Jumat, 24 September 2010

Tenis China Open

Sesuai rencana, Jumat kemarin saya gabung Curtin Tennis Club. Saya udah mendaftar lewat email ke ketuanya, namanya Nicholas. Sebelum berangkat, saya udah membayangkan pasti akan ketemu nih bule-bule jagoan Curtin,jangan-jangan mereka sejago Leyton Hewitt cowoknya atau Samantha Stosur ceweknya! Waktu datang ke lapangan, ternyata sepi banget! Terdapat empat lapangan dan beberapa orang sedang memasang netnya. Saya masuk ke lapangan, ditegur sama orang yang masang net tersebut: hai, kamu mau main? Nama saya Nicholas. Masya Allah, ternyata Nicholas ini adalah seorang Cina, kirain bule! Sesudah memperkenalkan diri, beberapa orang anggota mulai datang dan ternyata semuanya Cina! Ada yang Cina Malaysia, Singapore, Hong Kong, Taiwan, sampai Cina dari Cina beneran! Walah, di Ausralia main tenis bukannya melawan bule malah ketemu para jagoan Mandarin! Tapi sebenarnya mereka gak jago-jago amat sih, rata-rata lah mainnya sama kayak saya...

Yang mengejutkan lagi, ternyata sebelum main harus pasang net dulu, termasuk gotong-gotong tiangnya karena lapangan tenisnya merangkap lapangan netball. Jadi cabut dulu tiang netball, pasang tiang tenis, lalu pasang netnya. Tidak ada mas-mas yang bantu, jadi pemain merangkap pemasang net. Juga, pemain merangkap ball-boy karena tidak ada ball-boy! Padahal bayarnya sekali datang 7 dolar! Lebih enak main di BSD, tiga bulan bayar 250 ribu, sudah termasuk bola, ball-boy, dan net yang terpasang!

Habis tenis pulang jam 20.30. Di terminal lagi nungguin bis malah liat sepasang kekasih lagi berpangku-pangkuan di halte! Lha ini dua student bukannya bikin PR malah bikin kegiatan gak jelas di tempat umum!

Selasa, 21 September 2010

Spring Telah Tiba..Spring Telah Tiba...Hore...

Dengan bahagia kami sampaikan bahwa spring sudah tiba! Resminya sih musim semi berawal dari tanggal 1 September, tapi cuaca yang bener-bener spring baru mulai minggu ini. Suhu malem paling dingin 10 derajad, siang mencapai 25. Mantap kan? Bandingin waktu winter kemarin suhu 1-18 derajad. Sekarang keluar rumah udah gak perlu pakai jaket lagi, badan jadi terasa lebih enteng. Kaos kaki juga bisa ditinggal di rumah, sandal gunung reebok (bekas naik haji tahun 2006 yang sampai sekarang masih bagus) yang udah lama nganggur bisa dipakai lagi. Sayang koleksi t-shirt saya yang bagus-bagus masih ketinggalan di Jakarta, dulu gak dibawa karena takut excess baggage.

Di kampus juga pemandangan udah berubah, dari biasanya lihat orang-orang berjaket dan sepatu boot beserta syal, sekarang berubah menjadi sendal jepit, kaos, dan celana pendek (dari yang agak sedengkul sampai yang pendek banget!).

Untuk menyambut spring, saya beserta rombongan hari Minggu kemarin main-main ke pantai. Nama pantainya Cottslowe. Enaknya pantainya deket kota cuman 30 menit naik bis dari rumah, pantainya gak bayar, bagus lagi! Kalo cuman Ancol mah lewat, yah agak seperti Anyer lah (minus pedagang asongannya!). Makanan juga lezat-lezat, seperti biasa banyak fish and chips, burger, dan kebab...

Bahkan Kamis ini saya udah mau gabung club tenis Curtin..



Kamis, 16 September 2010

Seperti Kuburan

Masih inget kan lebaran hari kesekian saya ke Konjen untuk menghadiri pengajian? Nah, pulangnya kan jam 8 malem. Menurut jadwal, bis yang ke arah apartemen saya adalah jam 20.12. Saya udah di halte jam 20.05, nungguin di tengah udara dingin kira-kira 15 derajat. Itu halte terletak di jalan protokol--St George Terrace namanya--di ibukota negara bagian Western Australia, Perth. Nah, yang sangat saya herankan adalah baru jam segitu jalan udah sepi nyenyet!

