Minggu, 15 Mei 2011

Intermeso: Football Quotes

Berhubung di Australia sini tidak ada siaran langsung Liga Iggris, maka saya ngikutinnya harus lewat internet. Justru karena itu pernah saya nemu kumpulan quotes (ucapan) yang lucu-lucu mengenai sepakbola. Berikut contohnya:

ARSENE WENGER 'Of the nine red cards this season we probably deserved half of them.'
'As long as no-one scored, it was always going to be close'
BOBBY GOULD 'We are really quite lucky this year because Christmas falls on Christmas Day'
BOBBY ROBSON 'In a year's time, he's a year older.'
"Look at those olive trees. They're two hundred years old - from before the time of Christ!"
BRYAN ROBSON 'We're going to start the game at nil-nil and go out and try to get some goals.'
DAVID O'LEARY 'I was a young lad when I was growing up.'
GEORGE GRAHAM 'The one thing I didn't expect is the way we didn't play.'
GERARD HOULLIER 'Too many players were trying to score or create a goal.'
GLEN HODDLE 'When a player gets to 30, so does his body.'
GRAEME SOUNESS 'Today's top players only want to play in London or for Manchester United. That's what happened when I tried to sign Alan Shearer and he went to Blackburn.'
GRAHAM TAYLOR 'It's a game we've got to win. It's also a game we've not got to lose.'
HOWARD WILKINS 'If they hadn't scored, we would've won'
HOWARD WILKINSON 'I'm a firm believer that if the other side scores first you have to score twice to win.'
JACK CHARLTON 'We probably got on better with the likes of Holland, Belgium, Norway and Sweden, some of whom are not even European.'
JOE ROYLE 'Our goalkeeper didn't have a save to make in 90 minutes, and yet he still ended up conceding four goals'
JOHN LAMBIE, Partick Thistle manager, when told a concussed striker did not know who he was. "That's great, tell him he's Pele and get him back on."
JOHN TOSHACK 'Winning all the time is not necessarily good for the team.'
MALCOLM ALLISON 'A lot of hard work went into this defeat.'
RON GREENWOOD 'Playing with wingers is more effective against European sides like Brazil than English sides like Wales.'
DAVID BECKHAM "We want Brooklyn to be christened but we don't know into what religion yet."
"I always used to go for blond and quiet girls, but Victoria is the total opposite - dark and loud."
"Alex Ferguson is the best manager I've ever had at this level. Well, he's the only manager I've actually had at this level. But he's the best manager I've ever had."
"My parents have been there for me, ever since I was about 7."
IAN RUSH 'I couldn't settle in Italy - it was like living in a foreign country.'
MICHAEL OWEN 'I was alone up front, with Danny Murphy playing between me, myself and the midfield.'
THIERRY HENRY "Sometimes in football you have to score goals."
ROBERT "DANNY" BLANCHFLOWER "The point of football is to equalize before the other team scores."

Ojo Gumunan: Kisah Sebuah Formulir

Anda pikir semua hal di negara maju mengagumkan? Think again!. Ceritanya, saya kan sudah berhasil meluluskan proposal riset saya. Proses berikutnya adalah meminta persetujuan Komite Etik bahwa proposal saya sesuai ketentuan etika penelitian. Formulir saya masukkan awal Maret 2011 ke sekretaris jurusan (sebut saja si A). Besoknya melalui email A memberitahukan bahwa formulir sudah diteruskan ke sekretariat fakultas (sebut saja si B). Saya ya tenang-tenang aja nunggu, karena sesuai aturan dalam dua atau tiga minggu, surat persetujuan akan keluar.

Nah, tidak terasa sudah dua bulan kok surat tersebut tidak keluar? Tidak terasa karena saya sibuk nulis book chapter perintah profesor saya. Abis itu saya nyadar, mana dia nih kelanjutannya? Saya segera email ke A menagih mana nih suratnya? Besoknya si A menjawab email saya diteruskan ke B. Eh, besoknya si B mengemail saya (tembusan ke A) bahwa kantornya sama sekali tidak berurusan dengan masalah etik. Nah lho! Jadi kemana aja formulir saya yang dua bulan lalu saya kirimkan?

Ternyata saudara-saudara, selama ini si formulir duduk manis di meja A (yang diteruskan ke si B kata si A ternyata adalah softcopy-nya aja!). Saya heran setengah mati, masak ini sekolah internasional tidak ada prosedur baku (SOP) untuk menangani formulir etik? Lha terus kalau saya gak tanyain bisa-bisa empat tahun saya nungguin persetujuannya! Wah, gak bener nih. Enaknya saya apain si A ini? Apa saya omelin aja, apa saya laporin ke fakultas atau profesor saya, apa saya laporin ke pemerintah Indonesia aja? (eh, gak mungkin ding).

Belum sempat saya bertindak, eh malemnya saya ditelpon sama si A (entah darimana dia mendapat nomor ponsel saya!). Dengan takutnya dia minta-minta maaf ke saya. Saya yang memang dasarnya orang baik (halah!) segera bilang ok saya maafkan, saya tunggu kabar berikutnya!

