Selasa, 31 Agustus 2010

Menulis Itu (Tidak) Gampang

Jaman dulu banget, Arswendo Atmowiloto (itu lo pengarang hebat yang pernah masuk penjara!) pernah mempunyai slogan yang sangat terkenal yaitu 'mengarang itu gampang' dan menuangkannya dalam majalah 'hai' sebagai serial untuk menyemangati agar anak-anak muda suka menulis. Saya termasuk salah satu penggemar rubrik ini walaupun tidak satu biji buku atau novel pun yang pernah saya tulis.

Beberapa hari yang lalu, dalam salah satu status facebook temen saya yang lagi S3 di ANU, dia rada mengeluh mengenai sulitnya merangkai tulisan sehingga koheren, nyambung, dan jelas. Saya juga merasakan hal yang sama dan mengomentari statusnya bahwa seharian itu saya cuma berhasil menyelesaikan dua halaman.

Eh, gak taunya temen saya yang lain di La Trobbe gantian mengomentari saya, bahwa sehari bisa dua halaman itu udah bagus banget. Pendapat ini didukung pula oleh penulis pertama tadi dari ANU tadi. Tentunya dalam hati diem-diem saya seneng atas 'keberhasilan dua halaman per hari' tadi!

Ternyata lagi saudara-saudara, setelah bangga dua halaman, besoknya saya hanya bisa menyelesaikan satu paragraf doang, boro-boro satu halaman! Itu juga setelah membolak-balik tujuh buah buku dan tiga jurnal!

Nah, terbukti kan bahwa menulis itu tidak gampang...terbukti juga bahwa Arswendo salah! Hehehe...

Senin, 30 Agustus 2010

Redaksi Yth.

Pengantar: Ternyata ada beberapa pembaca blog yang mengemail saya menanyakan beberapa hal tentang sekolah di Australia. Barangkali jawaban saya berguna bagi pembaca yang lain (walaupun saya bukan ahlinya!), makanya email pertanyaan dan jawaban saya masukkan di blog ini. Jangan khawatir, walaupun emailnya nyata, tapi identitas pengirim saya hilangkan:


Tanya:

Bagaimana kabarnya di Australia pak? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat dan selalu lancar studinya. Saya dapat alamat email pak Budi dari pak O. Saya mau minta saran pak Budi mengenai Beasiswa ADS yang saat ini sudah mulai membuka pendaftaran. Saya tertarik utk mencoba, walaupun mungkin kans saya sangat kecil.

Pertama, kira-kira apa tips khusus dari pak Budi bagi saya yang mau apply program S3? Kedua, jurusan yang saya ingin pilih adalah A. Pak Budi ada saran kira2 universitas mana yang sebaiknya saya tuju? (mengingat S2 saya bukan dari LN). Atau, barangkali menurut pak Budi sebaiknya saya pilih jurusan lain yg mungkin bisa memperbesar kans saya?

Ditunggu jawabannya pak. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf jika mengganggu. Semoga sukses.

S

Jawab:

Kabar saya di Australia baik-baik saja. Sekarang lagi musim dingin, suhu berkisar 5 derajat (malem) sampai 15 derajat (siang).

Oke, mengenai kans, jangan berkecil hati dulu sebelum mencoba. Saya saja mungkin mencoba sudah 3 kali baru nembus, so kalo pertama kali gagal, masih ada kesempatan, sampeyan kan masih muda:-)

Pertama, bahasa Inggris harus bagus dulu karena itu adalah syarat pertama. Bukan hanya untuk mendaftar di kantor sampeyan (penanya dari salah satu instansi pemerintah) tapi juga untuk saringan pertama di ADS. Kalo belum mencapai 550 (TOEFL internasional), ada baiknya memperdalam dulu atau mencoba tesnya berkali-kali.

Setelah itu, proposal riset. Tidak penting nanti sekolah di jurusan apa, yang penting proposal harus unik, belum pernah dilakukan orang lain (terutama di Indonesia), dan berkontribusi untuk kantor Anda.

Jurusan apa dan sekolah di mana tidak penting, yang penting proposal kita disetujui oleh salah satu profesor di Australia untuk dia supervisi. Cara mencari supervisor, Anda harus punya proposal yang bagus dulu, baru kirim ke profesor di manapun sesuai keinginan, tentunya sesuai dengan keahlian si profesor. Kalo belum mendapat profesor, peluangnya lebih kecil. Cari di internet universtas di Australia dan nama-nama profesor beserta keahliannya di situs universitas tersebut.

Cara/template membuat proposal ada di situs ADS, tapi yang dikirim ke profesor harus berbentuk essay, bukan poin-poin seperti di template ADS. Itu hanya poin pengingat saja.

Oke, segitu aja.

