang bule suka jingkrak-jingkrak di kafe-kafe, lha dari kecilnya udah diajarin! Lha kalo disko bagi orang kita yang jelas gak cocok, karena memang bukan budaya kita, buktinya waktu kecil kita gak diajarain!

Minggu, 30 Oktober 2011

Cerita Minyak Kayu Putih

Anda masih ingat kisah pisang seharga $242 karena tidak di-declare waktu masuk Australia?

Nah, ceritanya kemarin dulu saya pulang dari Indonesia sehabis riset (mengenai riset saya tulis kapan-kapan aja ya, kayaknya terlalu teknis). Mengingat bahwa imigrasi sini ketat perihal barang bawaan, maka saya declare semua barang yang "mencurigakan" daripada terkena sanksi gak masuk akal! Maka waktu ada pertanyaan 'apa Anda membawa makanan?' Saya jawab 'ya' karena saya membawa empat toples makanan lebaran (rada telat) titipan istri. Kemudian saya jawab juga 'ya' untuk pertanyaan apa saya membawa obat-obatan, karena saya memang membawa minyak kayu putih cap L***, obat gosok Vi**s, dan obat gosok anti pegel Count******n.

Sesudah paspor diperiksa dan oke, maka seperti biasa langsung ikut antri panjang berbentuk ular berkelok-kelok. Mana bagasi saya gede banget, sebuah kopor ukuran 28 seberat 35kg dan anaknya ukuran 20 yang isinya kertas riset saya (sumpah berat banget!). Saya perkirakan butuh waktu lebih dari satu jam untuk mengklirkan barang ini, soalnya semua tas harus masuk trowongan dan koper pada dibuka kalo ada penumpang yang men-declare sesuatu.

Waktu lagi antre paling belakang, ada petugas ngeliat kartu kedatangan saya yang berisi daftar declare tersebut. Dia melihat jawaban 'ya' untuk makanan dan nanya apa makanan itu. Saya mau jawab 'kue lebaran' tapi saya gak ngerti apa bahasa inggrisnya kue lebaran, maka saya jawab 'cookies'. Dia nanya lagi: cuma itu doang? Ya iyalah mbak, saya jawab, masak bohong. Terus dia nanya lagi 'obat apaan yang kamu bawa?'. Saya jawab (wah saya gak ngerti bahasa inggrisnya minyak kayu putih sama obat gosok!): itu obat-obtan pribadi, beli di apotek, bukan obat resep!

Terus dia nyuruh saya keluar dari antrean yang panjang itu, dan menunjuk satu pintu terus bilang 'kamu ikutin pintu itu!'. Waduh, apaan nih, apa saya mau didenda karena bawa balsem? Ternyata saudara-saudara, begitu saya masukin pintu itu, ternyata saya udah keluar dari bandara! Artinya, barang saya tidak diperiksa sama sekali, jangankan dibuka, masuk terowongan scan aja gak! Lumayan, yang tadinya antre saya perkirakan lebih dari satu jam, ternyata gak saya lewatin, dan cuman makan waktu kurang dari dua menit untuk keluar!

Berita baiknya: saya cepet banget keluarnya, sambil diikutin beberapa mata penumpang lain yang antre dengan siriknya!
Berita buruknya: keluarga yang njemput saya belum dateng, karena saya kecepetan!

Pikiran nakal: seandainya waktu itu saya bawa narkoba, apa gak slamet tuh, nenteng narkoba ke Australia?

Minggu, 21 Agustus 2011

Jadi Sopi Taksi

Temen saya Luis yang orang Filipina itu, rencananya mau pulang riset ke negaranya hari Minggu kemarin. Eh, ujug-ujug dia Minggu siang ngirim SMS ke saya begini:

Hi Budi! Are you doing anything tonight at 9pm? I was thinking maybe you can take me to the airport and I’ll give you $30 taxi fare instead of giving it to the taxi driver. Thanks!

Ha? Si Luis temen saya pingin mbayarin saya untuk nganter dia ke airport? Gak salah nih? Kalo di Indonesia, yang namanya temen pasti cuman akan bilang: tolong dong gua dianter ke bandara, mau pulang nih. Dan tentunya gratis, wong namanya temen, lagian saya udah kenal dia lama banget, sejak kita datang pertama, dan biasanya juga kita makan siang bareng seminggu sekali di lapangan deket perpus tiap Jumat sebelum saya Jumatan (dia gak Jumatan tentu saja). Lagipula bandara deket, palingan cuma 15 kilo dari rumah. Rumah si Luis juga palingan 3 kilo dari rumah saya.

Ya sudah, jam 9 malem saya meluncur ke rumah dia, terus ke bandara dan pulang lagi. Total waktu satu jam udah nyampai rumah lagi. Lalu apakah ‘honor’ $30 dolar dari dia saya terima? Lha ya tentu saja, kan kita hidup ala orang bule, gak boleh ngerepotin orang lain! (Kalo saya bayangin di Indonesia, waktu disodorin uang gitu terus kita ‘pura-pura’nolak sambil bilang gak usah, gak usah...). Berhubung di sini, ya ho’oh aja, lumayan, kerja satu jam dapet 30 dolar, pas buat bayar zakat fitrah kita bertiga (di sini zakat seorangnya 10 dolar).

Mudah-mudahan si Luis sering pulang pergi Australia-Filipina!

Selasa, 16 Agustus 2011

Ternyata Masih Ada Yang Gratis

Setelah mandapati fakta bahwa sekolah gratis itu bukan gratis 100% (lihat entri sebelumnya), ternyata di sini masih ada yang gratis, yakni dokter gigi!

Rupanya di tiap sekolah, ada program pemeriksaan gigi gratis. Nah, sesuai dengan appointment yang dibikinkan oleh pihak sekolah, Aby mendapatkan giliran untuk diperiksa minggu lalu. Berangkatlah kami ke klinik gigi yang kayak aula besar dengan puluhan kursi gigi. Nyampai di sana, ternyata memang banyak anak sekolah yang lagi diperiksa. Herannya, anak-anak sini, baik yang bule maupun bukan, pada riang-riang aja menuju ke ruang praktek gigi tersebut, tidak ada yang nangis ataupun mengkeret. Bandingkan dengan kita di Indonesia, walaupun udah bangkotan tetap aja ngeri ke dokter gigi. Mungkin karena di Australia sini dari kecil udah dibiasain ke dokter gigi, jadi gak ada sedikitpun kengerian nampak di muka mereka (ya ampun gaya bahasanya!). Bahkan hampir semua anak masuk ke ruang perawatan tanpa didampingi orangtua sama sekali, mereka nunggu di ruang tunggu!

Berhubung Aby baru pertama kali ke dokter gigi situ, ya terpaksa emaknya yang nemenin. Setelah kira-kira setengah jam, mereka keluar dengan hasil yang rada gaswat: rupanya banyak gigi Aby yang pada bolong dan gak bener. Dia disuruh gosok gigi dengan benar, ada gigi yang mesti dicabutlah, gak boleh makan ini itu dan seterusnya.

Terpaksa Aby dibuatkan appointment baru untuk pertemuan berikutnya. Bukan hanya satu pertemuan, tapi sekaligus empat pertemuan di muka, dengan selang antara satu sampai dua minggu! Waduh…

Berita baiknya adalah: semua pertemuan dengan dokter gigi itu tidak satu dollar pun dipungut biaya. Bahkan ada temen sekolah Aby yang dari Indonesia juga, karena giginya berantakan, sampai harus ketemu drg sebanyak sepuluh kali! Gak tau nanti apakah setelah empat kali ketemu, si Aby masih perlu ketemu lagi. Kenapa drg gratis ini baik, karena kalo membayar sendiri dokter gigi, mahalnya nauzubilahimindalik. Ada temen bule saya, Douglas namanya, pernah cabut gigi di sini, dua gigi ongkosnya lebih dari 500 dolar! Bayangin, kalo bisa ketemu doker gigi sepuluh kali tanpa bayar, minimal hemat 10 kali 100 dolar sama dengan seribu dollar! Nah, lumayan kan…

Beritu buruknya adalah: apa gunanya periksa gigi gratis, mendingan gak usah periksa tapi gigi sehat walafiat, ya gak? Soalnya walaupun gratis, tetep aja diperiksa gigi itu sakit buanget kan?

Selasa, 09 Agustus 2011

Cas-cis-cus

Dua hari lalu saya ke kantor Garuda Indonesia buat beli tiket anak istri pulang ke Indonesia dalam rangka liburan sekolah (saya gak ikut pulang). Nyampai di Garuda, lalu menunggu dipanggil mbak-mbak penjaga konter. Biasanya yang jaga konter di situ adalah dua orang cewek bule, tapi kali ini satu bule dan satu wanita yang berkulit putih rambut lurus tapi bukan bule, yang pasti turunan Asia. Saya tebak-tebakan sama istri, hayo itu orang Indonesia bukan? Soalnya kalo dilayanin sama orang Indonesia, rasanya nyantai gitu, ngobrol pakai bahasa sendiri dan bisa becanda-canda.

Waktu dipanggil, nama si mbaknya ternyata ‘Regina’ sebuah nama generik yang tidak bisa mengungkapkan apa dia Indo apa bukan (lain soal kalau namanya ‘Endang’ atau ‘Rahayu’ yang dengan tanpa ragu-ragu akan kita sapa ‘Mbak, saya mau beli tiket’ gitu). Saya tunggu sapaannya, eh ternyata dia pakai bahasa Inggris, dalam hati ‘untung tadi tidak sok akrab pakai bahasa Indo!’. Singkat cerita semua percakapan pakai bahasa Inggris, transaksi selesai, dan dia bilang besok tiket bisa diprint lewat email.

Besoknya , bener email tiket udah bisa diprint dengan selamat. Eh, begitu saya lihat pengirim ternyata nama pengirimnya adalah ‘Regina Hartono’. Waduh, ternyata si cewek kemarin orang Indonesia to, nyesel deh udah cas-cis-cus pakai bahasa Inggris!

Kamis, 28 Juli 2011

Cuci Karpet

Tadi pagi karpet saya dicuci sama tukang cuci karpet. Biasa saja sih, cuman ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik:
1. Di sini waktu ngontrak rumah diharuskan menandatangani perjanjian bahwa karpet harus dicuci sama tukang cuci khusus karpet minimal sekali setahun. Itulah sebabnya saya manggil tukang cuci karpet walaupun karpet di apartemen saya masih kinclong
2. Ternyata ongkosnya lumayan mahal yaitu $110, padahal kerjanya cuman 45 menit! Enak juga ya jadi tukang cuci karpet, bayangin kalau sehari dapet dua order aja!
3. Si pencuci karpet datang tepat waktu banget! Janji jam 8 pagi datang, jam 07.55 dia sudah nongol di parkiran. Hebat!
4. Semua dikerjain sendiri sama tukang itu, tanpa asisten. Dari nyemprot karpet, narik gulungan penyedot dari parkiran (apartemen saya di lantai dua), bersihin karpet sampai mengeringkannya. Bayangin di Indonesia, cuman bersihin satu AC aja perlu tenaga dua orang!
5. Tukang cucinya punya mobil van sendiri. Tapi memang semua tukang di sini punya mobil. Hebat kan, dari nukang bisa beli mobil. Puluhan tahun tinggal di Jakarta, saya cuman nemu si Gito tukang sayur yang bisa beli mobil, yang lainnya biasanya naik motor (Honda bebek tentunya!)
6. Tadinya saya takut dikemplang harganya, karena waktu nelpon bikin janji, saya lupa nanya tarifnya berapa. Ternyata tarifnya normal aja tuh, relatif sama dengan tarif di koran-koran!
7. Sekian!

