Senin, 28 Februari 2011

Kisah Tiga Perpus

Perpus#1. Adanya di sekolah Aby. Seperti biasa tiap sekolah ada perpusnya. Tapi rupanya perpus di sini rada unik juga. Tiap hari Senin, murid kelasnya Aby ada jam khusus buat minjem buku perpus. Anak-anak boleh pinjam buku apa aja. Dasar si Aby kegemarannya ular, dia udah banyak minjem buku mengenai ular, misalnya Snakes and other reptiles, dictionary of snakes, encyclopedia of snakes, snakes and other crawly creatures, dll. Walah, sampai mblenger saya ngeliatnya. Tapi saya salut juga lo sama sekolahnya itu soalnya dengan begitu si anak jadi seneng baca. Semua anak dibekali dengan reading log yang berisi buku apa saja yang dibaca anak selama sebulan. Jadi tiap hari si Aby harus mengisi buku apa yang sudah dibacanya hari itu, dan saya sebagai orangtuanya tinggal menandatangani aja, kemudian diserahkan ke gurunya untuk juga ditandatangan. Mungkin si guru heran ini anak pinjem buku mengenai ular melulu!

Oya ada satu lagi. Selain boleh meminjam sesukanya, tiap murid harus pinjam satu buku seri lexile tiap minggu. Buku seri lexile ini nyambung dengan program di internet. Jadi setelah si anak baca bukunya, terus buka websitu lexile-nya, masukin nama dan password, kemudian si anak cari judulnya di website itu kemudian mengerjakan soalnya mengenai buku itu. Misalnya judul bukunya 'Si kancil Nyolong Timun', maka nanti ada soalnya di lexile itu: Si Kancil nyolong apa? Tinggal si anak milih jawaban. Tiap buku ada soalnya yang rata-rata berjumlah sepuluh. Jadi mau gak mau si anak baca buku seri ini, soalnya pihak sekolah bisa memantau sampai sejauh mana anak membaca buku, karena kegiatan membaca anak sekolah terpantau dan si anak juga ada levelnya tertentu di situ. Sebuah upaya yang cerdik! Patut ditiru sama sekolah di Indonesia!

Perpus#2. Namanya Victoria Park Library. Ini adalah semacam perpus umum yang ada di tiap kecamatan. Perpusnya dingin banget, cocok buat ngadem di tengah cuaca summer yang panas. Koleksinya lumayan lengkap: fiksi, nonfiksi, majalah, koran, bahkan DVD dan CD. Lumayan juga koleksi novel-novelnya, misalnya istri saya bisa menamatkan bestseller Millenium Trilogy karya Stieg Larsson: The Girl with the Dragon Tattoo, The Girl Who Played With Fire, dan The Girl Who Kicked the Hornet's Nest. Juga ada buku-buku best seller yang lain semisal the Kite Runner atau the Alchemist. Bahkan istri saya malah bisa pinjam buku 550 Resep Makanan Nusantara yang berbahasa Indonesia! Aneh kan... Tapi karena saya tahunya ada perpus ini belakangan, saya telanjur udah beli beberapa novel di sini, misalnya karya Dan Brown (the Lost Key), Sydney Sheldon (Mistress of the Game), John Grisham (King of Torts, the Associate), Tom Clancy (Executive Decision). Jadi anggota gratis, pinjem koleksinya juga gratis. Tahu gitu gak usah beli wong ternyata buku-buku tersebut ada di perpus itu! Perpus umum kayak gini juga perlu ditiru di Indonesia...