Demikain mudah-mudahan membantu


Tanya:

Halo mas, apa kabar ? Aku N, kerja di instansi G. O iya, aku udah tau kabar mas Budi via blognya. Aku mau ikut daftar ADS ngambil S3 seperti mas Budi. Tanyanya mulai dari mana ya? Topik risetnya apa yang bagus? Aku ada pikiran mau ngambil topic Y khususnya mengenai X. Tapi blm tau mau nulisnya gimana? Kata mas Budi di blognya, risetnya harus jelas tujuannya sehingga membuat pewawancara bisa nangkap maksudnya. Nah kalo topik saya itu kira-kira bisa ga? Gimana nyari supervisor dan universitasnya ? Aku hanya tau Mr. J dan M yang pernah ngajar aku dulu. Memang masih panjang prosesnya. Sekarang baru mau masukin pendaftaran. Tapi mesti mempersiapkan universitas dan supervisor sebelum diwawancara nanti.

Mohon pencerahannya. Mungkin nanti2 bakalan banyak pertanyaan. Boleh kan?

Jawab:

Dear N,

Wah hebat mau daftar S3. Sip dah! Pertama bikin proposal dulu yang punya manfaat buat Indonesia. bisa segala macam. Jangan lupa daftar pustaka minimal 10 buku. Baru browsing ke universitas, cari profesor. Profesor setuju baru apply.

Gitu dulu kali ya?


Tanya: Ini sambungannya yang di atas:

Dear Mas Budi,

Terima kasih atas email balasan. Aku minta info Universitas yg ga terlalu neko-neko sama toefl dan ielts. Kalo monash dan unsw, minta ieltsnya tinggi bgt 7, toefl, 577 (bagi aku tinggi...hehehe) dan ada writing dan speaking segala (TWE). Toefl aku cuma 533 kalo digenjot lagi plg2 550, itupun ga pake TWE. Gimana kira2 ada ga universitas yg minta toefl/ielts ga terlalu tinggi spy aku sanggup nggenjotnya ( becak kalee..).

Gitu dulu kali ya
Many thanks.


Jawab:

Tetap semangat, jangan nyerah sama TOEFL. Kayaknya kalo gak salah semua uni di sini mengharuskan IELTS deh, dan IELTS pasti ada writing dan speaking, sedangkan kalo TOEFL yang sekarang kayaknya juga pakai itu (aku gak yakin mengenai TOEFL, karena pakainya IELTS).

Kalo mau skor yang agak rendahan, mungkin universitasnya yang rada ranking bawah kali ya? Sebenarnya ranking gak masalah yg penting kan lulusan luar!
Mengenai ranking uni di Australia, udah aku post di blog-ku mungkin tiga hari yang lalu. Cari aja di situ, ketemu nama uninya, tinggal browsing!

Oke, gitu dulu, kalo ada apa-apa lagi, email aja jangan ragu-ragu.

Budi

Tanya: ini masih yang tadi, nyambung lagi:

Dear Pak Budi,
Pa Kabar? Pasti lagi melototin artikel. Tanya dong mas. Apa beda Postgraduate Coursework dengan Postgraduate Research? Trus, yang harus diambil untuk beasiswa ADS hanya postgraduate research aja atau boleh yang coursework. Kalo coursework itu kursus aja atau S3 juga? Yang diambil mas Budi coursework atau research ? Aku udah coba email dengan melampirkan research proposal ke the University of Sydney dibales sama dia seperti email di bawah ini. Kalau diklik link Entry requirement, persyaratannya harus Master LLM (research). Padahal aku mau ngambil topic Y. Di fakultas hukum dia, ada dua jurusan hukum itu sendiri dan Y. Kira-kira aku masuk persyaratan ga? S2 aku dari T (dalam negeri), kuliah 2 tahun ( 4 semester), pake karya akhir atau thesis. Apakah itu bisa dikatakan Master Research?
Tolong kasih masukan kalo ada waktu.

Jawab:
Dear N,

S3 yang ADS harus research. Bedanya adalah kalo coursework ya berarti kuliah, kalo research berarti riset murni (kuliah diambil kalo ada yang perlu (biasanya pembimbing yg nyuruh), kalo campuran ya campuran. kalau s3 australi jangan ngambil yang law karena susah banget, mending yg lain aja.

Proposal jangan dikirim ke universitas, tapi ke profesor tertentu di unversitas tsb, cari datanya di website uni ybs.Jjangan khawatir, kalo salah kirim ke profesor yg bukan ahlinya biasanya dia akan forward ke profesor lain yg ahli dalam bidang tersebut. Biasanya kalo di S2nya ada tugas akhir tesis, bisa dikatakan s2 research. Aku juga dulu s2 biasa, bukan reserach, tapi krn tugas akhir ada papernya diangap research juga.