Rabu, 27 Juli 2011

Sekolah Gratis Yang Ternyata Tidak

Waktu saya ndaftar sekolah buat Aby, dibilangin katanya sekolahnya gratis. Eh, ternyata makin ke sini makin banyak biaya yang harus saya bayar.

Misalnya ternyata waktu daftar, ada sumbangan sukarela $40 (wong sukarela kok disebutkan nominalnya!). Terus buat ekskul social dance (nari ala bule macam hip-hop, tango dsb, bukan tari tradisional macam tari pendet atau tari piring!) $30. Ada lagi buat field trip ke pertanian Aborigin $15. Buat jump, throw, run (olahraga) $30 lagi, buat foto bersama (hasilnya cuman 2 lembar foto ukuran 10R) $30 lagi, sumbangan ini itu (mothers day, bazaar, dsb. ) kira-kira $5 tiap kegiatan.

Kalo dijumblah-jembleh lumayan juga ternyata. Jadinya malah mirip Indonesia, sekolah gratis tapi banyak juga biaya buat ini itu. Untunglah di sini pertanggungjawabannya jelas, mirip kayak laporan kotak amal mesjid!

Minggu, 24 Juli 2011

Orang Australia Ternyata Hebat-Hebat

Ternyata orang Australia hebat-hebat juga ya, bisa juara Tour de France, yakni Cadel Evans yang ternyata tidak cadel, menjadi orang Australia pertama yang juara di ajang balap sepeda paling top markotop di dunia itu. Ini mah gak heran, karena memang orang sini sangat gemar naik sepeda (dan catat bahwa sepedanya bukan sepeda gunung kayak di Indonesia, melainkan sepeda balap). Kalo hari libur banyak banget yang nunggang itu sepeda balap kemana-mana, tidak ada satupun yang sepeda gunung. Bahkan calon PM yang kalah, yaitu Tony Abbott yang rada-rada mirip sama Daniel Craig si James Bond 007, sangat fanatik dengan sepada (balapnya), hingga waktu kampanye kemarin kemana-mana dibawanya si sepeda itu. Sekali lagi tidak heran akhirnya muncul juara Tour de France.

Lha yang rada heran adalah lha kok ya ada dua orang Australia yang jadi pembalap Formula Satu. Formula Satu, barangkali Anda belum pernah pikirkan, adalah olahraga sangat bergengsi di dunia yang melibatkan ratusan juta dolar, dan sangat populer, tapi dengan jumlah atlet di dunia paling sedikit, yaitu cuma 24 orang, berasal dari 12 tim. Bayangin, di dunia ini cuman ada 24 orang atletnya! Bandingin dengan olahraga bergengsi lain, misalnya golf di dunia ini atletnya ada ribuan. Atau tenis, di mana pemain dunianya berjumlah lebih dari 1000 pria dan wanita, apalagi sepakbola yang juga populer, atletnya jumlahnya ombyokan. Lha ini, atlet F-1 cuman 24 kok ya ada dua yang Australianya, yaitu Mark Webber (Red Bull, juara kedua tahun lalu), dan Riccardiao (gak tau nama lengkapnya, Hispania Racing Team, pendatang baru). Padahal letak Australia jauh dari mana-mana, kok bisa ya?

Yang rada heran lagi, banyak banget artis Hollywood yang asalnya dari Australi, misalnya Nicole Kidman, Mel Gibson, Russel Crowe, Hugh Jackman, John Travolta, Tom Cruise, Julia Roberts (eh, maaf yang dua terakhir asli Amrik ding!). Lha kok bisa orang dari benua yang jauh ini kok malang melintang di Hollywood sana, terus latihannya di mana kok bisa ngetop? Bayangin dari sekian banyak negara Eropa (belasan), siapa sih yang ngetop di Hollywood? Palingan Sean Connery atau bintang-bintang Harry Potter! Atau si Stachan jagoan botak itu?

Kembali ke olahraga. Padahal di sini olahraga yang ngetop adalah Australian football sama rugby, kok ya ada bintang NBA si Andre Bogut (Milwaukee Bucks) atau petenis Leyton Hewitt (udah mau pensiun), Samantha Stosur, atau Bernard Tomic. Tambah lagi iklim kompetisi tidaklah secanggih di Amrik yang kejuaraan tingkat High School dan universitasnya (NCAA) sangat teratur rapi. Di sini biasa aja tuh...

Kok bisa ya?

Kamis, 21 Juli 2011

Blog (dan Artikel Ilmiah) Yang Jelek

Anda pengelana blog? Sudah pernah melihat blog jelek? Kalau menurut saya blog jelek adalah blog yang isinya copy paste dari internet. Artinya si penulis buka internet, terus nemu artikel yang menarik, terus dimasukin ke blog dia. Jadinya malah kayak semacam portal, yang isinya membuka ke website/blog yang lain. Itu menurut saya lho, gak tau kalo menurut Anda, mungkin sepanjang blog-nya bermanfaat ya mau copy paste kek, mau nulis sendiri kek, ya sebodo amat. Kesimpulannya, Anda akhir-akhir ini mengikuti blog saya yang jelek, karena banyaknya artikel saya yang copy paste akhir-akhir ini!

Nah, rupanya dalam dunia sekolah yang bener (maksudnya ya sekolah cari gelar PhD kayak saya ini, halah!) ada juga tulisan/paper/makalah yang baik dan jelek. Sekarang yang jelek dulu. Yang jelek adalah yang seperti blog yang jelek tadi, kutip sana kutip sini, dengan tanpa variasi apa-apa.

Misalnya yang jelek itu gini: Menurut penelitian si Slamet (2003) kambing berbulu polos adalah yang baik. Penelitian si Bejo (2004) menyimpulkan bahwa kambing yang baik adalah yang berwarna belang. Peneliti Sugeng (2008) menyatakan bahwa kambing yang baik adalah yang bertulang besar.

Nah, jelek bukan? Membosankan, dan wagu!

Nah, rupanya tulisan akademik yang baik itu begini:

Dalam penelitiannya, Slamet (2003) menyatakan bahwa kambing yang baik adalah yang berbulu polos, sebuah pendapat yang juga dibenarkan oleh Bejo (2004), tetapi cukup berlawanan dengan hasil survey oleh Sugeng (2008). Slamet menggunakan metode penelitian yang sama yang dilakukan oleh Pak Raden (2001) yang juga mirip dengan metode yang digunakan sejak ilmu perkambingan ini dikenal tahun 1999 (Kupret). Hasil penelitian ini menariknya juga diperkuat oleh penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Unyil (2011) dengan subyek yang berjumlah banyak, yang juga menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian bersubjek sedikit yang dilakukan oleh Ucrit (2009).

Kira-kira begitulah! (Catatan tambahan: coba lihat, untuk menulis satu paragraf di atas, diperlukan tujuh referensi, yang artinya harus dibaca tujuh artikel. Bayangin kalo harus membuat disertasi 100,000 kata, berapa ratus referensi? Cuman curhat!)

Jadi, tulisan ilmiah yang berbobot selain harus original, juga apabila menggunakan sumber yang lain, harus bisa mensintesis tulisan-tulisan lain tadi, memperbandingkan, mencari kesamaan dan perbedaanya, juga mencari kelemahan dan kekuatan riset yang telah lalu, dan kemudian menyusun kalimatnya supaya menjadi lancar mengalir dan menunjukkan kedalaman pengetahuan penulisnya.

Walah!

Lalu mengapa saya menulis artikel ini? Ya, supaya buat Anda yang pingin sekolah (lagi) bisa mendapatkan sedikit gambaran gimana proses penulisan yang bener. Lalu, ini yang lebih penting, menunjukkan alasan mengapa akhir-akhir ini blog saya banyak copy paste-nya. Ya itulah, karena sekarang ini saya lagi sibuk-sibuknya mensintesis, memperbandingkan, mencari kesamaan dan perbedaanya, mencari kelemahan dan kekuatan riset yang telah lalu, dan menyusun kalimat-kalimat supaya (calon) disertasi saya jadi manstap! Jadi memang ada kendala waktu buat nulis blog yang original! Harap maklum!

Senin, 18 Juli 2011

Giliran Orang Indonesia

Supaya adil dengan entri sebelumnya, inilah tipikal orang Indonesia versi internet. (Kalo Anda tertarik dengan versi lainnya, coba google sendiri untuk bangsa lainnya. Paling pas, kalo Anda sudah pernah tinggal di Amrik, adalah tipikal orang Mexico, lumayan lucu)

Inilah orang Indonesia (terutama untuk yang pernah tinggal di LN) versi internet:

1. Your stomach growls when you don't eat rice for a day.
2. You believe kecap ABC could turn bad cooking to gourmet food.
3. You think our country is a democracy.
4. You talk during a movie.
5. You use a bucket instead of toilet paper in the bathroom.
6. You eat fried rice in the morning.
7. You prefer Versace or Moschino jeans over Gap or Levi's.
8. You don't think Jim Carrey is funny.
9. You think Onky Alexander is a hunk.
10. You think Rhoma Irama is kampungan.
11. You carry a 16 oz. jar of sambal to where ever you travel.
12. Driving a car that is cheaper than $15,000 embarrasses you.
13. You think dangdut is stupid, but listen to it anyways, because you are homesick.
14. You are willing to travel 25 miles to buy tahu and tempe.
15. You are "Dreaming of a WARM Christmas".
16. You are very good at avoiding potholes and other road hazards.
17. Your local McDonald's serves rice and sambal.
18. You think Supermi is a staple food.
19. You have ever tried passing a Rp 50 coin as a quarter in a US vending machine/pay phone.
20. You have ever successfully bribed a police officer.
21. You have ever successfully bribed a customs officer.
22. You have smuggled electronics and porn into Indonesia.
23. You do your shopping in Singapore.
24. Your drivers license claims you are 5 years older then you really are.
25. You have ever legally bought pirated software.
26. You have ever been forced to memorize UUD'45.
27. You have bought something from a barefooted street peddler.
28. You know exactly how many islands Indonesia has.
29. You have ever eaten something sold off a cart on wheels.
30. You realized that money is everything before you were six.
31. The first thing that comes to mind when hearing the word "Jakarta" is "macet".
32. Someone you know has ever ridden on top of a train.
33. Your daily commute includes thinking up new ways to ride the city bus for free.
34. You don't mind people being late.
35. You think standing in line is a waste of time.
36. You have tried every Monday of your youth trying to avoid upacara bendera.
37. You have used a mosquito repellant that looks like a coil and is lit on one end.
38. You use the terms "Ni yee", "-lah" and "Ih, jijay" on daily basis
39. You know what Pancasila is, what it means and know it by heart.
40. You complain that movies in America don't have sub-titles.
41. Your daily conversation may include enactments of TV commercials.
42. You have ever consulted a dukun.
43. Your whole class has ever cheated on a test, and gotten away with it.
44. You have ever spent the night before an exam looking for someone who sells the questions.
45. You like the smell of terasi.
46. You think the Thomas Cup is equal to the Super Bowl.
47. You can name a manufacturer of shuttlecocks/badminton birdies.
48. You have a 16' satellite dish hidden in your back yard.
49. You have ever ridden in a motor vehicle with three wheels.
50. You miss your maid during laundry day.
51. Your clothing has brand names printed on it that is visible from 50' away.
52. You attend weddings only until you are done eating.
53. You have attended weddings that you are not invited to.
54. You go to McDonald's to get your weekly supply of ketchup, salt, pepper and napkins.
55. You know more than one music group that stole the tune of Cranberries' "Zombie".
56. You have a can of Baygon on your kitchen table.
57. You make major decisions based on gengsi.
58. You take advantage of Wal-Mart's 30 days money-back-guarantee to "borrow" home appliances.
59. Someone in your family has extra pockets in his outfit to hide cookies from the all-you-can-eat bar.
60. You have paid more then $1000 to get your name on your license plate.
61. When watching TV you regularly find that all the channels broadcast the same thing.
62. You know more than 10 acronyms/abbreviations.