Perpus#3. Curtin Library. Tentu saja ini adalah perpus andalan saya buat menyelesaikan sekolah, mudah-mudahan. Walaupun gedungnya kurang gede dan jumlah komputernya kurang, tapi program komputer dan koleksi koleksi databasenya lengkap. Jurnal ilmiah apapun, di manapun terbitnya bisa dicari secara online. Bahkan ada juga di sini databse osyris dan osiana yang kantor tempat saya kerja dulu punya, yang katanya harganya ratusan juta rupiah! Sekali lagi perpus model gini juga perlu dimiliki oleh universitas di Indonesia. Tapi saya gak berani bayangin beli database begitu banyak dan juga software yang bermacam-macam itu, entah berapa duit anggaran yang diperlukan, soalnya kan gak bisa dibajak (ataupun kalo bisa, tentunya malu masak universitas membajak program dan database?).

Demikian sekilas cerita mengenai trio perpus yang setia mengisi hari-hari kami...

Kamis, 24 Februari 2011

Senangnya Bisa Bantu Teman

Ada salah satu temen saya, sebut saja si A (seorang PNS) yang barusan ngasitau bahwa dia berhasil mendapatkan beasiswa S3 ADS yang sama dengan saya. Saya senang karena dia ini merupakan temen saya sudah puluhan tahun yang lalu. Dan juga saya senang karena bisa sedikit membantu dia dalam proses tersebut, walaupun bantuan saya mungkin cuma nol koma nol sekian persennya!

Berikut kronologis dialog saya dengan si A melalui jalur facebook:

BERITA MAU DIWAWANCARA

A: Awb. How is it going? Everything is ok? Boed finally ausaid invites me to interview and take ielts test on Jan 19 th 2011. Would u give me suggestion Boed? What should I prepare for? Tks

Saya: Wow....that's GREAT news!! I am looking forward to meeting you here, hopefully! First, IELTS should be good. Buy a book on how to prepare for the test. Second, interview should be convincing. Re-visit your proposal, secure your email with your potential supervisor (have you got one?), think about your doctorate degrees contribution to Indonesian development. Have you read my blog? Or, we can chat someday about the interview. First of all, congratulations!

Tks, it because of your reference material. Ok I already read your blog, it's very useful. Regarding the preparation, I only have a little time. Currently I am a participan of leader training III until dec 3rd and still in pangkal pinang. Hopefully I can manage it.

Ok. I truly hope that you succeed with this. The main thing is getting potential supervisor (I hope you already did this). If you need me add my name in your chatting list: susilabudi@yahoo.com, anytime, night is better. Good luck!

MAU WAWANCARA

Boed, how are you? give me advice for interview Boed......please heeeelp....help.... I'm not ready yet....!I am going to be interviewed on Wednesday 19th of January 2011. Could you give me what should I prepare for? I still have 2 days more.... hopefully you read this e-mail and reply soon...tks a lot

Siaaappp....
Hari kedatangan: pagi dikumpulin di aula rame-rame. abis itu jadwal dibagikan untuk tahu jam tepatnya wawancara. cari tau siapa tim wawancaranya. kalo ketahuan bahwa si pewawancara gak tau detil bidang keilmuanmu, jangan bicara terlalu rinci, secara umum aja.

Pertanyaan pentingnya:
- apa job desc mu yg sekarang
- apa manfaat risetmu buat pembangunan indonesia (bicara makro aja)
- cara ngambil data gimana (metode riset)
- sampai sejauh mana hubunganmu dgn calon supervisor (tunjukkan email2 antar kalian berdua)
- apa rencana karirmu 10-15 tahun ke depan (hubungkan dgn riset)
- apa yg kamu ketahui ttg australia (baca current issue di sini, misalnya masalah banjir. baca website kantor berita ABC).
- baca lagi template proposal riset yg dari ADS. kuasai betul yg pernah dituliskan di situ, karena pertanyaan dasarnya dari situ.

Oke? kayaknya itu dulu. kalo ada pertanyaan sila hubungi 04036XXXX.
Oya satu lagi: kalo wawancaranya singkat, berarti diterima. kalo bertele-tele, ya good luck aja deh

Thanks a lot Boed, that is very useful information, .....