Sangat sedikit mobil yang lewat, mungkin semenit cuman dua. Memang sih menurut peraturan sini, semua toko, termasuk di city tempat halte tersebut berada, harus tutup jam 17 kalo hari Minggu. Di halte bis gak ada orang sama sekali, bahkan selama kurang lebih 10 menit di situ saya hanya melihat mungkin 7 orang yang lalu lalang di pinggir di jalan, sama kira-kira 12 mobil yang lewat! Sekali lagi, itu jalan protokol di ibukota propinsi! Gedung-gedung tinggi juga cuman ada sedikit lampu yang nyala sebagai tanda-tanda kehidupan!

Terus terang saya ngeri banget. Mana sendirian lagi! Lha kalo saya dirampok bagaimana? Terus kalo mau teriak minta tolong, misalnya saya dijambret, ngomongnya gimana? Kan harus mikir dulu bahasa enggresnya 'jambret' itu apa. Apa iya misalnya teriak gini: Heeelpp!! Somebody njambret, eh ngembat, eh..sorry, somebody took my...eh..I mean eh...Keburu kabur deh..

Saya gak bisa bayangin di Indonesia, misalnya jalan Pemuda di Semarang (kan ibukota propinsi juga) jam 20 pasti masih rame banget, dan di situ jam 12 malem pun rasanya tenang-tenang aja, pasti gak ada penjahatnya. Lha ini..

Untunglah bisnya datang tepat waktu, jadi saya bisa segera terbebas dari kesenyapan ibukota...

Selasa, 14 September 2010

Lebaran di Perth

Sebelum lebaran tiba, saya sudah meniatkan bahwa selama lebaran saya:

- Tidak akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga (masak, nyuci piring, bersihin rumah)
- Tidak akan makan nasi, harus lontong
- Tidak mikirin kerjaan alias proposal riset
- Tidak akan ngomong bahsa Inggris, alias harus sebanyak-banyaknya ngomong bahasa Indonesia

Coba, kira-kira tercapai gak niatan saya tersebut? Oke, mulai malam lebaran saya udah gak masak. Ingat dong, bahwa saya udah dendam banget pingin makan bigmac karena sebulan tidak mencicipi makanan tersebut. Makanya hari terakhir puasa saya bela-belain beli burger terbesar dalam hidup saya. Bukan sekedar bigmac lagi, tapi angus beef burger! (nah, gak ada kan di Indonesia yang kayak gini?), berikut kentang dan minuman kebangsaan amrik alias coca cola. Rupanya nikmat juga buka pakai si angus tadi, tentu saja didahului kolak pisang sisa kemarin! Foto si angus ada di bawah.


Lebaran pertama hari Jumat. Saya nebeng si Inge (siapa lagi kalo bukan dia) menuju tempat sholat ied. Ternyata kedutaan sini hebat, bikin sholat ied sendiri, nyewa aula. Mereka semua yang ngurusin. Bahkan kutbahnya juga bahasa Indonesia, serasa di kampung halaman. Habis salam-salaman sesama Indonesia, acara dilanjut di rumah Inge sampai makan siang. Target tercapai, karena makannya lontong, sate ayam, tongseng. Pulang dibawain lontong lagi sama ayam kecap. Tidak ngomong enggres sepatah katapun. Ketemu dengan teman-teman baru..

Hari kedua, acara makan siang di rumah dinas Konjen. Sarapan: roti pisang. Makan siang di sana menunya: lontong lagi, baso, gule kambing, opor ayam. Ketemu banyak temen, tidak ada enggres sepatah katapun. Pulang menjelang sore, karena gak dibekelin, terpaksa mampir ke city beli burger subway yang sepanjang pentungan (kan lagi puasa makan nasi!). Wah, sialnya waktu mau pulang, di halte ketemu Luis sama Christ yang orang Filipina, terpaksa ngobrol enggres deh, batal lebaran saya!