Tipikal Orang Australia

Saya ternyata sudah lebih dari setahun tinggal di sini. Tapi saya belum berani menjawab pertanyaan "orang Australi tuh seperti apa sih?", karena tentu saja sampel saya gak akurat alias tidak representatif, karena wilayah jelajah saya cuman Perth dan sekitarnya...

Untuk itu bagi Anda yang tertarik mengenai "kayak apanya", maka berikut adalah versi internetnya. Judulnya adalah "You know you’re Australian if …".

Silakan simak:

You know you’re Australian if:
1)You've had an argument with your mate over whether Ford or Holden makes the better car!

2) You've done the "hot sand" dance at the beach while running from the ocean back to your towel.

3) You start using words like "reckon" and "root" and call people "mate".

4) You stop greeting people with "hello" and go straight to "how ya doin'?"

5) You've seriously considered running down to the shop in a pair of Ugg boots

6) You own a pair of ugg boots.

7) You have a story that somehow revolves around excess consumption of alcohol and a mate named "Dave".

8) You've risked attending an outdoor music festival on the hottest day of the year.

9) You own a pair of thongs for everyday use, and another pair of "dress thongs" for special occasions.

10) You don't know what's in a meat pie, and you don't care.

11) You pronounce Australia as "Stralya"

12) You've squeezed Vegemite through Vita Wheat to make little Vegemite worms.

13) You suck your coffee through a Tim Tam.

14) You realise that lifeguards are the only people who can get away with wearing Speedos.

15) You've played beach cricket with a tennis ball and a bat fashioned out of a fence post.

16) You firmly believe that in the end, everything will be ok, and have told a mate in tough times that "She'll be right, mate"

17) You use the phrase, "no worries" at least once a day, and know what 'Push off, ya flamin' drongo!' means.

18) You've been on a beach holiday and have probably stayed in a caravan.

19) You constantly shorten words to "brekkie", "arvo" and "barbie"

20) You measure a journey in beer, not kilometres or time. (That's a 3 beer trip mate)

Selasa, 21 Juni 2011

Sukanya Nyalahin Orang

Apakah orang bilang Anda suka nyalahin orang? Atau Anda gampang melihat 'semut di seberang lautan'? Atau jangan-jangan Anda cerewet? Apakah hal-hal tersebut menjadikan Anda tidak populer di mata temen-temen Anda? Jangan khawatir! Karena jangan-jangan Anda malah berbakat jadi PhD!

Lho kok bisa? Bisa saja, kenapa gak? Karena salah satu syarat menjadi doktor adalah menulis disertasi, dan dalam disertasi itu ada bab khusus mengenai literature review, dan di dalam literature review itu Anda harus mereview riset yang pernah dilakukan orang sebelumnya. Nah, dalam review itu Anda harus bisa menunjukkan ada apa yang salah dengan penelitian orang tersebut!

Jadi review itu selain berisi ikhtisar mengenai riset orang tadi, misalnya mengenai metode riset, analisis, manfaat dan sebagainya, Anda juga harus mengkritisi (bahasa kerennya: menulis critical review) penelitian tadi. Misalnya sampelnya kurang mewakili, atau pertanyaannya terlalu tendensius, atau cara menarik kesimpulan salah, atau rekomendasinya yang kurang meyakinkan!

Nah, bayangin, saya kan jelas tergolong pemula untuk urusan penelitian, lha kok ini disuruh ngumpulin hasil riset terdahulu yang pernah ada, terus membuat intisarinya, lha kok terus disuruh mengkritik! Padahal para penulisnya kan udah pada profesor di mana-mana, tulisannya juga di jurnal yang kelasnya bukan sembarangan yang tentunya sebelum dimuat sudah diseleksi dengan ketat, dan juga mereka pakar banget di bidangnya masing-masing? Lha opo tumon? Apa malah saya nanti gak dianggap sok keminter?

Ya apa boleh buat, itu memang wajib dilakukan. Kalo saya gak mengkritisi tentunya disertasi saya gak akan berbobot, atau malah disertasi gak lulus, terus tujuan sekolah malah gak tercapai! Nah lho...begitulah kira-kira!

Jadi kembali ke pertanyaan tadi, kalo Anda orangnya kritis, bersyukurlah, tandanya Anda berbakat jadi doktor!

Rabu, 15 Juni 2011

Tikus Merah

Anda tahu kan bahasa inggrisnya tikus (yang besar)? Ya betul: rat. Nah, kalo bahasa inggrisnya merah? Betul: red. Nah sekarang coba ucapkan tikus merah dalam bahasa inggris: red rat (gak ada kali ya tikus yang merah?). Dengerin uacapan Anda, apakah Anda mengucapkan ret-ret, atau red-ret, atau malah ret-red atau red-red?. Kalau ucapan Anda sudah bener yaitu red-ret (yang pertama d mati, yang kedua t mati), berarti Anda udah bisa hidup di luar negeri!

Mengapa saya bertanya begitu? Karena walau saya udah tahunan tinggal di LN, saya tidak bisa membedakan cara mengucapkan kedua kata itu. Darimana saya tau? Ya dari si Aby tentu saja! Kan saya di rumah pakai bahasa inggris tuh, buat latihan (buat saya, bukan buat Aby!). Sewaktu saya bilang warna merah, saya terucapnya ret, bukan red dengan d di huruf akhirnya, langsung diprotes sama Aby: itu ngucapinnnya bukan ret, tapi red, Papi! Halah, malunya saya. Lha wong kata sederhana segitu aja salah, gimana yang lain-lain!

Belum lagi di lain hari saya bilang kepala itu het, bukan hed, dia protes lagi, terus mbenerin saya. Dia bilang kalo het itu topi (hat), bukan kepala. Whe.. lhadalah ini anak kecil sudah bisa ngajarin bapaknya!

Pikir punya pikir, kenapa saya jadi salah melulu ya? Lha terus apa artinya saya sekian tahun di luneg? Jelas itu bukan kesalahan saya, pikir saya membela diri. Masalahnya sejak sekolah awal belajar bahasa Inggris, kita (kita? elu kali gua kagak!) tidak pernah diajarkan cara membaca kata-kata inggris dengan benar. Coba saja mana pernah kita (?) diajarin membedakan cara pengucapan head dengan hat, terus red dengan rat, dent dengan den, dst. Terus come dengan camp, pack dengan pact, dll. Jangan-jangan si gurunya sendiri juga gak tau (ih kualat!). Apa saya waktu pelajaran itu mbolos? (tapi perasaan saya jarang bolos!).

Rupanya di Australi sini ada pelajaran khusus cara mengucapkan kata-kata. Judul bukunya Sound Wave, dari kelas 1 sampai kelas 7 masing-masing satu buku. Jadi Aby misalnya pakai Sound Wave 4 karena kelas 4. Nah, di situlah rupanya diajarkan cara ngucapin yang bermacam-macam tadi! Pantesan ucapan dia lebih baik dari saya!

Nah, sekarang kalo Anda mau keluar negeri, coba dulu latihan ngucapin kata-kata tadi. Kalo masih bingung bedanya coba latihan dulu membedakan kata babad tanah jawi (dengan d) dengan soto babat (dengan t)! Ucapin bolak-balik: babad-babat, babat-babad dst sampai Anda merasakan perbedannya. Kalau udah mahir coba ucapkan ini berulang-ulang: lor rel kidul rel, lor rel kidul rel. Kapokmu kapan?!

Kalau udah mahir banget, coba ucapkan: She sells sea shells on the sea shore.

Kalau yang terakhir tadi udah bisa, baru Anda boleh ngurus paspor!

Minggu, 15 Mei 2011

Intermeso: Football Quotes

Berhubung di Australia sini tidak ada siaran langsung Liga Iggris, maka saya ngikutinnya harus lewat internet. Justru karena itu pernah saya nemu kumpulan quotes (ucapan) yang lucu-lucu mengenai sepakbola. Berikut contohnya:

ARSENE WENGER 'Of the nine red cards this season we probably deserved half of them.'
'As long as no-one scored, it was always going to be close'
BOBBY GOULD 'We are really quite lucky this year because Christmas falls on Christmas Day'
BOBBY ROBSON 'In a year's time, he's a year older.'
"Look at those olive trees. They're two hundred years old - from before the time of Christ!"
BRYAN ROBSON 'We're going to start the game at nil-nil and go out and try to get some goals.'
DAVID O'LEARY 'I was a young lad when I was growing up.'
GEORGE GRAHAM 'The one thing I didn't expect is the way we didn't play.'
GERARD HOULLIER 'Too many players were trying to score or create a goal.'
GLEN HODDLE 'When a player gets to 30, so does his body.'
GRAEME SOUNESS 'Today's top players only want to play in London or for Manchester United. That's what happened when I tried to sign Alan Shearer and he went to Blackburn.'
GRAHAM TAYLOR 'It's a game we've got to win. It's also a game we've not got to lose.'
HOWARD WILKINS 'If they hadn't scored, we would've won'
HOWARD WILKINSON 'I'm a firm believer that if the other side scores first you have to score twice to win.'
JACK CHARLTON 'We probably got on better with the likes of Holland, Belgium, Norway and Sweden, some of whom are not even European.'
JOE ROYLE 'Our goalkeeper didn't have a save to make in 90 minutes, and yet he still ended up conceding four goals'
JOHN LAMBIE, Partick Thistle manager, when told a concussed striker did not know who he was. "That's great, tell him he's Pele and get him back on."
JOHN TOSHACK 'Winning all the time is not necessarily good for the team.'
MALCOLM ALLISON 'A lot of hard work went into this defeat.'
RON GREENWOOD 'Playing with wingers is more effective against European sides like Brazil than English sides like Wales.'
DAVID BECKHAM "We want Brooklyn to be christened but we don't know into what religion yet."
"I always used to go for blond and quiet girls, but Victoria is the total opposite - dark and loud."
"Alex Ferguson is the best manager I've ever had at this level. Well, he's the only manager I've actually had at this level. But he's the best manager I've ever had."
"My parents have been there for me, ever since I was about 7."
IAN RUSH 'I couldn't settle in Italy - it was like living in a foreign country.'
MICHAEL OWEN 'I was alone up front, with Danny Murphy playing between me, myself and the midfield.'
THIERRY HENRY "Sometimes in football you have to score goals."
ROBERT "DANNY" BLANCHFLOWER "The point of football is to equalize before the other team scores."