SETELAH WAWANCARA

Boed, thank you mille, I got the scholarship....!!!! piye strategine urip nang melbourne karo bojo lan anak telu boed. 6.5 tahun, 4 tahun lan 2.5 tahun......

Yesss!!! Ikut seneng....sekarang gak usah mikir yang macem-macem dulu, enjoy ajah....melbourne kota yang asyik, bisa nonton F1 sama autralian open...

Boed bisa cari kerja nggak disana? untukku dan nyonya...?

Wah, udah siap2 nih? Aku kemarin semester satu fokusku nyelesaian proposal final. Skrg udah kelar, baru semester 2 ini aku baru mau cari kerja. kayaknya susah kerja di sini, mayoritas temen2 kerja jadi cleaning service. Kalo di amrik dulu aku gampang banget cari kerja di perpus kampus. di sini saingan ketat...nyantai aja dulu... rencana berapa minggu EAPnya? kapan brangkat?

Berapa minggu...? ngenyeeeek.....hehehe 3 bulan Boed 18 Juli s.d. 21 Oktober 2011, biasane kapan yo blm ada pengumuman tuh?....anakku telu e iso urip po karo nyekolahke bocah?

Hahaha....tenang ae isih suwe...variabel yang menentukan keberangkatan --selain tas kesehatan--adalah "full offer" dari uni ybs. Kalo masih "conditional offer" berarti masih ada persyaratan yang kurang, misalnya nilai salah satu atau dua unsur IELTS masih di bawah syarat uni ybs shg hrs tes lagi. Nanti pada saatnya peserta akan diberi formulir oleh ADS suruh milih dua universitas yg kita minati. Nanti ADS yg meng-apply buat kita. Kalo kamu udah kontak 2 uni ya sykur, kalo belum ya harus cari lagi satu profesor di uni yg lain. gampang kok cari calon prof kalo kita bilangin bahwa kita udah positif dapet beasiswa ADS. Soalnya ADS mengharuskan 2 uni, gak boleh satu, walaupun kita udah mantep ama yg satu. Nah, dari uni itulah ntar kita mendapatkan "offer" baik full maupun conditional...

Hidup dengan 3 anak bisa gak?

Terus terang kalo ngandelin beasiswa ADS yo ora cukup, kudu ngarit barang kuwi..hehe...yo mengko golek kerjo alon-alon...

Puanase Pol....

Sebenarnya ini rada wagu, tapi bener, Perth panas banget! Sebagai orang Indonesia, apalagi di Jakarta udah puluhan tahun, mestinya saya sudah terbiasa kena panas. Tapi dibandingkan dengan Perth, ternyata panasnya Serpong belum ada apa-apanya. Bayangin, sudah sebulan ini suhu rata-rata siang hari mencapai 36 derajat, bahkan pernah 39! Kalo siang selalu di atas 20, rata-rata 22-25. Mana saya tinggal di ASSS alias Apartmen Sangat Sederhana Sekali yang tanpa AC, jadilah kipas angin setia menemani 24 jam dari bangun tidur sampai tidur lagi. Tiap pagi kita liatin tv tentang ramalan suhu harian, dan kebanyakan memang berkisar 35 siangnya! Terpaksa frekuensi pergi ke kampus dipersering. Bukannya mau ketemu pak prof, tapi buat ngadem di perpus!

Ternyata baru saya sadari bahwa 'Jakarta panas' itu tidak benar! Habis gimana, berangkat kantor naik mobil jemputan atau kereta pakai AC, di kantor AC lagi, pulang ke rumah, tidur pakai AC! Pantesan di Perth saya kepanasan!

Peringatan: buat Anda yang kapan-kapan mau ke Perth, jangan datang selama Januari s.d. Februari, dijamin akan gembryobos!