Hari ketiga, sarapan pake indomi (batal deh rencana saya gak nyalain komor), lalu nyuci pakaian (batal lagi karena niatnya gak mengerjakan pekerjaan rumah tangga), makan siang beli ayam di KFC pakai kentang (masih jotakan sama nasi). Sorenya ke gedung Konjen ada pengajian sama ketua NU Pak Slamet Efendy Yusuf. Ceramahnya penting gak penting, yang penting makannya: nasi, tempe goreng, lodeh, ayam bakar. Terpaksa makan nasi karena gak ada lontong! Pulang malam langsung tidur..

Begitulah lebaran ala Perth. Silaturahmi lewat telepon sama keluarga gak usah diceritain karena ya tidak penting buat Anda (tapi penting buat saya!). Demikianlah..hari Senen sudah bukan lebaran lagi, masuk seperti biasa…

Selasa, 07 September 2010

Intermeso: Bahasa Inggris Baru (humor bajakan...)

These are some good signs that English has been used widely in Indonesia and merged within local native languages.

Jakarte English is marked by the 'sih', 'deh', 'dong', 'nih', etc
- That book is very good, deh.
- Can you speak English?... yeah, a little sih I can!
- Use my money first nih..
- Give me more dong..
- How sih? Little little angry..

Sundanglish is also available,embedded with 'atuh', 'euy', 'mah'
- Well, if that kind, it pretty so-so atuh
- It can't be that way euy..
- I am mah, not like that... anything else?

Javelish.. The typical Javanese language: 'lho', 'lha', 'tho', 'kok', 'ki', etc
- Lho, I already bought that book!
- Kok, buying again?
- I told you many times 'tho' !
- Lha, I didn't know tho yo... how ki !?
- Don't be like that, no....!?

Other exclamation words of Java:
'wo_', 'wah', 'wé_', 'jian', and 'jé_'
- Wé_ lha this book is mine jé...!
- Wo_, only like that tho!
- Wah, expensive, tho?
- Jian, Vera is beautiful tenan!

We may also use "Jan", pronounce it with longer vowel sound to make it more dramatic, like "jaaan" or "jiaaaan"

Surobenglish is marked by 'tah' and the famous word is 'dianc**' (lho? kok using this word tho? This is bad word jé..)
-Do you feel sick, tah ?
-Dianc**... he took my money, rek !

There are also abundant 'sound effect' or onomatopoeia in Javanese language that are commonly used:
- Suddenly, mak bedhengus Curtis appeared
- My head feels pain, mak cleng !
- Mak tlepok, and just like that I got a manggo !
- My chicken is suddenly died, mak cekengkeng !
- Mak gedebug, Mas Oji fell down.
- Mak jegagik....my boss appeared, I was so surprsed ngantek my papers fell down ngono kae..

Menyambut Lebaran

Hari ini kurang dua hari lagi lebaran. Saya meneruskan membuat candidacy sambil memantau kemacetan arus mudik, yang menjadi hiburan tersendiri, diselingi juga membaca status temen-temen di facebook tentang perjalanan mereka..Besok rencana ketemu pak profesor sambil menyerahkan tugas yang sudah saya geluti tiga minggu terakhir, dan kebetulan sudah nyaris saya selesaikan. Rencananya habis ketemu mau belanja buat keperluan lebaran (halah!). Untung ketemu profesor gak hari Jumat pas lebaran!

Acara lebaran apa ya? Kemarin udah keluar keputusan dari Konjen sini: jumat pagi sholat ied, Sabtu siang ada open house di Rumah Indonesia, Minggu sore ada pengajian di kantor Konjen di city. Yah, lumayanlah daripada gak ada acara! Kebetulan pas weekend semua. Pas!

Rencananya selama lebaran tiga hari saya gak akan masak apapun! Ya iyalah, masa lebaran mau nyalain kompor. Tak usyah ya! Berhubung puasa di sini laper banget, maka rencana balas dendam saya yang pertama adalah makan bigmac! Enggak tau kelanjutannya makan apa. Btw, kemarin saya sudah nggoreng krupuk udang satu kaleng (daripada bengong!)buat persediaan..

Ya begitulah nasib bujangan lokal.. minal aidzin wal faidzin..