Eh, sehari setelah itu, surat persetujuan langsung keluar! Rupanya saking takutnya langsung diproses secara kilat! Hehehe, tahu rasa dia! Entah bagaimana cara dia melobi Panitia Etik untuk secepat kilat menyetujui formulir etik saya itu!

Senin, 09 Mei 2011

Diklakson Melulu

Saya ini tak terasa sudah hampir setahun di sini dan hampir setengah tahun nyetir, tapi sering merasa masih goblog banget! Betapa tidak, sering banget saya diklakson sama orang Australi sini!

Sebabnya? Kemungkinan besar beda budaya sih. Misalnya kalo ketemu perempatan (apa hayo bahasa Inggrisnya prapatan? Saya belum nemu tuh!). Di sini prapatan terbagi tiga jenis. Satu, prapatan dengan lampu merah (kita sebut aja prapatan#1). Prapatan#1 ini juga terbagi dua, yakni yang kalo belok kanan ada lampu tersendiri, alias ada panah lampu merah dan panah lampu ijo buat yang belok kanan aja (kita sebut prapatan#1A). Kemudian ada prapatan yang berlampu tapi yang belok kanan tidak ada lampunya, alias mengikuti lampu yang lurus (kita sebut prapatan#1B). Kemudian jenis kedua yaitu prapatan tanpa lampu merah (prapatan#2). Jenis terakhir adalah prapatan dengan bunderan, tanpa lampu merah (prapatan#3). Nah, masalahnya adalah cara menyopir berbeda-beda tergantung jenis prapatannya!

Kalo prapatan#1A mah jelas paling gampang, karena baik lurus maupun belok kanan atau kiri tinggal ngikutin lampu, kalo salah juga kebangeten! Tapi saya pernah juga dimaki-maki pengendara sepeda gara-gara saya mau belok kiri ngikutin lampu ijo yang buat lurus. Saya gak lihat bahwa yang ke kiri masih merah (ingat kalo di Indo malah belok kiri jalan terus!). Saya rem mendadak karena di kiri ada orang nyebrang pake sepeda. Dia langsung memaki-maki kenceng banget! Saya malu setengah mati sambil buka jendela kiri, mana jauh lagi dari tempat duduk nyetir yang di kanan, sambil tangan berdadah mulut mengucap kata "sorry-sorry" entah dia denger apa tidak. Saat itu saya merasa jadi orang tolol sedunia, wong banyak orang di prapatan yang melihat adegan tersebut sambil mikir kali: ini ada orang kampung mana nih nyetir gak tau aturan..

Nah, di prapatan#1B baru nyetir agak nyeni. Kalo lampu ijo dan kita mau belok kanan, kita mesti nungguin arus lawan sampai bener-bener kosong. Kalo dirasa aman, baru boleh belok kanan. Masalahnya, pengertian 'aman' ini yang berbeda. Kalo di Jakarta, yang penting adalah 'kepala masuk badan masuk' ala kucing, maka pengendara di depan pasti ngerem. Lha kalo di sini, 'aman' berarti pengendara dari arah lawan tidak ngerem. Nah kalo kita maksa belok kanan dan pengendara lawan mengerem, maka itu pasti 100% salah kita dan si lawan tadi akan mengklakson kenceng banget!. Catatan: Jangankan belok kanan, kalo kita masuk ke jalur utama dari jalur yang lebih kecil (belok kiri), kita juga harus nungguin lamaaa banget sampai jalur utama 'aman' tadi. Paling males kalo kita di belakang orang yang nungguin, kadang-kadang mobil di depan kita lama banget gak masuk-masuk nungguin aman tadi!

Di prapatan tanpa lampu alias prapatan#2, caranya lain lagi. Kalo di Indo jelas berlaku pedoman 'pala masuk badan masuk' tadi. Di sini, di semua prapatan#2, pasti salah satu ruas ada tanda harus berhenti dulu, alias tulisan STOP di kotak segi delapan. Nah, yang berada di jalan bertanda STOP tadi, kita harus berhenti grek dan melihat ke kanan dan ke kiri apa ada mobil yang lewat di jalan yang melintang di depan, karena sudah pasti di jalan dia gak ada tanda STOP (kalo ada tandanya kan gak ada mobil yang maju-maju tentunya). Jadi pasti jalur kita atau jalur yang melintang ada tanda stopnya. Masalahnya adalah kita (kita? elu kali gua kagak!) terbiasa kalo ada prapatan pasti ngerem. Nah, saya sering otomatis ngerem di depan prapatan, padahal tidak ada tanda stopnya. Harusnya saya kenceng aja karena pasti jalur depan yang menyilang pasti ada tanda stopnya dan mobil yang menyilang pasti berhenti nungguin kita. Kalo saya ngerem, berarti saya salah, dan mobil di belakang kita ikutan ngerem. Diklakson kenceng lagi...