Minggu, 20 Februari 2011

Anak-anak yang Jago Bahasa Inggris

Pernah suatu hari profesor saya nanya gimana keluarga. Ya saya jawab aja mereka baik-baik aja. Dia nanya lagi mengenai anak saya si Aby, ya saya jawab biasa aja, udah mulai masuk sekolah. Terus komentar dia: liatin aja ntar pasti bahasa enggres anakmu lebih baik daripada punyamu, bahkan nanti anakmu akan mengoreksi pemakaian bahasa enggresmu! Masak sih, dalam hati saya mikir, apa segitu jeleknya bahasa enggres saya? Lha justru saya sendiri yang khawatir apa si Aby bisa ngikutin pelajaran yang notabene bahasa enggres semua?

Eh, ndilalah ternyata kayaknya si Aby gak kesulitan mengikuti pelajaran. Buktinya dia tenang-tenang aja kalo pulang sekolah, gak pernah laporan kalo di sekolah mengalami kesulitan (kecuali laporan bahwa bukunya ada yang ketingslut!). Kekhawatiran saya tak terbukti! Bahkan sinyalemem profesor saya bahwa dia akan mengoreksi enggres saya juga terbukti. Misalnya kalo saya mengucapkan kata 'target' saya biasanya menyebut 'tarjet' seperti bahasa Indonesia. Langsung dikoreksi si Aby: itu bukan 'tarjet' tapi bacanya 'target'! Eh, bener juga ya. Lain kali saya bilang acara tivi berjudul 'Lazy Town' saya sebut 'leziton', eh dikoreksi lagi, katanya cara bacanya adalah 'lezi taon'! Jadi malu deh saya...

Bukannya saya memuji anak saya lho, ternyata semua anak Indonesia yang bersekolah di sini, enggresnya (minimal pronunciation-nya), pasti lebih baik daripada orang tuanya! Anak-anak kecil itu baik yang TK maupun SD kalo ngomong pada casciscus aja walaupun secara tenses-nya gak betul banget, tapi udah faseh secara pengucapan! Buktinya kemarin saya bilang 'launch bay' sebagai 'lansbei', malah dikoreksi sama anak temen saya: om Budi, itu 'lonsbei' bukan 'lansbei'! Waduh, malu aku malu pada semut merah!

Pikir punya pikir, wajar aja anak-anak ini enggresnya bagus-bagus. Lha sekolahnya aja dari jam 08.30 sampai jam 15.00 melulu pakai bahasa enggres baik di kelas maupun luar kelas! Sementara orangtuanya tidak pernah ada kelas (kalo PhD student), terus ketemu orang bule juga jarang, terus lagi palingan baca aja yang banyak (jadinya jago baca jurnal, bukan jago ngomong). Pendengaran juga gak terlatih, wong nonton tv juga teksnya diaktifin (di tv sini, teks bahasa enggresnya ada juga, tinggal pencet di remotnya!). Nah, kalo gitu ya jangan disalahin kalo enggresnya gak fasih-fasih amat!

Sabtu, 05 Februari 2011

Ngomong-ngomong tentang IKEA

Sekitar tiga minggu lalu saya perki ke IKEA (bacanya:aike-a). Kalo Anda pernah membangun rumah atau mau ngisi perabotan rumah, tentu Anda pernah melihat katalog produk ikea tadi. Biasanya katalog ini dibawa-bawa sama tukang pendesain kitchen set, sofa ataupun lemari, untuk dicontek. Katalognya tebal, rada mewah dengan gambar berwarna yang berisi seribu satu produk ikea dari peralatn dapur, kamar mandi, kamar tidur, wah pokoknya komplet! Dulu waktu di Amrik saya juga sering pesen katalog ke ikea biar dikirim ke rumah. Dan mereka memang mengirim katalog itu walaupun gak ada tokonya di North Carolina.