Ojo Gumunan: Kisah Sebuah Formulir

Anda pikir semua hal di negara maju mengagumkan? Think again!. Ceritanya, saya kan sudah berhasil meluluskan proposal riset saya. Proses berikutnya adalah meminta persetujuan Komite Etik bahwa proposal saya sesuai ketentuan etika penelitian. Formulir saya masukkan awal Maret 2011 ke sekretaris jurusan (sebut saja si A). Besoknya melalui email A memberitahukan bahwa formulir sudah diteruskan ke sekretariat fakultas (sebut saja si B). Saya ya tenang-tenang aja nunggu, karena sesuai aturan dalam dua atau tiga minggu, surat persetujuan akan keluar.

Nah, tidak terasa sudah dua bulan kok surat tersebut tidak keluar? Tidak terasa karena saya sibuk nulis book chapter perintah profesor saya. Abis itu saya nyadar, mana dia nih kelanjutannya? Saya segera email ke A menagih mana nih suratnya? Besoknya si A menjawab email saya diteruskan ke B. Eh, besoknya si B mengemail saya (tembusan ke A) bahwa kantornya sama sekali tidak berurusan dengan masalah etik. Nah lho! Jadi kemana aja formulir saya yang dua bulan lalu saya kirimkan?

Ternyata saudara-saudara, selama ini si formulir duduk manis di meja A (yang diteruskan ke si B kata si A ternyata adalah softcopy-nya aja!). Saya heran setengah mati, masak ini sekolah internasional tidak ada prosedur baku (SOP) untuk menangani formulir etik? Lha terus kalau saya gak tanyain bisa-bisa empat tahun saya nungguin persetujuannya! Wah, gak bener nih. Enaknya saya apain si A ini? Apa saya omelin aja, apa saya laporin ke fakultas atau profesor saya, apa saya laporin ke pemerintah Indonesia aja? (eh, gak mungkin ding).

Belum sempat saya bertindak, eh malemnya saya ditelpon sama si A (entah darimana dia mendapat nomor ponsel saya!). Dengan takutnya dia minta-minta maaf ke saya. Saya yang memang dasarnya orang baik (halah!) segera bilang ok saya maafkan, saya tunggu kabar berikutnya!

Eh, sehari setelah itu, surat persetujuan langsung keluar! Rupanya saking takutnya langsung diproses secara kilat! Hehehe, tahu rasa dia! Entah bagaimana cara dia melobi Panitia Etik untuk secepat kilat menyetujui formulir etik saya itu!

Senin, 09 Mei 2011

Diklakson Melulu

Saya ini tak terasa sudah hampir setahun di sini dan hampir setengah tahun nyetir, tapi sering merasa masih goblog banget! Betapa tidak, sering banget saya diklakson sama orang Australi sini!

Sebabnya? Kemungkinan besar beda budaya sih. Misalnya kalo ketemu perempatan (apa hayo bahasa Inggrisnya prapatan? Saya belum nemu tuh!). Di sini prapatan terbagi tiga jenis. Satu, prapatan dengan lampu merah (kita sebut aja prapatan#1). Prapatan#1 ini juga terbagi dua, yakni yang kalo belok kanan ada lampu tersendiri, alias ada panah lampu merah dan panah lampu ijo buat yang belok kanan aja (kita sebut prapatan#1A). Kemudian ada prapatan yang berlampu tapi yang belok kanan tidak ada lampunya, alias mengikuti lampu yang lurus (kita sebut prapatan#1B). Kemudian jenis kedua yaitu prapatan tanpa lampu merah (prapatan#2). Jenis terakhir adalah prapatan dengan bunderan, tanpa lampu merah (prapatan#3). Nah, masalahnya adalah cara menyopir berbeda-beda tergantung jenis prapatannya!

Kalo prapatan#1A mah jelas paling gampang, karena baik lurus maupun belok kanan atau kiri tinggal ngikutin lampu, kalo salah juga kebangeten! Tapi saya pernah juga dimaki-maki pengendara sepeda gara-gara saya mau belok kiri ngikutin lampu ijo yang buat lurus. Saya gak lihat bahwa yang ke kiri masih merah (ingat kalo di Indo malah belok kiri jalan terus!). Saya rem mendadak karena di kiri ada orang nyebrang pake sepeda. Dia langsung memaki-maki kenceng banget! Saya malu setengah mati sambil buka jendela kiri, mana jauh lagi dari tempat duduk nyetir yang di kanan, sambil tangan berdadah mulut mengucap kata "sorry-sorry" entah dia denger apa tidak. Saat itu saya merasa jadi orang tolol sedunia, wong banyak orang di prapatan yang melihat adegan tersebut sambil mikir kali: ini ada orang kampung mana nih nyetir gak tau aturan..

Nah, di prapatan#1B baru nyetir agak nyeni. Kalo lampu ijo dan kita mau belok kanan, kita mesti nungguin arus lawan sampai bener-bener kosong. Kalo dirasa aman, baru boleh belok kanan. Masalahnya, pengertian 'aman' ini yang berbeda. Kalo di Jakarta, yang penting adalah 'kepala masuk badan masuk' ala kucing, maka pengendara di depan pasti ngerem. Lha kalo di sini, 'aman' berarti pengendara dari arah lawan tidak ngerem. Nah kalo kita maksa belok kanan dan pengendara lawan mengerem, maka itu pasti 100% salah kita dan si lawan tadi akan mengklakson kenceng banget!. Catatan: Jangankan belok kanan, kalo kita masuk ke jalur utama dari jalur yang lebih kecil (belok kiri), kita juga harus nungguin lamaaa banget sampai jalur utama 'aman' tadi. Paling males kalo kita di belakang orang yang nungguin, kadang-kadang mobil di depan kita lama banget gak masuk-masuk nungguin aman tadi!

Di prapatan tanpa lampu alias prapatan#2, caranya lain lagi. Kalo di Indo jelas berlaku pedoman 'pala masuk badan masuk' tadi. Di sini, di semua prapatan#2, pasti salah satu ruas ada tanda harus berhenti dulu, alias tulisan STOP di kotak segi delapan. Nah, yang berada di jalan bertanda STOP tadi, kita harus berhenti grek dan melihat ke kanan dan ke kiri apa ada mobil yang lewat di jalan yang melintang di depan, karena sudah pasti di jalan dia gak ada tanda STOP (kalo ada tandanya kan gak ada mobil yang maju-maju tentunya). Jadi pasti jalur kita atau jalur yang melintang ada tanda stopnya. Masalahnya adalah kita (kita? elu kali gua kagak!) terbiasa kalo ada prapatan pasti ngerem. Nah, saya sering otomatis ngerem di depan prapatan, padahal tidak ada tanda stopnya. Harusnya saya kenceng aja karena pasti jalur depan yang menyilang pasti ada tanda stopnya dan mobil yang menyilang pasti berhenti nungguin kita. Kalo saya ngerem, berarti saya salah, dan mobil di belakang kita ikutan ngerem. Diklakson kenceng lagi...

Di prapatan#3 alias yang ada bunderannya (hayo, bunderan apa bahasa Inggrisnya? Ternyata 'roundabout', saya juga baru tahu, kirain 'circle' kayak di amrik), lain lagi caranya. Kalo di bunderan gini, pedomannya adalah kita lihat arus mobil dari arah kanan kita, arah lawan dari depan gak perlu dilihat. Kalo di kanan kita gak ada yang ke arah kita, baru kita bolah masuk di bunderan. Pedoman 'aman' ya sama dengan tadi. Kita boleh masuk bunderan dengan syarat kalo mobil dari kanan posisinya jauh banget. Tidak ada 'pala masuk badan masuk'. Pernah saya nyaris banget tabrakan dengan mobil dari kanan yang kenceng karena memang hak dia, dan saya nyelonong aja. Untung saya masih sempet banting kiri secepatnya! Tentu saja dia klakson kenceng-kenceng dan ngomel-ngomel teriak, dan terpaksa lagi saya keluarkan tangan minta maaf sambil mulut membentuk kata 'sorry-sorry'...

Itulah kira-kira sebabnya mengapa saya sering diklason orang. Bukan itu saja, nyopir terlalu pelan juga diklason orang, saya sering banget di jalan tol diklakson, gara-gara saya 'alon-alon asal kelakon' sedangkan para bule itu 'lebih cepat lebih baek!'

Selasa, 03 Mei 2011

Book Chapter, Laporan Cuaca, Royal Wedding

Setelah satu setengah bulan banting tulang, akhirnya book chapter sudah selesai ditulis dan sudah saya email ke Pak Prof, tinggal nunggu respon dari dia. Jangan dikira lho waktu segitu itu lama, itu termasuk cepet. Soalnya kalo memang syarat jadi PhD (lihat tulisan saya sebelumnya) adalah membuat tiga artikel jurnal, dan book chapter dianggap jurnal juga, berarti setahun syaratnya nerbitin satu (kan belajar PhD empat tahun!). Nah book chapter saya itu 'cuman' ditulis kurang dari dua bulan, berarti lebih cepet kan? Tapi gak boleh seneng dulu soalnya itu baru selesai versi saya, belum perbaikan setelah di-respond sama Pak Prof...

Sementara itu dilaporkan cuaca di sini sudah bener-bener musim gugur. Orang Australia nyebutnya 'autumn', kalo di Amrik namanya 'fall', entah kenapa beda, tapi lebih keren autum, soalnya ada judul lagu jaman dulu 'Autumn Leaves' (antara lain cover versionnya dinyanyiin sama mendiang Broery Pesu eh, Marantika). Oya, ternyata saya baru tau bahwa daun-daun musim gugur di sini tidak berubah warna jadi merah dan kuning, masih tetep ijo royo-royo. Gak tau kenapa, apakah cuma di Perth sini atau di seluruh Australi daun-daun tetap ijo. Jadi mungkin lagu 'Autumn Leaves' yang tadi tidak mengena di sini, wong leaves-nya tetep begitu-gitu aja, gak berubah! Padahal dulu di Amrik kalo udah fall pemandangan jadi cantik sekali (beneran, kalo gak percaya lihat aja film 'A Walk in the Clouds'-nya Keanu Reeves!).