Mungkin gtu dulu ya
salam,

Sabtu, 28 Agustus 2010

Nonton Avatar (Lagi)

Sabtu siang, sambil belanja mingguan saya bermaksud menonton Avatar 3D versi panjang di city. Saya penasaran juga, karena baru kali inilah saya nonton film di luar negeri. Nama bioskopnya Picadilly, seperti nama tempat hiburan malam di Inggris sana. Harga karcis $18 dolar, mahal ya?

Pas sudah jam yang ditentukan, saya segera masuk studionya. Eh, gak tahunya diundur seperempat jam. Gara-garanya sepele, studio sedang dipakai foto-foto pre-wedding. Ada-ada saja.. rupanya pasangan penganten pengemar bioskop kali, satu studio disewa sebentar, terus foto-foto dengan kacamata 3 dimensi! Rada unik juga, walaupun mengorbankan penonton beneran!

Bioskopnya sepi banget, penonton avatar 3D cuman 6 orang! Merupakan jumlah penonton tersedikit sepanjang hidup saya! Filmnya sendiri tetep bagus seperti Avatar 3D versi sebelumnya yang sudah saya tonton di BSD sana (ya iyalah!), dengan penambahan adegan kira-kira 8 menit apa 18 menit saya lupa, kalau kata internet. Penambahannya di mana ya saya tidak hapal tentunya. Yang pasti nontonnya tetep semingunen dan gringgingen kalo pas jagoannya ada di ketinggian. Tidak habis heran saya ngeliat kecanggihan si James Cameron. Gile bener itu detailnya,daun-daunnya, makhluk bercahaya yang berkilauan, terus hutannya dan hewan-hewannya yang ajaib, bener-bener membuat Steven Spielberg tidak ada apa-apanya!

Pulang nonton, langsung buka puasa sama fish&chips (dari fastfood RedRooster, $8.50) yang tumben kali ini kurang enak!

Rabu, 25 Agustus 2010

Pasti Nggak Akan Laku di Indonesia....

Barusan saya menemukan sebuah website yang membuat saya ngakak. Iseng-iseng saya browsing mencari alat-alat masak, maklum panci saya kurang satu lagi untuk membuat kolak, saya ketemu sebuah merk alat masak yang rupanya sangat terkenal di dunia, dan juga di Australia sini. Barangnya buatan Jerman..

Mereknya apa, lihat aja sendiri di bawah ini (saya gak tega nyebutnya) yang dikemas dalam sebuah website yang menarik! Untung barang ini gak dijual di Indonesia, karena pasti gak laku!!

Buat masak gitu loo...


Senin, 23 Agustus 2010

Sepakbola Gadungan

Waktu di Amrik selama dua tahun saya gak bisa memahami satu olahraga yang disebut football sama orang sana. Lapangannya bergaris-garis menunjukkan meter. Pemainnya mengenakan segala macam pelindung, dari helm cakil, pelindung dada, pelindung pundak, lutut, kaki (mirip lagu anak-anak: kepala pundak lutut kaki..kepala…). Semuanya deh! Pemainnya entah berapa tapi banyak lebih dari 10, bolanya lonjong.

Walaupun namanya football tapi bolanya bukan ditendang ataupun digiring, melainkan dibawa ke depan ataupun dioper ke temennya yang lain pakai tangan. Bola ditendang kalo mau mencetak gol aja, dengan gawangnya yang setinggi genter. Tujuan permainan bukan mengegolkan (karena skornya lebih kecil), melainkan membawa lari bola dan menyentuhkan bola itu ke tanah (disebut touchdown). Nah, tentunya lawan mempunyai tujuan yang sama. Caranya bukan dengan merebut bola (karena bolanya lonjong jadi didekap sama pembawanya), tapi dengan menjatuhkan si pembawa bola siapa tau bolanya mencelat; atau dengan memotong lemparan umpan biar gak nyampe ke tangan temen si pelempar. Segala cara digunakan untuk itu: menghadang lari, memegang badan lawan, menabrak, menubruk (sama gak menabrak sama menubruk?), pokoknya segala macam deh… makanya di Amrik, semua bagian badan pakai pelindung.

Kira-kira beginilah gambarnya. Saya tetep belum ngerti kenapa namanya football. Untuk membedakannya orang Amrik menyebut sepakbola kita sebagai ‘soccer’, dan dia tetap membajak nama football untuk olahraga aneh itu; kadang-kadang disebut ‘American football’ untuk orang bule di luar Amrik.