Kembali ke cerita, sejak pertama tau ada ikea di sini saya udah penasaran, kayak apa sih toko yang terkenal ini? Lokasinya rada di luar kota, mungkin biar investasinya murah karena tokonya ternyata gede banget dengan tempat parkit yang luas, bahkan ada restorannya juga. Yah kayak Makro Serpong lah kira-kira (yang sekarang udah almarhum itu). Lantai atas berupa barang diplay yang dikelompokkan berdasar ruangannya. Misalnya ruang tidur, ya diisi kasur, lemari, meja, kursi, lampu dsb dengan masing-masing diberi harga. Kemudian kalo di ruang keluarga ya isinya kabine tv, rak buku sofa dan temen-temennya. Displaynya sangat lengkap, dari yang kecil-kecil macam pot bunga dan lampu tidur samapi dengan sofabed dan rak kabinet yang besar-besar. Si calon pembeli tinggal mencatat barangnya apa, ntar belinya di lantai bawah, bawa pulang sendiri atau minta tokoknya nganterin dengan ongkos tertentu.

Yang membuat saya terkesan sebenarnya adalah model bisnisnya. Dengan cabang yang di mana-mana di seluruh dunia, tentunya barangnya harus dibuat standar. Nah yang begini yang kayaknya gak ada di Indonesia. Apa kita bisa mendapatkan sofa misalnya dengan model yang sama di tempat berbeda dengan kualitas yang sama? Palingan kalo di kita yang barangya standar paling adanya yang knock-down model Olympic gitu. Dulu ada mebel merk Ligna tapi kayaknya dia sudah almarhum sekarang. Lagipula di Ikea harganya jelas terpampang dan garansinya juga jelas (ada yang 2 tahun, 5, 10, 15, 25 tahun tergantung jenis barangnya).

Anda yang pernah belanja mebel di Indonesia pasti pernah merasakan ketidaknyaman. Bayangkan Anda masuk toko mebel, misalnya di sepanjang Fatmwati sana (saya pernah merasakan). Anda kayaknya merasa diintimidasi. Bagaimana tidak, setiap langkah Anda dikuntit oleh SPGnya, ditanya macam-macam, terus yang paling parah adalah tidak ada label harga yang tercantum di barangnya. Kalau Anda mau tahu, Anda harus nanya ke SPGnya, yang membuat tidak nyaman (padahal tujuan Anda baru mau banding-bandingin, belum diputuskan mau beli!). Belum lagi kalo Anda khawatir 'dikerjai' dengan dikasih harga yang ketinggian karena melihat penampilan Anda yang meyakinkan misalnya! Lagipula Anda sulit membandingkan dengan toko lain, karena toko yang lain juga 'memperlakukan' Anda dengan cara yang sama! Beli di pameran juga sama saja. Memang harganya tercantum, tapi kayaknya udah di-mark up sehingga malah lebih mahal!

Nah, praktek di Ikea ini adalah praktek bisnis yang jujur kalo menurut saya. Harga barangnya jelas, garansinya jelas, produknya standar, dan juga bagus-bagus. Anda bisa berkeliling sampai modar di tokonya tanpa diusik para salesnya. Kalo mau beli ya silakan, kalo tidak ya gapapa. Tambahan lagi, setelah saya lihat-lihat harga barangnya juga gak mahal-mahal amat, padahal bagus dan bergaransi lho. Misalnya sofa 3 seater (di sini ukurannya gede benget) dengan garansi 10 tahun, harganya $599. Meja komputer kayu $79, rak buku besar $179. Pokoknya wajar lah! Sendiri cuman membeli satu meja komputer seharag $19 sama jam meja $2, maklum rumah masih nyewa, mau dikemanain ntar barangnya (dan terutama duit juga tidak mengijinkan!)

Saya bayangin kalo ada toko (semacam) Ikea ini di Jakarta, tentu para toko mebel yang memanfaatkan kegamangan konsumen akan tutup satu per satu!

*Disclaimer: saya bukan pegawai Ikea dan juga tidak kenal dengan pemiliknya, jadi saya bukan sedang promosi!