Saya juga mau cerita dikit soal royal wedding William sama Kate (entah kenapa si pangeran pilih putri yang kate, apa gak ada yang bongsor!). Tahu gak ternyata siaran tv di sini heboh banget. Seminggu sebelum hari H, semua channel utama tv sudah pada mengirimkan kru beritanya ke London sana. Jadi selama seminggu, mereka membaca berita untuk tv sini dari Inggris langsung sana. Tidak lupa juga berita kerajaan yang gak penting-penting disajikan sebagai menu pemanasan, misalnya wawancara sama orang yang sudah ketemu si Wills sama Kate, terus menebak-nebak baju pengantin, terus siapa perancangnya, kuenya buatan siapa, dst. Pokoknya gitu deh, selama seminggu tiada hari tanpa olahraga, eh salah, tanpa royal wedding.

Nah, pas hari H-nya lebih parah lagi. Dari pagi jam 6 sudah siaran langsung, padahal 'akad'-nya baru jam 5 sore! Saya berangkat ke kampus jam delapan udah disiarin suasana jalan bakal calon kirab. Saya pulang jam empat, acara akan dimulai di gereja. Saya pergi lagi ke acara di Konjen RI (makan malam dan dialog dengan ketua BPK Pak Hadi Purnomo, mantan Dirjen tempat saya), pulang jam 11 malem, eh masih siaran langsung juga, mengenai hiruk pikuk di lapangan depan istana Buckingham. Ya ampun banget deh. Tapi kalo dipikir-pikir daripada lihat berita pusing mendingan nonton royal wedding, walaupun kata orang Betawi 'sodara bukan, temen juga bukan'. Labih masuk akal lagi, konon memang orang Iggris kan leluhurnya orang Australi, jadi melihat royal wedding ya sama juga melihat kehebohan tanah leluhur! Gitu kali...

Jumat, 15 April 2011

Syarat-syarat Menjadi PhD (yang masih jauh banget..)

Barangkali Anda ingin tahu syarat-syarat apa yang diperlukan untuk menjadi PhD? Berikut hasil perbincangan saya dengan si prof berikut pencapaian yang sudh saya lalui (dan yang belum):

1. Yang jelas adalah melakukan riset yang belum pernah dilakukan orang, ataupun boleh riset yang mirip tapi dengan metode berbeda, dan menghasilkan sesuatu yang baru yang belum pernah ditemukan orang sebelumnya. Saya udah sampai mana ya? Yang jelas baru nyampai proposal. Artinya, rencana penelitian saya sudah disetujui sama universitas bahwa penelitian serupa belum pernah dilakukan orang sebelumnya. Lumayan...
2. Menulis hasil penelitian ke dalam disertasi (kalo di Australi sini namanya tesis; kalo di Indo tesis adalah buat S2. Kok bisa ya?). Ini belum saya lakukan sama sekali, wong risetnya aja belum. Bahkan Bab I Introduction pun belum saya tulis, masih males
3. Menulis di jurnal ilmiah sebanyak tiga atau empat kali selam masa studi. Jurnal di sini maksudnya adalah yang diakui secara internasional dalam bidangnya, bukan di koran atau majalah umum. Seperti yang Anda tau, belum satu huruf pun saya ketik untuk jurnal
4. Menyampaikan hasil riset di dalam konferensi internasional. Bukan sebagai peserta konferensi tapi sebagai pembicara. Hi.... Jelas masih jauh wong syarat pertama aja belum apa-apa.
5. Sebagai pengganti menulis jurnal, bisa juga menulis salah satu bab di dalam buku yang diterbitkan secara internasional. Ingat, buku ilmiah, bukan buku pop. Nah, ceritanya profesor saya mau membuat edisi kedua buku yang sudah pernah ditulisnya, dan beliau menysuruh saya membuat satu bab mengenai Indonesia. Nah, makanya sekarang saya sedang menulis bab yang dimaksud itu. Makanya pula saya udah lama tidak menulis di blog. Begitu lho.

Kesimpulannya: saya masih juauh banget!

Demikian sekilas info. Anda masih berniat jadi PhD?

Selasa, 29 Maret 2011

Empat Pisang + Satu Apel = 242 dolar?

Ada salah satu acara tv yang lumayan sering saya tonton, judulnya "Border Patrol". Ini adalah acara berupa serba-serbi kegiatan di bandara kedatangan di Australia. Pokoknya menyangkut orang yang baru datang dari luar negeri dan mendarat di sini, dan bagaimana pihak imigrasi dan karantina memperlakukan mereka. Kebanyakan ceritanya adalah menyangkut penolakan visa karena ternyata pendatang dicurigai mau bekerja secara gelap, atau ditemukannya narkoba di koper penumpang, atau yang paling sering adalah ditemukannya benda-benda yang diharuskan dilaporkan di "kartu kedatangan" tapi ternyata gak dilaporkan. Untuk yang belum tau, kalau Anda datang ke Australia, atau ke manapun di luar negeri, ada barang-barang bawaan tertentu yang harus dilaporkan. Misalnya bawa rokok di atas 250 batang, atau bawa duit di atas $10,000, atau bawa makanan. Barangnya sih gak disita asal dilaporkan. Kalau gak dilapor ya tau sendiri, di sini disebut "declare, or beware!".

Nah, kemarin ceritanya ada sepasang suami istri baru mendarat di bandara Perth dari Inggris. Secara acak, bagasi dibuka sama petugas, dan didapatkan empat buah pisang dan satu buah apel yang ternyata tidak dilaporkan sama si suami istri yang sudah rada tua tadi.

Berikut dialognya:

Petugas (A): (terjemahan bebas) Ini kok ada buah di sini tidak dilaporkan?
Penumpang perempuan (B): Waduh, maaf saya lupa tuh. Kalau perlu buang aja, wong cuman pisang sama apel ini..
A: Gak bisa gitu dong, ini buah kan bisa menyebarkan penyakit di sini (lalu dia menyebutkan beberapa jenis penyakit, yang saya sendiri gak ngerti dan rada heran, wong pisang kok menyebabkan penyakit!)
B: Kan udah dibilang, saya ini lupa. Buang aja deh (mulai kesel)
A: Tidak bisa begitu, Anda melanggar ketentuan imigrasi. Anda kena denda $242 (berapa rupiah, kaliin sendiri sama kurs sembilan ribu)
B: Wah, gila bener. Itu kan cuma pisang sama apel doang! Dengar ya, saya ini sudah capek terbang jauh-jauh, kan wajar saya lupa.. (tambah marah)
A: Enggak bisa gitu. Lihat aja tuh, sepanjang lorong pemeriksaan kan ada delapan poster untuk mengingatkan apa-apa yang perlu dilapor (busyet, dihitung sama dia jumlahnya!). Mengapa Anda tidak melapor?!
B: Y ampun, kalian ini katrok bener sih. Kan dibilang saya ini baru pertama kali dateng, masak gak boleh lupa (marah, sampai suaminya bilang: udah biarain aja..)
A: (dieeem aja, ngeselin)
B: Tau gak, duit segitu tuh sama dengan gaji kami seminggu! Kami menabung untuk bisa dateng kesini malah kena sanksi gak mutu! (tetep marah)
A: (masih diemmm..)
B: Awas ya, ntar saya bilangin ke seluruh orang Inggris (negara asal dia) kalau orang Australi sini pada gak ramah sama orang asing! Biar gak ada yang dateng ke sini! (tambah kesel. Entah bagaimana caranya dia 'memberitau ke semua orang inggris')
A: (masih dieeemmm aja)
B: Awas lagi ya! Kalau kalian dateng ke Inggris, ntar saya doain kamu kena perlakuan kayak kami juga! (jurus ancaman dikeluarkan)
A: (masih teuteup diem)
B: (dengan gondok, akhirnya mereka membayar denda $242 tadi)

Cerita selesai.

Nah, bagaimana pendapat Anda?

Jumat, 18 Maret 2011

Twilight Picnic, Apa Lagi Ini?

Pada suatu hari minggu lalu, si Aby membawa undangan dari sekolah yang isinya kira-kira "menyambut berakhirnya musim panas dan datangnya tahun ajaran baru, dengan in kami mengundang keluarga murid untuk beramai-ramai datang untuk acara "twilight picnic" di lapangan sekolah, haga karcis per keluarga $10..". Wah, apa pula ini?

Karena ingin tau dan ingin merasakan "piknik magrib" tersebut, kemarin sore kami segera meluncur ke sekolah dengan tidak lupa membawa tiker andalan ukuran 3x4m warna ijo gayung buatan cina seharga $9 (halah!). Sampai di tempat, segera dgelar itu tiker, dan berkumpullah kami dengan beberapa keluarga Indonesia lainnya, yang kebetulan semua ibu-ibunya pakai jilbab, yang barangkali rada aneh juga buat hadirin lain orang ausralia yang pada pakai celana pendek baik pria maupun wanitanya!

Anyway, tanpa basa-basi sambutan segala macam (kalau di Indonesia, sudah pasti acara kayak gini didahului dengan sambutan kepala sekolah, terus sambutan wakil orang tua murid, sambutan ketua panitia, dan tidak lupa dilanjutkan dengan doa bersama!), acara langsung dimulai dengan pemutaran music oleh DJ yang rupanya disewa khusus, dengan lagu jaman dulu banget: Makarena! Langsung para anak sekolah berjoget di lapangan rumput dengan segala variannya. Kalo gak malu sama ibu-ibu berjilbab tadi, saya udah mau ikuan joget tuh, soalnya itu lagu kan dulu ngetop banget!

Setelah murid rada panas,langsung dilanjutkan sama lagu-lagu dance lain, dari Justin Bieber sampai dengan Katy Perry. Saya langsung merasa tua banget, karena saya tidak mengenail lagu-lagu mereka. Sementara, anak-anak sekolah pada goyang dengan semangatnya! Bahkan si Aby pun ikutan goyang! Beberapa ibu berjilbab langsung komentar: pantesan orang bule pada suka dugem, lha waktu SD-nya aja diajarin joget kayak gitu...

Pokoknya acara sore itu memang intinya dance banget, dengan ditambahin lampu kedap-kedip ala diskotik (buset, ini istilah jaman dulu banget!), juga bubble yang menyembur keluar yang dikejar-kejar sama anak-anak. Juga ada limbo alias how low can you go (Anda tau gak permainan mblusukin badan di bawah palang kayu yang lama-lama makin rendah ini?), tetap dengan musik pengundang goyang berupa lagu-lagu dari film Saturday Night Fever macam Summer Nite (jadi inget John Travolta dengan rambut klimisnya!). Tarik maaang...Kalau kata orang jogja: elok tenan...