Eh, gak tahunya di Australia sini, saya ketemu lagi dengan yang namanya ‘football’ . Nah, yang ini jauh banget pengertiannya dengan American football yang tadi. Namaya di sini disingkat jadi ‘footie’ atau ‘Australian-ruled football’ untuk membedakannya dengan ‘American football’. Yang ini juga aneh: bolanya sama-sama lonjong, tapi lapangannya berbentuk lingkaran. Aneh, ada lapangan olahraga berbentuk lingkaran! Tujuannya bukan touchdown, tapi tetep bikin gol. Gawangnya juga setingi genter.

Bolanya bukan disentuhkan ke tanah atau dilempar ke gawang, tapi ditendang (nah, rada cocok nih dengan pengertian football!). Bolanya tidak bisa digiring (kan lonjong!), melainkan diumpan dengan tangan (seperti pemain voli ibu-ibu mau servis!) ke pemain lain, ataupun ditendang biar ditangkap temennya. Di sini pemain boleh ditabrak atau ditubruk tapi tidak begitu brutal seperti Amrik. Seperti halnya football di Amrik, football yang ini juga cabang olahraga paling popular di negeri kangguru. Kira-kira beginilah gambarnya. Pemain tidak pakai pelindung.




Nah, anehnya, yang disebut sebagai football di Amrik, di Australi disebut sebagai rugby. Ini olahraga terpopuler nomer dua di sini setelah football yang tadi. Peraturannya hampir sama dengan Amrik, sama-sama lapangannya kotak bergaris-garis, dan membuat touchdown! Hanya di sini pemainnya gak pakai pelindung. Jadi lebih banyak yang berdarah-darah, tulang patah, atau muka bonyok! Inilah gambarnya!




Terus, sepakbola kita alias soccer? Ya ada, di sini namanya soccer juga, termasuk agak popular lah, buktinya Australia barusan masuk Piala Dunia walaupun gak nyampe ke putaran dua!

Rabu, 18 Agustus 2010

Sebuah Rekor yang Aneh

Saya tadinya tidak menyadari bahwa saya sudah menciptakan sebuah rekor yang aneh, yaitu tidak bercakap-cakap dengan orang selama tiga hari berturut-turut!

Saya terakhir menelpon keluarga malam Minggu lalu. Terus hari Minggunya saya di rumah saja, karena cuaca dingin banget, kalo keluar rumah jadi gampang laper!

Hari Senin dan Selasa saya ke kampus, ngerjain proposal dari jam 9an pagi sampai jam 16an. Tahu sendiri dong kerja di perpus berarti ngetik di cubicle (itu lho sekat-sekat berbentuk kotak!) selama itu. Entah mengapa saya tidak ketemu dengan seorang temen pun di situ, juga tidak ke kantin (kan puasa!). Alhasil, saya tidak ngomong selama tiga hari lebih dari Minggu sampai Rabu sore tadi. Selama itu saya cuman ngobrol sama istri lewat YM aja! Palingan waktu naik bis bilang sama sopir 'good morning' aja atau 'good afternoon' waktu masuk bis. Selainnya diam...Nyampe rumah ya diam aja, abis ngomong sama siapa?

Sampai saya sadar bahwa saya sudah membuat rekor tidak ngomong itu tadi! Baru Rabu malem ini saya nelpon ponakan di BSD buat ngucapin selamat ulang tahun, dan ngobrol sama orang-orang yang lagi pesta ultah di situ..!

Aneh gak sih?

Sabtu, 14 Agustus 2010

Ngabuburit….

Ada yang menanyakan gimana rasanya puasa di Perth? Ya sama aja ternyata, lapar dan haus! Enaknya imsak di sini jam setengah enam pagi, magribnya jam enam kurang seprapat, jadi ngirit satu jam. Gak enaknya, udara dingin jadi gampang laper, terus di sini sorangan wae alias harus buat kolak sendiri (saya ternyata bisa lho bikin kolak!), dan yang terakhir di sini gak ada acara tv yang paling ditunggu yaitu azan magrib! (Dulu favorit saya azan magrib di RCTI, bukan karena muazinnya bagus tapi karena dia azan paling cepat stasiun tv lain!).

