Minggu, 07 September 2014

"Staaett Strit"

Pada suatu hari saya mau nelpon taksi karena mau ke bandara. Saya waktu itu lagi di rumah temen di State Street. Setelah nyambung, si operator nanya di mana alamat penjemputan.

Saya: Number xx, di State Street (saya ngucapin 'state' ya biasa aja, 'stet strit')
Operator: Sorry sir, what street?
Saya: 'Stet strit'
Operator: Sorry sir, I can't locate the street with that name
Saya (dalam hati): halah. (Saya ulangi lagi): 'Stet strit'!! (rada kenceng)
Operator (belum ngerti juga): Could you please spell the name of the street?
Saya (dalam hati: halah lagi): The name is es-ti-ei-ti-ii street
Operator: Oo, is that staaett strit?
Saya : Nah itu dia! Benul, eh betul!

Ya ampunnn, barulah saya sadar lagi bahwa saya lagi di Australi! Orang sini memang kalo ngomong logatnya agak panjang dan ditarik. Saya yang biasa ngucapin 'state' jadi 'stet' ala orang Amrik, rupanya tidak laku di sini, dan harus diucapkan dengan sedikit nyeret: 'staaett'. Pantesan saya tadi kayak orang bego! Buat Anda yang baru denger orang Australi ngomong, pasti gak gampang mudeng, karena mereka ngomongnya emang rada aneh, misalnya kata 'mate' diucapkan 'maett' (bukan 'met'), atau 'today' dibilangnya 'tudaii'!!

Kamis, 04 September 2014

Sekali-kali Serius: Anatomi Sebuah Tesis

Baiklah sekarang saya mau menulis tentang akademis, katanya saya ini mahasiswa PhD kok malah seringnya nulis yang enggak-enggak. Sebagaimana pernah saya tulis di waktu lalu, persyaratan kelulusan saya adalah: membuat disertasi (di tempat saya disebut tesis; kalo di Indonesia kan tesis buat S2 ya? Entah kenapa jadi begitu) yang panjangnya maksimal 100 ribu kata (tidak ada panjang minimal: 100 ribu kata ini kira-kira setebal 300 halaman dengan ketikan satu setengah spasi; professor saya bilangnya ya minimal 200 halaman lah); terus menulis di jurnal (minimal dua jurnal klasifikasi A), terus mempresentasikan hasil riset di dua konferensi. Udah gitu doang! Eh ya bukan gitu doang ding, itu berat lho. Sebagai catatan: syarat kelulusan ini berbeda-beda tergantung universitasnya, tergantung jurusannya, dan tergantung pula pada dosen pembimbingnya, bahkan mungkin juga tergantung mahasiswanya. Ada temen saya yang lulus PhD juga walaupun hanya nulis tesis plus satu jurnal, itupun kelas B! Dan bahkan ada professor yang tidak mengharuskan jurnal maupun konferensi (enak ya?).

Nah, saya mau cerita dikit mengenai anatomi sebuah tesis. Tesis dimulai dengan Bab 1 yaitu Pendahuluan. Inilah bagian terpenting dari sebuah tesis, kata dosen penguji, di samping bab mengenai kesimpulan tentunya. Karena kata seorang dosen penguji (reviewer), biasanya dua chapter itulah yang dibaca sama mereka untuk menentukan layak tidaknya tesis.

Dalam bab ini dibahas mengapa riset tertentu dilakukan (kalau bahasa awamnya: ngapain sih deteliti, kurang kerjaan amat?), dengan menyertakan alasan-alasannya. Biasanya alasannya ada dua, yaitu karena subjek tersebut belum pernah diteliti oleh orang lain dan riset tersebut ada manfaatnya. Untuk meyakinkan bahwa riset ini belum dilakukan oleh orang lain, maka secara singkat diuraikan riset-riset dalam bidang yang sejenis (secara rinci riset yang sudah dilakukan oleh orang lain akan dibahas di Bab 2-Literature Review, ntar kita bahas tersendiri), untuk meyakinkan bahwa ‘tuh liat riset kayak saya ini belum pernah dilakukan orang kan?’. Juga dibahas mengapa ini penting, artinya seberapa signifikan sih riset ini akan menghasilkan sesuatu. Gampangnya, jangan sampai kita udah capek-capek riset, terus orang bilang ‘halah cuman segitu doang?’.  Abis menguraikan ‘apa’ risetnya, maka di bab ini juga diuraikan metodologi risetnya kayak apa, terus cara pembahasannya gimana, tidak ketinggalan istilah-istilah yang dipakai, batasan-batasan yang ada, dan sistematika tesis biar pembaca tau bagaimana wujud tesis ini secara keseluruhan.

Bab 2, Literature Review, membahas hasil-hasil penelitian dalam bidang sejenis. Di sini diuraikan mula-mula riset dalam bidang ini pertama kali dilakukan kapan, terus perkembangannya gimana, hasil-hasilnya gimana. Isinya bukan hanya daftar peneliti beserta hasil-hasilnya melainkan berisi analisis secara kritis, misalnya membandingkan hasil yang satu dengan yang lain, mengkritisi metodenya, menyarikan poin-poin yang penting. Pokoknya bab ini fungsinya mendemonstrasikan kepada pembaca bahwa kita udah tamat mempelajari sampai sedetil-detilnya semua riset dalam bidang serupa yang sudah dilakukan orang di seluruh dunia. Nah, ampuh kan?