Makanannya: tentu saja tersedia, yakni hotdog ayam, sapi, dan bab satu seharga masing-masing $3. Tumben murah. Saya sempat beli hotdog sapi dan ternyata ada rasa pahit-pahitnya. Selidik punya selidik ternyata saya salah ambil saus, ambilnya mustard yang saya gak tau ternyata rasanya pahit, abis gak ada sambel tomat ABC sih!

Acara terakhir adalah doorprize yang hadiahnya majic jar sama dvd player. Eh, bukan ding, itu kalo di Indonesia. Hadiahnya adalah beupa senampan makanan kecil yang sayang kami kurang beruntung.

Demikianlah acara ditutup sekitar pukul setengah delapan, dengan kesan yang menyenangkan karena melihat anak-anak joget dengan senangnya, acara yang ringkas dan padat dengan hanya menyewa DJ dengan tata lampu dan tata musiknya, tanpa basa-basi sambutan, dan bisa mengalami tradisi orang bule dalam rangka menyambut tahun ajaran baru dan musim gugur.

Nah, gimana kalau kira-kira di Indonesia pihak sekolah mengundang : "dalam rangka menyambut berakhirnya musim kemarau, kami mengundang keluarga datang ke sekolah untuk acara piknik bersama. Acaranya adalah sambutan, sambutan lagi, terus sambutan kedua, kemudian makan malam, lalu tari kreasi, terus sambutan penutup". Kira-kira pada dateng gak ya?

Selasa, 15 Maret 2011

Orang Tua Yang Kejam

Kata orang-orang tua dulu, mengasuh anak ibarat bermain layang-layang, ada saatnya diulur benangnya sampai jauh, ada saatnya ditarik biar layang-layang naik tinggi. Salah mengulur, bisa-bisa layangan nyangkut di pohon, sedangkan kalo kebanyakan ditarik bisa-bisa si layangan nyeruk (Anda tau kan istilah ini?) ke sawah. Tapi ada satu hal yang saya (atau kami) sampai sekarang terpaksa narik benang layanan terus: video game! Gak di Indonesia apalagi di Australi sini, si Aby gak akan dibelikan video game walaupun sudah merengek berkali-kali!

Alasannya sederhana saja, karena video game ini lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, terutama karena menghabiskan waktu secara sia-sia! Nah, sesampainya di sini ternyata mudaratnya nambah satu lagi: harga-harga game di sini mahal banget! Harga konsolnya (barangnya) juga sudah mahal. Contohnya PS3 320GB dengan bonus 2 game=$598--satu dolar kira-kira sembilan ribu rupiah--, atau yang 160 GB = $498, Xbox 360 dengan kinect 4 GB=$446, yang 250GB=$546, nintendo 3DS=$300, atau wii $200).

Untuk harga game-nya, bayangin, ternyata harga Call of Duty: Black Ops $120, Dance Central buat Kinect $90, NBA2K11 $120, Rayman buat Nintendo $38, Asphalt 3D $69, Samurai Warrior 3D $79, bahkan game-game yang lama kayak Grand Theft Auto 4 atau Assassins Creed Bloodline harganya $24! Bahkan game bekas (ternyata ada juga game second dijual di toko) harganya lumayan: Assassins Creed Brotherhood $88, Fall Out New Vegas $88, Kinect Sports $72! Ternyata masih 'mendingan' di Indonesia karena banyak game bajakan yang palingan seharga 50 atau mungkin 100 ribu aja.

Karena itulah, kalau si Aby mau main game (kebanyakan sih main wii nintendo), dia saya kirim ke rumah temennya, biar sekalian bersosialisaai (halah!) terus saya tinggal. Alternatif itu lebih baik, dibandingkan dengan beli konsol dan game-nya karena kalau dipaksain beli, bisa-bisa apartemen gak terbayar dan terpaksa puasa gak makan seminggu! Biarlah kali ini jadi orangtua kejam...

Minggu, 13 Maret 2011

Ketemu Pak Wapres

Bukan! Bukan saya ketemu terus ngobrol sama Pak Wapres Dr. Boediyono (emang siapa saya?). Tapi kebetulan beliau lagi keliling Australi, dan persinggahan yang pertama adalah Perth, dan beliaunya pingin berdialog dengan masyarakat Indo di sini.

Rabu sore kemarin, saya berangkat jam 18 ke Konjen dengan dandan habis alias pakai batik tangan panjang terbaru hadiah perpisahan di kantor, sepatu resmi sama kaos kaki (yang jarang banget saya pakai). Sampai di tempat, langsung pada acara utama yaitu makan malam! Nasi kotak sudah tersedia di kursi, langsung disuruh makan sama protokoler. Kok ya tau aja nih panitia kalo para hadirin sudah pada merindukan makanan Indonesia. Menunya lumayan padang: ayam gulai, telor balado, gulai tahu, sayur, sama krupuk! Ah, lumayan serasa makan padang sederhana, walaupun kurang pedes dikit (mungkin yang buat orang bule!).

Sebelum pak wapres nongol, hadir Pak Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh. Berkeliling ke hadirin sambil ngobrol-ngobrol sama para students yang kebanyakan berangkat dengan beasiswa Dikti. Saya kebagian salaman juga dikit. Nah, dengan sedikit terlambat akhirnya Pak Wapres tiba juga dan tanpa basa-basi langsung memberikan sambutan.

Akhirnya terjawab sudah mengapa acara ini diadain. Karena ternyata beliau adalah lulusan University of Western Australia (UWA). Beliaunya S2 tahun 1964-1967 (udah lama banget!), waktu itu Curtin University tempat saya sekolah belum ada. Katanya jaman dulu cuman ada tujuh mahasiswa Indonesia di Western Australia! Sekarang studentnya sudah pating tlecek! Besoknya beliau mendapatkan gelar S3 honoris causa dari UWA. Pak Wapres juga memaparkan kondisi terkini Indonesai, dari politik sampai ekonomi.

Habis pertemuan yang dihadiri sekitar 400 orang itu, saya jadi mikir: Pak Boediyono perlu waktu 46 tahun sejak sekolah di Australia sampai bisa jadi Wapres. Lha kalo saya mau jadi Wapres saya harus nunggu 46 tahun lagi, padahal saya udah kepala empat sekarang, apa gak keburu wassalam? Kesimpulannya: saya gak akan bakalan jadi Wapres!

Kamis, 03 Maret 2011

Skuter a.k.a. Otopet

Anda akhir-akhir ini pernah ke halaman parkir sekolah anak Anda? Kalau pernah, apa yang Anda lihat? Barangkali sepeda, tapi sekarang anak sekolah jarang yang naik sepeda karena mungkin jalanan berbahaya, gak seperti jaman dulu banget waktu saya masih SD. Kemungkinan besar ada motor yang parkir walaupun semua tahu bahwa anak SD secara hukum belum boleh naik motor. Kemungkinan besar lagi, apalagi di Jakarta dan sekitarnya, adalah tidak ada yang terparkir di halaman sekolah karena anak sekolah rata-rata dianterin pakai mobil sama orangtuanya.

Tapi lain ketika saya menengok lapangan parkir sekolah si Aby. Apa yang terlihat?


Nah, itulah dia! Coba Anda klik gambarnya biar besar, ternyata selain sepeda yang berjumlah sedikit, yang lebih banyak adalah skuter alias otopet namanya waktu saya kecil dulu. Liat aja, banyak jumlahnya, macam-macam ukurannya. Kenapa pula saya memantau lapangan parkir tersebut? Tidak lain dan tidak bukan karena si Aby merengek minta dibelikan skuter itu. Tadinya permintaan itu saya pikir rada aneh, kan dia dianter jemput pakai Hyundai kewut itu. Tapi memang, setelah saya perhatiin, banyak anak sekolah yang dianterin orangtuanya, begitu mobil parkir bagasi dibuka terus tada...keluarlah si skuter itu dan dinaiki sama si anak ke sekolahnya, yang barangkali cuma berjarak 50 meter dari tempat parkir. Rupanya si Aby kepincut ingin meniru para bule itu. Ya sudahlah apa boleh buat, terpaksa dibeliin juga, tapi edisi paling murahnya, harganya $20 saja. Kalo yang bagusan harganya $50-80. Inilah dia si Aby dengan skter murmernya!

Senin, 28 Februari 2011

Kisah Tiga Perpus

Perpus#1. Adanya di sekolah Aby. Seperti biasa tiap sekolah ada perpusnya. Tapi rupanya perpus di sini rada unik juga. Tiap hari Senin, murid kelasnya Aby ada jam khusus buat minjem buku perpus. Anak-anak boleh pinjam buku apa aja. Dasar si Aby kegemarannya ular, dia udah banyak minjem buku mengenai ular, misalnya Snakes and other reptiles, dictionary of snakes, encyclopedia of snakes, snakes and other crawly creatures, dll. Walah, sampai mblenger saya ngeliatnya. Tapi saya salut juga lo sama sekolahnya itu soalnya dengan begitu si anak jadi seneng baca. Semua anak dibekali dengan reading log yang berisi buku apa saja yang dibaca anak selama sebulan. Jadi tiap hari si Aby harus mengisi buku apa yang sudah dibacanya hari itu, dan saya sebagai orangtuanya tinggal menandatangani aja, kemudian diserahkan ke gurunya untuk juga ditandatangan. Mungkin si guru heran ini anak pinjem buku mengenai ular melulu!

Oya ada satu lagi. Selain boleh meminjam sesukanya, tiap murid harus pinjam satu buku seri lexile tiap minggu. Buku seri lexile ini nyambung dengan program di internet. Jadi setelah si anak baca bukunya, terus buka websitu lexile-nya, masukin nama dan password, kemudian si anak cari judulnya di website itu kemudian mengerjakan soalnya mengenai buku itu. Misalnya judul bukunya 'Si kancil Nyolong Timun', maka nanti ada soalnya di lexile itu: Si Kancil nyolong apa? Tinggal si anak milih jawaban. Tiap buku ada soalnya yang rata-rata berjumlah sepuluh. Jadi mau gak mau si anak baca buku seri ini, soalnya pihak sekolah bisa memantau sampai sejauh mana anak membaca buku, karena kegiatan membaca anak sekolah terpantau dan si anak juga ada levelnya tertentu di situ. Sebuah upaya yang cerdik! Patut ditiru sama sekolah di Indonesia!

Perpus#2. Namanya Victoria Park Library. Ini adalah semacam perpus umum yang ada di tiap kecamatan. Perpusnya dingin banget, cocok buat ngadem di tengah cuaca summer yang panas. Koleksinya lumayan lengkap: fiksi, nonfiksi, majalah, koran, bahkan DVD dan CD. Lumayan juga koleksi novel-novelnya, misalnya istri saya bisa menamatkan bestseller Millenium Trilogy karya Stieg Larsson: The Girl with the Dragon Tattoo, The Girl Who Played With Fire, dan The Girl Who Kicked the Hornet's Nest. Juga ada buku-buku best seller yang lain semisal the Kite Runner atau the Alchemist. Bahkan istri saya malah bisa pinjam buku 550 Resep Makanan Nusantara yang berbahasa Indonesia! Aneh kan... Tapi karena saya tahunya ada perpus ini belakangan, saya telanjur udah beli beberapa novel di sini, misalnya karya Dan Brown (the Lost Key), Sydney Sheldon (Mistress of the Game), John Grisham (King of Torts, the Associate), Tom Clancy (Executive Decision). Jadi anggota gratis, pinjem koleksinya juga gratis. Tahu gitu gak usah beli wong ternyata buku-buku tersebut ada di perpus itu! Perpus umum kayak gini juga perlu ditiru di Indonesia...