Daripada bengong, tadi siang saya ngabuburit. Bukan sekedar ngabuburit, tapi sekaligus nempur alias beli beras! (kasian yak?). Tujuan ke mana lagi kalo bukan ke city, karena tempat itulah yang terdekat, naik bis cuman 15 menit (nunggunya yang lama karena lupa ngecek jadwalnya!). Sampai di city segera menuju ke bulevar yang mirip pasar baru itu. Rupanya banyak banget yang sama pikirannya dengan saya karena saya lihat segala rupa orang pada ngabuburit juga, apakah bule apakah turunan Cina yang banyak banget di sini apakah turunan bangsa-bangsa lain. Bedanya mereka pada ngabuburit sambil nongkrong di kafe makan minum ataupun makan sambil jalan…

Pertama saya liat di lapangan orang kok rame banget, seperti kampanye pemilihan Perdana Menteri. Ternyata benar, tapi bukan partai utama Labor Party maupun Liberal Party melainkan Australian Sex Party! Beneran, saya gak bohong. Warna kaosnya kuning seperti salah satu partai besar di Indonesia. Yang dikampanyekan adalah persamaan hak. Tapi bukan sembarang persamaan hak melainkan menuntut disahkannya perkawinan sesama jenis. Masya Allah! Rupanya dia mau meniru negara bagian California sana yang membolehkan kawin sesama jenis. Yang berkerumun di situ kebanyakan adalah anggota LBGT (itu lo singkatan dari Lesbian, Gay, Bisex, and Transgender, gak usah saya jelaskan masing-masing ya?). Ngeliat tingkah polah penontonnya saya senyam senyum sendiri!

Bayangin, udah pakaiannya sangat ngejreng, rambutnya warna warni, mereka pun tidak risih bergandengan tangan ataupun berciuman mulut di depan umum, padahal mereka sesama jenis lho… saya udah nyaris memotretnya, namun saya trauma dimarahin bule jadi motretnya dari jauh aja! Tidak lupa juga ada tarian sexy wanita (kayaknya mantan pria deh!) berpakaian minim yang seronok berlenggak-lenggok dengan dahsyatnya! Lihat foto di latar depan yang bergandengan tangan, itu dua-duanya cewek!




Yang kedua yang membuat saya terhibur adalah penampilan seorang penari jalanan.
Penonton sangat banyak membuat lingkaran berbentuk kotak (masak lingkaran berbentuk kotak?). Ya pokoknya gitu deh.. Penarinya bule sendirian, diiringi musik kayak breakdance jaman dulu. Segala rupa tarian dilakukan, kayak sidewalk dan moonwalk ala Michael Jackson, juga ada gaya pantomin segala ala Septian Dwicahyo (kemana orang ini sekarang ya?), juga ada melibatkan penonton wanita dan pria yang malu-malu kucing diliatin banyak orang. Music pengiringnya juga lagu-lagu yang sangat popular macam Billie Jean-nya MJ, lalu Enrique Iglesias dan semacamnya. Bener-bener jago!

Yang paling saya kagum adalah waktu dia seolah-olah lari cepat banget, padahal hanya lari di tempat..lalu disambung dengan slow motion larinya itu. Wah, asli mirip banget dengan slow-motion di tivi diiringi dengan music yang juga slow…ini baru bener-bener saya baru liat gaya nari kayak gitu. Pertunjukan berlangsung cukup lama, ada kali setengah jam, sampai dia gembrobyos! Terakhir waktu dia nutup pertunjukannya dia terus terang bilang bahwa dia penari professional yang hidup dari menari, maka diharapkan partisipasi penonton. Tidak diragukan lagi banyak penonton yang dengan sukarela mencemplungkan duitnya ke topi lebar yang dipegangnya. Saya pun tidak ragu menyumbang dua dolar saking terhiburnya!

Demikian laporan pandangan mata..

Minggu, 08 Agustus 2010

Kadang-kadang Lucu Juga

Tadi pagi ada seminar oleh salah seorang profesor dari Malaysia yang jadi dosen di salah satu iniversitas di Australia sini. Habis seminar kita ngobrol-ngobrol informal bersama dosen pembimbing saya dan beberapa teman mahasiswa PhD. Salah satu mahasiswa, seorang cewek dari Malaysia juga, sedang mengerjakan riset tentang "Pengaruh Religiositas terhadap Ketaatan Pembayaran Pajak" yang kurang lebih mau menguji apakah orang yang lebih soleh akan membayar pajak lebih jujur. Dia konsultasi dengan pak profesor Malaysia tersebut tentang bagaimana sebaiknya melakukan pengujian terhadap masalah tersebut.

Eh, tak dinyana jawaban profesor adalah: coba kamu kumpulkan data mengenai berapa besarnya dana yang berhasil dikumpulkan dari kotak amal di mesjid-mesjid, lalu dijumlah untuk seluruh negara bagian, lalu dibandingkan dengan pembayaran pajak di negara bagian tersebut...

Bercanda? Enggak, profesor itu beneran gak sedang bercanda. Dia bilang dana seperti itu ada datanya. Tentu saja si mahasiswi jadi bingung gak membayangkan akan mendapat jawaban seperti itu. Ekspresi mukanya menunjukkan keheranan! Jadi rupanya memang untuk menjadi PhD tidak mudah, setiap pendapat atau teori harus ada data pendukungnya, gak bisa asal pakai asumsi. Gak bisa kita bilang karena dia soleh, maka dia bayar pajaknya benar...