Abis itu adalah biasanya Bab 3, yaitu metodologi. Ini menguraikan metodologi apa yang kita gunakan dan mengapa itu digunakan. Metodologi ada tiga, yaitu kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Abis menguraikan metodologi, terus metode risetnya apa. Metodologi sama metode beda lho ya? Methodology menyangkut dasar pemikiran, sedang metode menyangkut caranya, misalnya dengan survei (ada mail survey, internet survey, interview), observasi, studi kasus, atau eksperimen. Selain metodologi dan metode, dibahas pula populasi penelitian dan sampel yang digunakan. Abis itu juga metode analisisnya, dan pembahasannya termasuk ukuran satuan yang dipakai.

Bab 4, yaitu kondisi yang sekarang terjadi. Ini biasanya yang paling gampang, karena hanya menguraikan fakta-fakta yang ada pada saat penelitian dilakukan. Tinggal kompilasi data-data yang ada ditambah dengan uraian di sana-sini, jadi deh.

Bab 5 dan kalau perlu Bab 6 (kalau satu bab gak cukup, biar gak terlalu panjang) biasanya berisi hasil penelitian. Di sini disajikan table-table yang didapat dari hasil penelitian, juga analisis statistiknya yang diperlukan. Bab ini juga lumayan gampang, karena biasanya dengan program statistic (misalnya SPSS), semua data kita bias hasilkan di computer tanpa kita capek menghitungnya karena tinggal pilih variable input dan apa yang kita cari maka table sudah otomatis dihasilkan. Tinggal mindahin ke tesis dan diberikan narasi seperlunya.

Kemudian Bab 7 akan menganalisis Bab 5 dan 6 dihubungkan dengan kondisi yang ada (Bab 4), maupun hasil-hasil riset sebelumnya (Bab 2). Di sinilah kecanggihan mahasiswa diuji, sejauh mana dia bisa menganalisis hasil tadi dan mencari hubungan-hubungannya dengan variable-variable yang ada. Biasanya juga diuraikan perbedaan dan persamaan riset yang dilakukan dengan riset-rise terdahulu. Bab inilah yang paling sulit.

Selanjutnya Bab 8 atau bab terakhir isinya adalah kesimpulan dan rekomedasi. Ini menghimpun seluruh hasil yang diperoleh, kemudian rekomendasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pihak terkait sehubungan dengan hasil itu. Biasanya bab ini rada gampang karena merupakan singkatan dari bab-bab sebelumnya.


Demikianlah sedigit gambaran mengenai anatomi sebuah tesis. Capek kan bacanya? Baca aja udah capek apalagi nulis tesis, hayo?

Senin, 01 September 2014

Customer Service Terlelet di Dunia

Ini memenuhi janji saya bahwa saya akan menulis mengenai call center. Begini nih: setiap perusahaan di Australi, bahkan instansi pemerintah, selalu ada call center, yaitu nomor telpon yang bisa dihubungi. Perusahaan yang pakai misalnya perusahaan telpon, tv kabel, gas, dsb. Nomornya biasanya pendek-pendek, misalnya 3800 atau 1300 atau 3500. Nomornya sih singkat tapi nelponnya bisa bikin jengkel setengah mati.

Berkali-kali nelpon ke nomor begituan selalu modusnya sama: Setelah nomor nyambung, sama mesin penjawab dikasih beberepa alternatif. Abis itu ada sub-sub alternatif lagi yang harus dipilih sesuai tujuan kita nelpon. Abis itu ke sub-subnya lagi, kira-kira sampai lima level, baru akan dihubungkan ke operator. Nah, di sinilah masalahnya! Setelah mesin penjawab bilang: Anda akan kami hubungkan dengan operator kami, tunggu sebentar. Ini dia nih yang paling ngeselin. Selalu dibilang sama mesin 'panggilan Anda sangat penting, mohon tunggu sejenak'. Ternyata yang dibilang 'tunggu sejenak' itu paling cepet dua puluh menit! Lha katanya 'panggilan Anda sangat penting' kenapa gak diangkat-angkat! Modus berikutnya adalah orang pertama akan nanya-nanya identitas kita, nomor pelanggan, nama dsb dan lalu masalahnya apa. Selesai? Belum juga, karena sama si orang pertama ini, kita dilempar lagi ke orang kedua! Nunggu lagi sekitar sepuluh menit, sambil tidak lupa dibilang 'panggilan Anda sangat berharga, mohon tunggu sejenak', sambil diperdengarkan lagu-lagu gak lucu dari seberang telpon (Wong panggilan berharga kok suruh nunggu sepuluh menit). Kemudian si orang kedua nanya lagi masalahnya apa. Kemudian dia ngutak-atik komputer dia lagi, sambil kita didiamin kira-kira 10 menit sambil diperdengarkan lagi musik gak mutu. Biasanya masalah akan selesai di operator kedua ini, tapi beberapa kali dilempar juga ke orang ketida dengan tidak lupa nunggu 10 menitan tadi. Alhasil, diperlukan waktu minimal setengah jam nelpon untuk memecahkan masalah kita!

Padahal kita ini pelanggan lho, yang bayar gaji si operator itu. Dalam hal ini, operator di Indonesia jauh lebih bagus dan ramah. Kata orang-orang di Perth sini, masalahnya terletak pada kenyataan bahwa operator call center itu adanya di luar negeri, bukan di Australia, misalnya di India atau Pakistan untuk menghemat ongkos. Jadi mereka pakai perusahaan specialis call center di negara ketiga tadi, bukan karyawan perusahaan itu sendiri! Pantesan! Tapi plis deh...