Di prapatan#3 alias yang ada bunderannya (hayo, bunderan apa bahasa Inggrisnya? Ternyata 'roundabout', saya juga baru tahu, kirain 'circle' kayak di amrik), lain lagi caranya. Kalo di bunderan gini, pedomannya adalah kita lihat arus mobil dari arah kanan kita, arah lawan dari depan gak perlu dilihat. Kalo di kanan kita gak ada yang ke arah kita, baru kita bolah masuk di bunderan. Pedoman 'aman' ya sama dengan tadi. Kita boleh masuk bunderan dengan syarat kalo mobil dari kanan posisinya jauh banget. Tidak ada 'pala masuk badan masuk'. Pernah saya nyaris banget tabrakan dengan mobil dari kanan yang kenceng karena memang hak dia, dan saya nyelonong aja. Untung saya masih sempet banting kiri secepatnya! Tentu saja dia klakson kenceng-kenceng dan ngomel-ngomel teriak, dan terpaksa lagi saya keluarkan tangan minta maaf sambil mulut membentuk kata 'sorry-sorry'...

Itulah kira-kira sebabnya mengapa saya sering diklason orang. Bukan itu saja, nyopir terlalu pelan juga diklason orang, saya sering banget di jalan tol diklakson, gara-gara saya 'alon-alon asal kelakon' sedangkan para bule itu 'lebih cepat lebih baek!'

Selasa, 03 Mei 2011

Book Chapter, Laporan Cuaca, Royal Wedding

Setelah satu setengah bulan banting tulang, akhirnya book chapter sudah selesai ditulis dan sudah saya email ke Pak Prof, tinggal nunggu respon dari dia. Jangan dikira lho waktu segitu itu lama, itu termasuk cepet. Soalnya kalo memang syarat jadi PhD (lihat tulisan saya sebelumnya) adalah membuat tiga artikel jurnal, dan book chapter dianggap jurnal juga, berarti setahun syaratnya nerbitin satu (kan belajar PhD empat tahun!). Nah book chapter saya itu 'cuman' ditulis kurang dari dua bulan, berarti lebih cepet kan? Tapi gak boleh seneng dulu soalnya itu baru selesai versi saya, belum perbaikan setelah di-respond sama Pak Prof...

Sementara itu dilaporkan cuaca di sini sudah bener-bener musim gugur. Orang Australia nyebutnya 'autumn', kalo di Amrik namanya 'fall', entah kenapa beda, tapi lebih keren autum, soalnya ada judul lagu jaman dulu 'Autumn Leaves' (antara lain cover versionnya dinyanyiin sama mendiang Broery Pesu eh, Marantika). Oya, ternyata saya baru tau bahwa daun-daun musim gugur di sini tidak berubah warna jadi merah dan kuning, masih tetep ijo royo-royo. Gak tau kenapa, apakah cuma di Perth sini atau di seluruh Australi daun-daun tetap ijo. Jadi mungkin lagu 'Autumn Leaves' yang tadi tidak mengena di sini, wong leaves-nya tetep begitu-gitu aja, gak berubah! Padahal dulu di Amrik kalo udah fall pemandangan jadi cantik sekali (beneran, kalo gak percaya lihat aja film 'A Walk in the Clouds'-nya Keanu Reeves!).

Saya juga mau cerita dikit soal royal wedding William sama Kate (entah kenapa si pangeran pilih putri yang kate, apa gak ada yang bongsor!). Tahu gak ternyata siaran tv di sini heboh banget. Seminggu sebelum hari H, semua channel utama tv sudah pada mengirimkan kru beritanya ke London sana. Jadi selama seminggu, mereka membaca berita untuk tv sini dari Inggris langsung sana. Tidak lupa juga berita kerajaan yang gak penting-penting disajikan sebagai menu pemanasan, misalnya wawancara sama orang yang sudah ketemu si Wills sama Kate, terus menebak-nebak baju pengantin, terus siapa perancangnya, kuenya buatan siapa, dst. Pokoknya gitu deh, selama seminggu tiada hari tanpa olahraga, eh salah, tanpa royal wedding.

Nah, pas hari H-nya lebih parah lagi. Dari pagi jam 6 sudah siaran langsung, padahal 'akad'-nya baru jam 5 sore! Saya berangkat ke kampus jam delapan udah disiarin suasana jalan bakal calon kirab. Saya pulang jam empat, acara akan dimulai di gereja. Saya pergi lagi ke acara di Konjen RI (makan malam dan dialog dengan ketua BPK Pak Hadi Purnomo, mantan Dirjen tempat saya), pulang jam 11 malem, eh masih siaran langsung juga, mengenai hiruk pikuk di lapangan depan istana Buckingham. Ya ampun banget deh. Tapi kalo dipikir-pikir daripada lihat berita pusing mendingan nonton royal wedding, walaupun kata orang Betawi 'sodara bukan, temen juga bukan'. Labih masuk akal lagi, konon memang orang Iggris kan leluhurnya orang Australi, jadi melihat royal wedding ya sama juga melihat kehebohan tanah leluhur! Gitu kali...