Kadang-kadang lucu juga ya...

Inget Jaman SMA dan Kuliah

Pada suatu sore di perpus, saya dengan lugunya bertanya kepada Luis, temen saya dari Filipina

Saya: Luis, kalo riset saya jumlah populasinya sekitar 28,000 berapa jumlah sampel yang pas ya?
Luis: Wah, ya itu tergantung tingkat kepercayaannya Budi, kalau tingkat kepercayaan 90% tentu beda jumlah sampelnya dengan apabila tingkat kepercayaannya 95%, ada rumusnya kok! (sambil mukanya menunjukkan kesan ‘kamu gimana sih masak mahasiswa PhD gitu aja gak tau!’)
Saya: (yang memang gak tahu apa bedanya tingkat keprcayaan 90% atau 95%) Yah, saya kan praktisi, kamu kan dosen di Manila University…(jawab saya ngeles)
Luis: oke deh, sekarang kamu buka katalog perpus dari komputermu, cari kata kunci ‘research design’ pasti ketemu, lalu kamu pinjem bukunya sana!

Langsung saya ketik sebentar di katalog, ketemu beberapa buku. Dengan lari sipat kuping saya segera ke lantai 4 tempat bukunya disimpan. Lumayan, dalam sekejap saya dapat 3 buku: Designing & Conducting Survey Research, a Comprehensive Guide (Louis M. Rea and Richard A. Parker), Statistics for Research (George Argyrius), dan Design and Analysis, a Researcher’s Handbook (Geoffrey Keppel and Thomas D. Wickens). Segera saya pamerkan buku itu ke Luis, dia terus bilang: nah, besok kan weekend, kamu baca tiga buku itu, ntar baru kita diskusi lagi Senin (ekspresi mukanya menunjukkan ‘biar diskusi kita nyambung!’).

Kapokmu kapan!

Akhirnya weekend itu saya gunakan untuk melahap buku tersebut, masak kalah sama orang Filipina! Eh, bener juga akhirnya saya ketemu dengan istilah-istilah jaman SMA dan kuliah dulu: mean median modus standar deviasi margin of error chi square normal distribution z focus group stratified sampling t test multiple regression dsb dsb sampai saya puyeng..

Waktu saya SMA pelajaran ini lumayan saya senengin karena gurunya, Pak Jayadi, baik bener, gak galak, dan kalo nerangin gampang dimengerti…
Waktu kuliah, pelajaran ini mengerikan karena dosennya, gak usah disebut namanya tapi dia pengurus teras partai besar dan lalu pindah jadi pengurus partai besar yang lain, tergolong killer karena nilainya kalau gak salah ya benar, gak ada nilai di tengah-tengah atau ‘ongkos tulis’. Jadi kalau soalnya jumlahnya 4, ya kemungkinan nilainya adalah 0, 25, 50, 75, atau 100. Tidak ada itu nilai 57, 67, 84, atau 34! Ada salah sedikit di salah satu jawaban langsung nilainya nol di nomer tersebut!

Jadi membaca ketiga buku tersebut, perasaan campur aduk antara seneng ketemu barang lama sama ada perasaan ngeri takut gak ngerti. Tapi untunglah di sini gak ada dosen killer…(bahkan saya gak punya dosen sama sekali karena gak ada kelas!)

Jumat, 06 Agustus 2010

Lapor! Tugas Pertama Selesai!

Masih inget kan sama pembimbing saya Pak Jeff (saya gak tega memanggil dia ‘Jeff’ doang, takut kuwalat) yang membuat saya lemes karena harus membaca minimal 30-50 buku/jurnal sebelum ketemu dia lagi? Yak, betul. Hari ini adalah hari di mana saya harus ketemu dia.

Sesuai permintaannya, saya sudah membuat sebuah ‘progress report’ yang berisi literature review mengenai bacaan saya. Laporan saya setebal 6 halaman yang meliputi review terhadap 39 jurnal yang sudah saya peroleh. Sebuah daftar pustaka terpanjang dalam karier penulisan saya! Tentu saja laporan saya buat dengan sebaik-baiknya, maklum kesan pertama sangat penting!

Dengan harap-harap cemas, sehari sebelumnya saya email laporan tersebut kepada dia biar ada waktu untuk dia membaca. Tadi jam 14.30 saya kembali masuk ke ruangan dia setelah lama tidak ketemu. Ruangan dia masih tetap sama, sebuah meja berbentuk huruf L dengan puluhan buku ada di rak di belakang meja. Kasihan juga kata saya dalam hati, sang professor doktor ternama di Australia dan pelopor study tax compliance dunia ternyata ruangannya tidak lebih besar dari ruangan kantor saya dulu di Gambir sana! Meja kerja saya aja kelihatan ‘lebih berwibawa’ dibanding meja dia!