Anaknya Orang Jawa Sekolah di Australia

Tanggal 2 Februari kemarin si Aby mulai sekolah. Seperti biasa kehebohan dimulai beberapa hari sebelumnya. Pertama, bekal makan siang apa ya? Kalo di Indonesia dulu waktu istirahatnya satu jam, termasuk sholat dzuhur di sekolah; bekal bawa nasi beserta sendok garpunya, karena semua anak juga bawa nasi. Lha di sini masak bawa nasi juga? Apa gak aneh? Belum lagi Aby makannya lama, sementara waktu istirahat cuma 45 menit. Hm, berarti harus bawa sandwich nih! Wah, kemajuan, sekolah bawa roti setangkup sama daging sapi tipis selembar, tomat diiris-iris sama sayur apaan gak jelas yang dijejalin di dalemnya! Padahal si Aby gak pernah suka makanan barat ala burger dsb! Palingan dia cuman seneng kentang goreng aja. Terus buahnya? Nah, rupanya di sekolah ada program 'harus makan buah dan sayur', jadi waktu istirahat sore (ada tiga istirahat yaitu pagi, makan siang, dan sore) harus makan buah. Si Aby juga kebetulan gak begitu suka buah, ya udah supaya amannya bawain pisang aja!

Pagi-pagi setelah mandi, segeralah kami meluncur ke SDN Victoria Park yang cuman memakan waktu 5 menit pakai si kewut Hyundai. Pakaian seragam sama terus dari Senin ke Jumat, yaitu celana pendek biru dongker sama kaos tangan pendek berkerah warna biru muda, sama topi rimba bitu tua (di sekolah ada kebijakan 'no hats no play' yang artinya kalo gak bawa topi gak boleh main di halaman sekolah takut kepanasan. Halah!)

Sampai di sekolah, jalan rada heboh, maklum kayak di Indonesia kalo hari pertama sekolah jalanan macet berat! Parkir rada jauh terus berjalan kaki. Semua murid membawa barang yang berat-berat karena menggendong semua keperluan selama satu tahun (masih inget kan cerita saya yang bawa pensil 20 biji, ordner, buku tulis, lem, dsb?). Berhubung tadi parkir agak susah, dateng pas banget! Ini ruangan Aby yang mana ya? Celingak-celinguk sebentar rada panik: ini kelas empat ada di mana? Setelah tanya kepada seorang wanita yang kayaknya guru, akhirnya didapet info bahwa kelasnya ada di lantai 2. Wah, ternyata murid yang lain sudah masuk. Ada yang aneh, ternyata Aby walau terdaftar di kelas 4, ternyata kelasnya bernama 3/4, mungkin gabungan antara kelas tiga dan kelas empat. Yang satu lagi ada kelas 4/5. Tidak ada yang kelas 4 thok! Saya gak tau bedanya antara kelas 3/4 dengan kelas 4/5, pokoknya Aby udah aman sekolah gak tau di kelas ngerti apa gak pelajarannya, kayaknya sih ngerti wong kalo nonton kartun di tv yang bahasa enggres semua dia ngerti tuh!

Abis Aby masuk kelas, kami keliling sekolah. Oh rupanya kompleksnya rada gede juga. Ada TK, ada pre-primary (kayaknya maksudnya TK besar), terus ruang kelas 1 sd kelas 6, lapangan olahraga outdoor (basket, voli, dsb), aula indoor tempat olahraga dan makan siang, terus playground yang ada prosotannya dsb, terus lapangan rumput. Ada juga ruangan lab dan ruang musik yang lagi dibangun. Lumayan lah, untuk sekolah yang gak bayar!

Terdapat juga lapangan parkir untuk guru. Wah, ini ternyata bedanya guru SDN di Australi sama di Indo. Kalo di Indo, barangkali isinya parkir motor semua (yang kreditnya selama 4 tahun), di sini parkiran isinya mobil semua. Enak juga jadi guru di sini, gaji bisa beli mobil! Dan ingat, bukan mobil tua kayak punya saya, tapi minimal tahun 2000 ke atas! Bahkan ada juga Toyota Harrier terbaru! Wah, elok...