Perpus#3. Curtin Library. Tentu saja ini adalah perpus andalan saya buat menyelesaikan sekolah, mudah-mudahan. Walaupun gedungnya kurang gede dan jumlah komputernya kurang, tapi program komputer dan koleksi koleksi databasenya lengkap. Jurnal ilmiah apapun, di manapun terbitnya bisa dicari secara online. Bahkan ada juga di sini databse osyris dan osiana yang kantor tempat saya kerja dulu punya, yang katanya harganya ratusan juta rupiah! Sekali lagi perpus model gini juga perlu dimiliki oleh universitas di Indonesia. Tapi saya gak berani bayangin beli database begitu banyak dan juga software yang bermacam-macam itu, entah berapa duit anggaran yang diperlukan, soalnya kan gak bisa dibajak (ataupun kalo bisa, tentunya malu masak universitas membajak program dan database?).

Demikian sekilas cerita mengenai trio perpus yang setia mengisi hari-hari kami...

Kamis, 24 Februari 2011

Senangnya Bisa Bantu Teman

Ada salah satu temen saya, sebut saja si A (seorang PNS) yang barusan ngasitau bahwa dia berhasil mendapatkan beasiswa S3 ADS yang sama dengan saya. Saya senang karena dia ini merupakan temen saya sudah puluhan tahun yang lalu. Dan juga saya senang karena bisa sedikit membantu dia dalam proses tersebut, walaupun bantuan saya mungkin cuma nol koma nol sekian persennya!

Berikut kronologis dialog saya dengan si A melalui jalur facebook:

BERITA MAU DIWAWANCARA

A: Awb. How is it going? Everything is ok? Boed finally ausaid invites me to interview and take ielts test on Jan 19 th 2011. Would u give me suggestion Boed? What should I prepare for? Tks

Saya: Wow....that's GREAT news!! I am looking forward to meeting you here, hopefully! First, IELTS should be good. Buy a book on how to prepare for the test. Second, interview should be convincing. Re-visit your proposal, secure your email with your potential supervisor (have you got one?), think about your doctorate degrees contribution to Indonesian development. Have you read my blog? Or, we can chat someday about the interview. First of all, congratulations!

Tks, it because of your reference material. Ok I already read your blog, it's very useful. Regarding the preparation, I only have a little time. Currently I am a participan of leader training III until dec 3rd and still in pangkal pinang. Hopefully I can manage it.

Ok. I truly hope that you succeed with this. The main thing is getting potential supervisor (I hope you already did this). If you need me add my name in your chatting list: susilabudi@yahoo.com, anytime, night is better. Good luck!

MAU WAWANCARA

Boed, how are you? give me advice for interview Boed......please heeeelp....help.... I'm not ready yet....!I am going to be interviewed on Wednesday 19th of January 2011. Could you give me what should I prepare for? I still have 2 days more.... hopefully you read this e-mail and reply soon...tks a lot

Siaaappp....
Hari kedatangan: pagi dikumpulin di aula rame-rame. abis itu jadwal dibagikan untuk tahu jam tepatnya wawancara. cari tau siapa tim wawancaranya. kalo ketahuan bahwa si pewawancara gak tau detil bidang keilmuanmu, jangan bicara terlalu rinci, secara umum aja.

Pertanyaan pentingnya:
- apa job desc mu yg sekarang
- apa manfaat risetmu buat pembangunan indonesia (bicara makro aja)
- cara ngambil data gimana (metode riset)
- sampai sejauh mana hubunganmu dgn calon supervisor (tunjukkan email2 antar kalian berdua)
- apa rencana karirmu 10-15 tahun ke depan (hubungkan dgn riset)
- apa yg kamu ketahui ttg australia (baca current issue di sini, misalnya masalah banjir. baca website kantor berita ABC).
- baca lagi template proposal riset yg dari ADS. kuasai betul yg pernah dituliskan di situ, karena pertanyaan dasarnya dari situ.

Oke? kayaknya itu dulu. kalo ada pertanyaan sila hubungi 04036XXXX.
Oya satu lagi: kalo wawancaranya singkat, berarti diterima. kalo bertele-tele, ya good luck aja deh

Thanks a lot Boed, that is very useful information, .....

SETELAH WAWANCARA

Boed, thank you mille, I got the scholarship....!!!! piye strategine urip nang melbourne karo bojo lan anak telu boed. 6.5 tahun, 4 tahun lan 2.5 tahun......

Yesss!!! Ikut seneng....sekarang gak usah mikir yang macem-macem dulu, enjoy ajah....melbourne kota yang asyik, bisa nonton F1 sama autralian open...

Boed bisa cari kerja nggak disana? untukku dan nyonya...?

Wah, udah siap2 nih? Aku kemarin semester satu fokusku nyelesaian proposal final. Skrg udah kelar, baru semester 2 ini aku baru mau cari kerja. kayaknya susah kerja di sini, mayoritas temen2 kerja jadi cleaning service. Kalo di amrik dulu aku gampang banget cari kerja di perpus kampus. di sini saingan ketat...nyantai aja dulu... rencana berapa minggu EAPnya? kapan brangkat?

Berapa minggu...? ngenyeeeek.....hehehe 3 bulan Boed 18 Juli s.d. 21 Oktober 2011, biasane kapan yo blm ada pengumuman tuh?....anakku telu e iso urip po karo nyekolahke bocah?

Hahaha....tenang ae isih suwe...variabel yang menentukan keberangkatan --selain tas kesehatan--adalah "full offer" dari uni ybs. Kalo masih "conditional offer" berarti masih ada persyaratan yang kurang, misalnya nilai salah satu atau dua unsur IELTS masih di bawah syarat uni ybs shg hrs tes lagi. Nanti pada saatnya peserta akan diberi formulir oleh ADS suruh milih dua universitas yg kita minati. Nanti ADS yg meng-apply buat kita. Kalo kamu udah kontak 2 uni ya sykur, kalo belum ya harus cari lagi satu profesor di uni yg lain. gampang kok cari calon prof kalo kita bilangin bahwa kita udah positif dapet beasiswa ADS. Soalnya ADS mengharuskan 2 uni, gak boleh satu, walaupun kita udah mantep ama yg satu. Nah, dari uni itulah ntar kita mendapatkan "offer" baik full maupun conditional...

Hidup dengan 3 anak bisa gak?

Terus terang kalo ngandelin beasiswa ADS yo ora cukup, kudu ngarit barang kuwi..hehe...yo mengko golek kerjo alon-alon...

Puanase Pol....

Sebenarnya ini rada wagu, tapi bener, Perth panas banget! Sebagai orang Indonesia, apalagi di Jakarta udah puluhan tahun, mestinya saya sudah terbiasa kena panas. Tapi dibandingkan dengan Perth, ternyata panasnya Serpong belum ada apa-apanya. Bayangin, sudah sebulan ini suhu rata-rata siang hari mencapai 36 derajat, bahkan pernah 39! Kalo siang selalu di atas 20, rata-rata 22-25. Mana saya tinggal di ASSS alias Apartmen Sangat Sederhana Sekali yang tanpa AC, jadilah kipas angin setia menemani 24 jam dari bangun tidur sampai tidur lagi. Tiap pagi kita liatin tv tentang ramalan suhu harian, dan kebanyakan memang berkisar 35 siangnya! Terpaksa frekuensi pergi ke kampus dipersering. Bukannya mau ketemu pak prof, tapi buat ngadem di perpus!

Ternyata baru saya sadari bahwa 'Jakarta panas' itu tidak benar! Habis gimana, berangkat kantor naik mobil jemputan atau kereta pakai AC, di kantor AC lagi, pulang ke rumah, tidur pakai AC! Pantesan di Perth saya kepanasan!

Peringatan: buat Anda yang kapan-kapan mau ke Perth, jangan datang selama Januari s.d. Februari, dijamin akan gembryobos!

Minggu, 20 Februari 2011

Anak-anak yang Jago Bahasa Inggris

Pernah suatu hari profesor saya nanya gimana keluarga. Ya saya jawab aja mereka baik-baik aja. Dia nanya lagi mengenai anak saya si Aby, ya saya jawab biasa aja, udah mulai masuk sekolah. Terus komentar dia: liatin aja ntar pasti bahasa enggres anakmu lebih baik daripada punyamu, bahkan nanti anakmu akan mengoreksi pemakaian bahasa enggresmu! Masak sih, dalam hati saya mikir, apa segitu jeleknya bahasa enggres saya? Lha justru saya sendiri yang khawatir apa si Aby bisa ngikutin pelajaran yang notabene bahasa enggres semua?

Eh, ndilalah ternyata kayaknya si Aby gak kesulitan mengikuti pelajaran. Buktinya dia tenang-tenang aja kalo pulang sekolah, gak pernah laporan kalo di sekolah mengalami kesulitan (kecuali laporan bahwa bukunya ada yang ketingslut!). Kekhawatiran saya tak terbukti! Bahkan sinyalemem profesor saya bahwa dia akan mengoreksi enggres saya juga terbukti. Misalnya kalo saya mengucapkan kata 'target' saya biasanya menyebut 'tarjet' seperti bahasa Indonesia. Langsung dikoreksi si Aby: itu bukan 'tarjet' tapi bacanya 'target'! Eh, bener juga ya. Lain kali saya bilang acara tivi berjudul 'Lazy Town' saya sebut 'leziton', eh dikoreksi lagi, katanya cara bacanya adalah 'lezi taon'! Jadi malu deh saya...

Bukannya saya memuji anak saya lho, ternyata semua anak Indonesia yang bersekolah di sini, enggresnya (minimal pronunciation-nya), pasti lebih baik daripada orang tuanya! Anak-anak kecil itu baik yang TK maupun SD kalo ngomong pada casciscus aja walaupun secara tenses-nya gak betul banget, tapi udah faseh secara pengucapan! Buktinya kemarin saya bilang 'launch bay' sebagai 'lansbei', malah dikoreksi sama anak temen saya: om Budi, itu 'lonsbei' bukan 'lansbei'! Waduh, malu aku malu pada semut merah!

Pikir punya pikir, wajar aja anak-anak ini enggresnya bagus-bagus. Lha sekolahnya aja dari jam 08.30 sampai jam 15.00 melulu pakai bahasa enggres baik di kelas maupun luar kelas! Sementara orangtuanya tidak pernah ada kelas (kalo PhD student), terus ketemu orang bule juga jarang, terus lagi palingan baca aja yang banyak (jadinya jago baca jurnal, bukan jago ngomong). Pendengaran juga gak terlatih, wong nonton tv juga teksnya diaktifin (di tv sini, teks bahasa enggresnya ada juga, tinggal pencet di remotnya!). Nah, kalo gitu ya jangan disalahin kalo enggresnya gak fasih-fasih amat!