Oke, kembali ke pokok soal. Setelah saya disilakan duduk, dia memegang print-out laporan saya. Dia bilang: ini kamu yang bikin sendiri? Saya jawab: ya iyalah, masak sekretaris saya, kan dia ada di Jakarta! Eh, enggak ding.. saya jawab ya memang buatan saya. Terus dia nanya lagi: kamu gak minta bantuan the Learning Center (sebuah pelatihan bahasa Inggris di kampus)? Enggak, pak, jawab saya. Dia bilang: Wah, bahasa Inggris laporanmu ini bagus, lebih bagus daripada bahasa Inggris anak-anak bimbingan saya yang lain. Lanjutnya: Saya agak heran, biasanya bahasa Inggris anak Asia kurang bagus (dia punya anak bimbingan 3 dari Malaysia, satu Thailand, dan satu Botswana). Wah, mendengar komentarnya langsung hidung saya yang gak mancung ini kembang-kempis! Makasih pak professor, udah lama gak ada yang muji saya!

Demikianlah, pertemuan pertama berlangsung lancar. Habis itu dia nyuruh saya membaca 200 jurnal/buku lagi dalam rangka candidacy saya (candidacy maksudnya adalah pengajuan proposal riset secara resmi ke universitas, jatuh tempo enam bulan sejak semester dimulai yaitu 2 Agustus kemarin). Saya bilang ‘siaaappp…’ (habis mau bilang apa lagi!)

Setelah pertemuan itu, langkah saya jadi agak ringan, cuaca jadi gak dingin lagi (lah, apa hubungannya?)

Rabu, 04 Agustus 2010

Buat Yang Penasaran: Ranking Universitas Terbaik di Australia

Ranking 2009 untuk Australia dan seluruh dunia berdasar THES-QS Top World 200 Ranking Times Higher Education Supplement University Rankings

Ranking Australia, Ranking Dunia, Nama Universitas

1, 17, Australian National University
2, 36, University of Sydney
2, 36, University of Melbourne
4, 41, University of Queensland
5, 45, Monash University
6, 47, UNSW
7, 81, University of Adelaide
8, 84, University of Western Australia
9, 182, Macquarie University
10, 223, RMIT
11, 232, University of Technology Sydney
12, 241, La Trobe University
13, 244, Curtin University of Technology
13, 244, Queensland University of Technology
15, 251, University of Wollongong
16, 254, Flinders University
17, 266, University of Newcastle
18, 291, Griffith University
19, 295, University of South Australia
20, 326, University of Tasmania
21, 355, Deakin University
21, 355, James Cook University

Intermeso: Humor Suroboyoan

Daripada sedih-sedih, berikut ada intermeso berupa humor Suroboyan yang sudah banyak beredar dan filenya tiba-tiba saya temukan di eksternal harddrive saya.

Judulnya: Ngumbah Kucing

Wonokairun tuku rinso ndok tokone Bulali.
“Mbah, kok dengaren sampeyan umbah-umbah dhewe ?” takok Bunali.
“Aku katene ngumbah kucing” jare Wonokairun.
“Gak salah tah Mbah” Bulali bingung.
“Iyo soale kucingku akeh tumane” jare Wonokairun.
“Wah yo isok mati kucing sampeyan Mbah” Bunali ngilingno.
“Lho koncoku wingi ngono, yo gak opo-opo” jare Wonokairun.
Mari mbayar, Wonokairun mulih katene ngumbah kucinge.

Sisuke, Wonokairun teko maneh ndhik tokone Bulali kate tuku rokok.
“Yok opo kucing sampeyan Mbah ?“ takok Bunali.
“Kucingku mati” jare Wonokairun.
“Lho lak temen tah. Sampeyan iku tak kandhani gak percoyo. Laopo kucing atik diumbah ambek rinso, wong onok obat tumo” jare Bulali nyeneni.
“Kucingku mati gak mergo rinso” jare Wonokairun njelasno.
“Opoko lho ?!” Bulali gak sabar.
“Tak peres….“

Senin, 02 Agustus 2010

Learning the Hard Way

Pada suatu hari, saya beli pemanggang roti (toaster), buatan Cina, harganya cuma sembilan dolar! Murah banget kan? Lumayan, bisa buat sarapan roti bakar dengan cepat! Nah, kemarin minggu ini habis buat roti bakar, tiba-tiba tivi saya mati. Cek, lebih lanjut, toaster juga mati. Buka kulkas, lampunya gak nyala berarti kulkasnya juga mati. Idem ditto, pemasak air saya juga mati. Saya bingung apa tiba-tiba semua barang elektronik saya pada meninggal dunia dengan tenang? Padahal semua bohlam bisa nyala dengan benar. Artinya pasti ada sesuatu yang salah dengan saluran colokan saya.