Sekolah di sini rada lucu juga. Semua buku dan peralatan ditinggal di sekolah, sedangkan yang dibawa pulang hanya tas yang isinya makan siang sama botol minum doang. Sementara ini belum ada PR sih, jadi pulang sekolah dia bisa nonton kartun sampai puas! Gak tau nantinya. Oya rupanya ada eksul juga; yang ditawarkan adalah renang sama dance (gak tau maksudnya ini mau tari apaan), tapi diadainnya waktu jam sekolah, bukan sesudahnya. Kayaknya ntar ikut renang aja.

Waktu pulang, Aby ditanya ngerti apa gak, dia jawab ngerti, yang sudahlah aman. Gak tau ngerti 100% atau 75% atau 50% (mudah-mudahan sih gak).

Oya satu catatan, mengenai seragam. Seperti disebut tadi, seragam adalah celana pendek, baju kaos kerah, sama topi lebar, sepatu bebas. Lihat punya lihat, ternyata seragam kaos bukan hanya untuk SD aja, melainkan sampai SMP dan SMA seragamnya memang kaos, warna tergantung sekolahnya. Saya jadi mikir, kenapa di Indonesia gak ada pemikiran kayak gitu? Maksudnya kenapa anak sekolah harus pakai baju (gak boleh pakai kaos). Saya sih setuju dengan kebijakan pakai seragam tiap hari untuk menghilangkan perbedaan status. Tapi ya itu tadi, kenapa pakai baju yang berkancing dan bahannya tidak menyerap keringat? Toh anak-anak banyak berlarian dan pastinya keringetan. Apa alasannya biar anak diajar disiplin? Disiplin juga bisa diterapkan walau anak sekolah pakai kaos. Dengan kaos si anak bebas bergerak. Terus juga kenapa di sekolah Indonesia gak ada seragam topi lebar biar gak panas, kan kita negara tropis! Ntar kalo saya punya sekolah sendiri deh, saya biarin anak pakai kaos. Hehehe...

Rabu, 02 Februari 2011

Ilmu Baru: Ethics Clearance

Karena saya bukan seorang peneliti, maka apapun yang terjadi di sini merupakan ilmu baru. Contohnya adalah ethics clearance. Buat Anda yang belum pernah menjadi peneliti, kira-kira maksudnya ini adalah sebuah surat keterangan dari universitas yang menerangkan bahwa secara etis, proposal penelitian yang akan dilakukan sudah mendapat persetujuan, alias tidak melanggar etika. Sebelum mendapatkan clearance ini, penelitian lapangan belum boleh dilakukan.

Saya gak tau apakah hal ini ada di Indonesia (kan udah dibilang saya bukan peneliti). Penelitian saya yang berbentuk kuesoner juga diharuskan lolos etik ini, karena melibatkan orang sebagai responden. Tapi rupanya ada dua macam clearance, yaitu yang berisiko tinggi (Form A) dan berisiko rendah (Form C). Saya gak tau kenapa gak ada Form B, berisiko menengah. Yang berisiko tinggi misalnya penggunaan darah dalam eksperimen, sel manusia, pasien rumah sakit, dsb. Yang berisiko rendah misalnya wawancara, kuesioner, survei telepon dsb (saya heran apa kalo ngisi kuesioner, si pengisi berisiko digamparin orang, misalnya?).

Yang menentukan apakah Form A atau C ya panitianya. Untuk itu, calon peneliti diharuskan mengisi formulir yang terdiri dari puluhan pertanyaan, misalnya apakah melibatkan anak di bawah umur, melibatkan pasien rumah sakit, pengambilan darah/dagiing, ada radiasi, dsb. Kalau ada jawaban yang 'ya', si peneliti diharuskan melaksanakan ketentuan mengenai masalah sb, misalnya kalo melibatkan anak, apa yang harus dilakukan, atau kalo mau mengambil darah, prosedur apa yang harus dijalani. Untuk mendapatkan clearance, diperlukan waktu sebulan. Jadi selain lulus candidacy, harus lulus juga ethics-nya!