Sabtu, 05 Februari 2011

Ngomong-ngomong tentang IKEA

Sekitar tiga minggu lalu saya perki ke IKEA (bacanya:aike-a). Kalo Anda pernah membangun rumah atau mau ngisi perabotan rumah, tentu Anda pernah melihat katalog produk ikea tadi. Biasanya katalog ini dibawa-bawa sama tukang pendesain kitchen set, sofa ataupun lemari, untuk dicontek. Katalognya tebal, rada mewah dengan gambar berwarna yang berisi seribu satu produk ikea dari peralatn dapur, kamar mandi, kamar tidur, wah pokoknya komplet! Dulu waktu di Amrik saya juga sering pesen katalog ke ikea biar dikirim ke rumah. Dan mereka memang mengirim katalog itu walaupun gak ada tokonya di North Carolina.

Kembali ke cerita, sejak pertama tau ada ikea di sini saya udah penasaran, kayak apa sih toko yang terkenal ini? Lokasinya rada di luar kota, mungkin biar investasinya murah karena tokonya ternyata gede banget dengan tempat parkit yang luas, bahkan ada restorannya juga. Yah kayak Makro Serpong lah kira-kira (yang sekarang udah almarhum itu). Lantai atas berupa barang diplay yang dikelompokkan berdasar ruangannya. Misalnya ruang tidur, ya diisi kasur, lemari, meja, kursi, lampu dsb dengan masing-masing diberi harga. Kemudian kalo di ruang keluarga ya isinya kabine tv, rak buku sofa dan temen-temennya. Displaynya sangat lengkap, dari yang kecil-kecil macam pot bunga dan lampu tidur samapi dengan sofabed dan rak kabinet yang besar-besar. Si calon pembeli tinggal mencatat barangnya apa, ntar belinya di lantai bawah, bawa pulang sendiri atau minta tokoknya nganterin dengan ongkos tertentu.

Yang membuat saya terkesan sebenarnya adalah model bisnisnya. Dengan cabang yang di mana-mana di seluruh dunia, tentunya barangnya harus dibuat standar. Nah yang begini yang kayaknya gak ada di Indonesia. Apa kita bisa mendapatkan sofa misalnya dengan model yang sama di tempat berbeda dengan kualitas yang sama? Palingan kalo di kita yang barangya standar paling adanya yang knock-down model Olympic gitu. Dulu ada mebel merk Ligna tapi kayaknya dia sudah almarhum sekarang. Lagipula di Ikea harganya jelas terpampang dan garansinya juga jelas (ada yang 2 tahun, 5, 10, 15, 25 tahun tergantung jenis barangnya).

Anda yang pernah belanja mebel di Indonesia pasti pernah merasakan ketidaknyaman. Bayangkan Anda masuk toko mebel, misalnya di sepanjang Fatmwati sana (saya pernah merasakan). Anda kayaknya merasa diintimidasi. Bagaimana tidak, setiap langkah Anda dikuntit oleh SPGnya, ditanya macam-macam, terus yang paling parah adalah tidak ada label harga yang tercantum di barangnya. Kalau Anda mau tahu, Anda harus nanya ke SPGnya, yang membuat tidak nyaman (padahal tujuan Anda baru mau banding-bandingin, belum diputuskan mau beli!). Belum lagi kalo Anda khawatir 'dikerjai' dengan dikasih harga yang ketinggian karena melihat penampilan Anda yang meyakinkan misalnya! Lagipula Anda sulit membandingkan dengan toko lain, karena toko yang lain juga 'memperlakukan' Anda dengan cara yang sama! Beli di pameran juga sama saja. Memang harganya tercantum, tapi kayaknya udah di-mark up sehingga malah lebih mahal!

Nah, praktek di Ikea ini adalah praktek bisnis yang jujur kalo menurut saya. Harga barangnya jelas, garansinya jelas, produknya standar, dan juga bagus-bagus. Anda bisa berkeliling sampai modar di tokonya tanpa diusik para salesnya. Kalo mau beli ya silakan, kalo tidak ya gapapa. Tambahan lagi, setelah saya lihat-lihat harga barangnya juga gak mahal-mahal amat, padahal bagus dan bergaransi lho. Misalnya sofa 3 seater (di sini ukurannya gede benget) dengan garansi 10 tahun, harganya $599. Meja komputer kayu $79, rak buku besar $179. Pokoknya wajar lah! Sendiri cuman membeli satu meja komputer seharag $19 sama jam meja $2, maklum rumah masih nyewa, mau dikemanain ntar barangnya (dan terutama duit juga tidak mengijinkan!)

Saya bayangin kalo ada toko (semacam) Ikea ini di Jakarta, tentu para toko mebel yang memanfaatkan kegamangan konsumen akan tutup satu per satu!

*Disclaimer: saya bukan pegawai Ikea dan juga tidak kenal dengan pemiliknya, jadi saya bukan sedang promosi!

Anaknya Orang Jawa Sekolah di Australia

Tanggal 2 Februari kemarin si Aby mulai sekolah. Seperti biasa kehebohan dimulai beberapa hari sebelumnya. Pertama, bekal makan siang apa ya? Kalo di Indonesia dulu waktu istirahatnya satu jam, termasuk sholat dzuhur di sekolah; bekal bawa nasi beserta sendok garpunya, karena semua anak juga bawa nasi. Lha di sini masak bawa nasi juga? Apa gak aneh? Belum lagi Aby makannya lama, sementara waktu istirahat cuma 45 menit. Hm, berarti harus bawa sandwich nih! Wah, kemajuan, sekolah bawa roti setangkup sama daging sapi tipis selembar, tomat diiris-iris sama sayur apaan gak jelas yang dijejalin di dalemnya! Padahal si Aby gak pernah suka makanan barat ala burger dsb! Palingan dia cuman seneng kentang goreng aja. Terus buahnya? Nah, rupanya di sekolah ada program 'harus makan buah dan sayur', jadi waktu istirahat sore (ada tiga istirahat yaitu pagi, makan siang, dan sore) harus makan buah. Si Aby juga kebetulan gak begitu suka buah, ya udah supaya amannya bawain pisang aja!

Pagi-pagi setelah mandi, segeralah kami meluncur ke SDN Victoria Park yang cuman memakan waktu 5 menit pakai si kewut Hyundai. Pakaian seragam sama terus dari Senin ke Jumat, yaitu celana pendek biru dongker sama kaos tangan pendek berkerah warna biru muda, sama topi rimba bitu tua (di sekolah ada kebijakan 'no hats no play' yang artinya kalo gak bawa topi gak boleh main di halaman sekolah takut kepanasan. Halah!)

Sampai di sekolah, jalan rada heboh, maklum kayak di Indonesia kalo hari pertama sekolah jalanan macet berat! Parkir rada jauh terus berjalan kaki. Semua murid membawa barang yang berat-berat karena menggendong semua keperluan selama satu tahun (masih inget kan cerita saya yang bawa pensil 20 biji, ordner, buku tulis, lem, dsb?). Berhubung tadi parkir agak susah, dateng pas banget! Ini ruangan Aby yang mana ya? Celingak-celinguk sebentar rada panik: ini kelas empat ada di mana? Setelah tanya kepada seorang wanita yang kayaknya guru, akhirnya didapet info bahwa kelasnya ada di lantai 2. Wah, ternyata murid yang lain sudah masuk. Ada yang aneh, ternyata Aby walau terdaftar di kelas 4, ternyata kelasnya bernama 3/4, mungkin gabungan antara kelas tiga dan kelas empat. Yang satu lagi ada kelas 4/5. Tidak ada yang kelas 4 thok! Saya gak tau bedanya antara kelas 3/4 dengan kelas 4/5, pokoknya Aby udah aman sekolah gak tau di kelas ngerti apa gak pelajarannya, kayaknya sih ngerti wong kalo nonton kartun di tv yang bahasa enggres semua dia ngerti tuh!

Abis Aby masuk kelas, kami keliling sekolah. Oh rupanya kompleksnya rada gede juga. Ada TK, ada pre-primary (kayaknya maksudnya TK besar), terus ruang kelas 1 sd kelas 6, lapangan olahraga outdoor (basket, voli, dsb), aula indoor tempat olahraga dan makan siang, terus playground yang ada prosotannya dsb, terus lapangan rumput. Ada juga ruangan lab dan ruang musik yang lagi dibangun. Lumayan lah, untuk sekolah yang gak bayar!

Terdapat juga lapangan parkir untuk guru. Wah, ini ternyata bedanya guru SDN di Australi sama di Indo. Kalo di Indo, barangkali isinya parkir motor semua (yang kreditnya selama 4 tahun), di sini parkiran isinya mobil semua. Enak juga jadi guru di sini, gaji bisa beli mobil! Dan ingat, bukan mobil tua kayak punya saya, tapi minimal tahun 2000 ke atas! Bahkan ada juga Toyota Harrier terbaru! Wah, elok...

Sekolah di sini rada lucu juga. Semua buku dan peralatan ditinggal di sekolah, sedangkan yang dibawa pulang hanya tas yang isinya makan siang sama botol minum doang. Sementara ini belum ada PR sih, jadi pulang sekolah dia bisa nonton kartun sampai puas! Gak tau nantinya. Oya rupanya ada eksul juga; yang ditawarkan adalah renang sama dance (gak tau maksudnya ini mau tari apaan), tapi diadainnya waktu jam sekolah, bukan sesudahnya. Kayaknya ntar ikut renang aja.

Waktu pulang, Aby ditanya ngerti apa gak, dia jawab ngerti, yang sudahlah aman. Gak tau ngerti 100% atau 75% atau 50% (mudah-mudahan sih gak).

Oya satu catatan, mengenai seragam. Seperti disebut tadi, seragam adalah celana pendek, baju kaos kerah, sama topi lebar, sepatu bebas. Lihat punya lihat, ternyata seragam kaos bukan hanya untuk SD aja, melainkan sampai SMP dan SMA seragamnya memang kaos, warna tergantung sekolahnya. Saya jadi mikir, kenapa di Indonesia gak ada pemikiran kayak gitu? Maksudnya kenapa anak sekolah harus pakai baju (gak boleh pakai kaos). Saya sih setuju dengan kebijakan pakai seragam tiap hari untuk menghilangkan perbedaan status. Tapi ya itu tadi, kenapa pakai baju yang berkancing dan bahannya tidak menyerap keringat? Toh anak-anak banyak berlarian dan pastinya keringetan. Apa alasannya biar anak diajar disiplin? Disiplin juga bisa diterapkan walau anak sekolah pakai kaos. Dengan kaos si anak bebas bergerak. Terus juga kenapa di sekolah Indonesia gak ada seragam topi lebar biar gak panas, kan kita negara tropis! Ntar kalo saya punya sekolah sendiri deh, saya biarin anak pakai kaos. Hehehe...