Segera saya telpon agen apartemen saya. Dia bilang saya harus mencari kotak listrik dan ngecek, siapa tahu listriknya njeglek/anjlok. Saya cari-cari gak ketemu si kotak tersebut. Terus si agen, namanya Rayna, datang ke apartemen. Setelah saya jelaskan, dia terus cari kotaknya, ternyata lokasinya tiga unit di sebelah saya, pantesan saya cari sendiri tidak setuju. Eh, bener ternyata anjlok yang satu (ternyata ada dua MCB pantesan bohlamnya bisa nyala). Setelah dinaikkan, listrik nyala kembali. Rupanya si toaster baru saya tadi menyebabkan konslet dan jadi njeglek. Begitu toaster gak dipasang, listrik sehat walafiat! Segera saya bilang: makasih banyak Rayna, kamu baik deh!

Ternyata apa jawabnya? Karena tadi kejadian adalah salahmu karena memasang toaster gak mutu, maka kamu harus bayar saya $50! Lho, saya yang bayar? Iya, karena pangilanmu saya terpaksa bekerja di hari libur, dan tarif saya $50 sejamnya, maka besok akan saya kirim tagihan ke tempatmu. Daripada saya datangkan teknisi listrik ke tempatmu, tarifnya malah $200! Masya Allah! Dan rupanya ongkos tersebut tidak bisa ditawar, dan walaupun saya sudah ngeyel karena paling dia cuma 10 menit ada di tempat saya, dia akan tetap menagihnya! Lemes deh…

Pelajaran pahit hari ini? Pertama, bule memang kejam! Gak ada istilah teman, padahal saya dua mingu sekali ketemu dia buat bayar sewa apartemen…semoga diampuni dosa-dosanya. Kedua, jangan beli toaster murahan buatan Cina!

BRI-Bank Rakyat Indonesia—Rakyat yang Mana?

Dulu waktu saya kuliah di Duke, ada mata kuliah yang namanya “Financial Crisis and Financial Intitution in Asia” yang salah satu materinya adalah mengenai micro-finance alias pemberian kredit pada usahawan kecil. Dalam subjek itu dibahas pula salah satu bank di Indonesia yang konsisiten memberikan kredit kepada rakyat kecil dan terbukti sukses selama puluhan tahun. Bank itu adalah Bank Rakyat Indonesia alias BRI. Hebat, kan? Bahkan ada yang bilang bank ini lebih bagus daripada skema kredit mikronya Muhammad Yunus di Bangladesh sana (orang ini mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian karena upaya mikro-finance ini), karena yang di Bangladesh mereka mendapatkan subsidi dari pemerintah, sedangkan bank BRI bisa hidup dengan laba yang dihasilkannya sendiri.

Nah, singkat cerita selama ini gaji saya dibayarkan kantor melalui BRI. Selama saya di Jakarta itu gak jadi masalah. Nah, waktu saya di Australia sini dan istri mau nyusul, timbul pertanyaan: nanti kalo saya dan istri sudah ada di Australia, siapa yang ngurusin rekening ini? Untuk itulah makanya timbul keinginan untuk mengurus internet banking, sehingga segala urusan perbankan bisa diselesaikan secara adat, eh secara internet. Melalui telpon, orang BRI bilang gampang kok diurus asal ada surat kuasa dan KTP asli saya, biar nanti istri yang ngurus.

Setelah susah payah kirim KTP dan surat kuasa dari sini (untung gak ilang di jalan), istri saya membawa dokumen tersebut ke BRI terdekat. Oleh BRI Serpong katanya gak bisa, harus saya sendiri yang ngurus. Nah, mulai kesel, kalo begitu buat apa surat kuasa segala. Terus, saya minta bantuan orang kantor yang membayarin gaji saya untuk membantu mendatangi dan menjelaskan ke BRI yang menampung gaji saya bahwa memang saya lagi ada di luar negeri dan ini istrinya mau ngurus internet banking dengan surat kuasa, KTP, kartu ATM, buku tabungan, pokoknya lengkap deh!

Lalu apa jawaban BRI? Tetap gak bisa, harus saya datang sendiri! Lah, jaman gini surat kuasa gak berlaku? Kok tradisional amat? Sampai sekarang saya masih gak ngerti gimana cara menyelesaikan masalah ini.

Seandainya gaji saya bukan di BRI, amit-amit deh saya gak akan berurusan dengan bank ini. Rupanya saya tidak termasuk sebagai ‘rakyat’-nya Bank Rakyat Indonesia!