Demikianlah kira-kira ilmu baru di sini. Tapi kok serius banget ya entri kali ini?

Mendingan ke Ragunan

Sejak saya pertama kali datang ke Perth, saya selalu diojok-ojoki temen-temen untuk pergi ke Perth Zoo, alias bon-binnya Perth. Alasannya: bagus lho, banyak binatang baru yang gak ada di Indonesia, harga karcisnya gak mahal, bahkan bisa beli karcis terusan yang bisa dipakai masuk berkali-kali selama setahun sampai gempor! Saking penasarannya, saya buka websitenya, yang isinya juga lumayan bagus (kalau dipikir-pikir semua tempat wisata di sini sekecil apapun pasti punya website...)

Tersebutlah, makanya (kok kalimatnya rada gak cocok gini susunannya?) dua minggu yang lalu kami berwisata ke sana, bersama satu keluarga lain. Ternyata itu bonbin deket banget, cuman sekitar 7 km dari rumah. Sampai di sana sekitar jam 10, bayar parkir di muka lima dolir (mahalnya...), kemudian beli tiket deh. Yang disebut 'tiketnya gak terlalu mahal' rupanya berasa juga, karena harga tiket anak 10$, dewasa $17. Awas kalo bonbinnya jelek!

Pas masuk diberi peta berwarna yang lumayan besar, beserta petunjuk rute yang paling bagus untuk dilewati. Ada dunia reptil, kawasan Afrika, kawasan Asia, Australia, dsb yang disusun sebagai tema wilayah beserta binatang-binatang khasnya. Anak-anak sih paling seneng yang di nocturnal world , di mana situasinya dibikin gelap, menyerupai malam sehingga para binatang jalang, eh binatang malam mau menunjukkan batang hidungnya!

Seperti biasa, di tengah-tengah bonbin terdapat lapangan besar tempat piknik dengan fasilitas standar berupa peralatan panggang-memanggang yang bisa dipakai secara gratis. Habis itu naik kereta keliling bonbin dengan ongkos kerusakan sebesar $4 per orang. Bayar lagi!

Secara umum kalo dipikir-pikir, jauh lebih mantap Bonbin Ragunan. Di Ragunan binatangnya gede-gede dan banyak. Misalnya burungnya jauh lebih banyak, ataupun binatang besarnya macam gajah, zebra, dsb. Bahkan ularnya juga lebih gede-gede di Ragunan! Plus bonus ada pertunjukan orang digigit ular (kalo di sini mungkin pertunjukan kayak gitu dilarang), ada lagi foto sambil pegang-pegang piton segede gambreng (yang si Aby paling suka). Belum lagi bonusnya berupa sungai yang mengalir di tengah bonbin maupun kawasan rekreasi macam sepeda air atau naik onta!

Sedang di sini, satu kawasan isinya gak banyak. Misalnya kawasan singa cuma ada tiga ekor, itupun pada tidur siang semua, terus reptil (terutama ular) sangat sedikit, apalagi burung gak ada apa-apanya. Secara area juga lebih kecil dibanding Ragunan. Keunggulannya cuma sedikit: ada fasilias barbekyu, keadaan juga lebih bersih lantaran orang tidak buang sampah sembarangan, terus kawasannya semua dilarang merokok. Oya satu lagi keunggulannya: harga karcisnya lebih mahal!

Kesimpulannya: pergi ke tempat begituan niatnya ya biar anak-anak seneng aja. Kalo buat orang tua, ya 'pokoknya udah pernah ke sana' aja niatnya. Setuju?