Selasa, 20 Desember 2011

Two Golden Hour

Berhubung nulis tesis (kalo di Indonesia namanya disertasi, tapi kok kesannya serem banget) rada seret, maka waktu ada seminar bagaimana menulis yang produktif, saya dengan semangat empat lima mengikutinya dengan seksama.

Salah satu poin penting yang disampaikan pembicara adalah two golden hour. Maksudnya adalah kalo mau produktif menulis beneran, maka luangkan waktumu dua jam saja dalam sehari untuk menulis, tanpa diserati gangguan macam-macam misalnya cari informasi di google, ngecek email, buat panggilan telpon, sms-an, chatting, buka FB, nulis blog (tau aja nih pembicara!), dan sejenisnya. Ingat, dua jam saja dalam sehari, maka tesis akan lancar jaya. Wah, pantesan kok proses penulisan saya rada seret, lha saya kalo nulis dan mentok dikit langsung iseng-iseng cari berita gosip di detik.com (kan calon PhD perlu tau juga apa si Dani Ahmad kawin lagi!), atau ngecek milis yang emailnya membanjir, buka FB (tapi sekarang udah jarang, rada membosankan), atau baca berita bola di soccernet.com, berita NBA di espn.com, dst.

Oke, kemarin hari Senin saya mulai praktek two golden hour ini. Berhubung saya barusan selesai ngumpulin data, maka saya bukannya nulis tesis tapi me-refresh kembali pengolahan data statistik. Saya bawa buku Elementary Statistics, karya Robert Johnson (btw, ini buku rekomended buat me-refresh kembali statistik, siapa tau Anda sudah banyak lupa, soalnya bukunya enak dibaca, gak rumit). Saya sengaja tidak ke meja kerja saya (tiap calon PhD dapet satu cubicle di school masing-masing), saya sengaja meluncur ke perpus yang sekarang sepi nyenyet karena lagi liburan semester.

Niat saya: mau dua jam nonstop baca buku itu, tanpa terganggu kegiatan gak produktif seperti yang saya sebutkan di atas. Saya sengaja cari tempat di pojokan, yang jarang orang lewat. Segera saya duduk, dan membuka bab pertama. Seperempat jam pertama, lancar jaya. Terus berikutnya saya lihat sekeliling ruangan, wah ada puluhan komputer dengan layar 20 inci yang menunggu dengan harap-harap cemas untuk dibuka di ruangan besar ini (kalo hari biasa semua komputer biasanya terpakai para mahasiswa). Hm, sangat menggoda nih, inget hari ini belum ngecek email, takutnya ada email penting (padahal biasanya juga gak ada, kan libur semester!). Cocok nih pagi-pagi buka soccernet, siapa tahu MU kalah lagi.

Tapi dengan tekad baja, saya kuatkan untuk melewati godaan setan yang terkutuk tadi. Tidak! Kamu harus konsentrasi! Demikian kata malaikat sebelah kanan saya, sementara setan sebelah kiri dengan tombak merah (kayak di komik) bilang, 'alah buka sebentar aja, kasihan MU menang, kok berita gak dibaca!'. Gimana kalo ternyata Barcelona kalah dan Real Madrid menang? Gimana kalo ternyata Nunun melarikan diri lagi? Siapa sekarang pacarnya si Ayu Ting-Ting? Waduuh.. Tapi, para setan berhasil saya kalahkan! Saya tetap bergeming tidak beranjak dari tempat di pojokan yang tanpa komputer itu.

Setelah saya kuatkan niat, saya lanjutkan lagi membaca buku statistik. Berhasil, saya membaca setengah jam tanpa jeda, sebuah rekor! Hore! Nyaris satu jam terlewati dengan tabahnya, saya lalu ingat anak istri yang lagi pulang ke Jawa. Lagi ngapain ya mereka? Apa mereka sedang makan enek-enak di Soto Haji Mamat, sementara saya merana sendirina di sini? Tapi saya kan bertekad tidak akan sms mereka? Kembali si setan bilang, coba aja pakai whatsapp (nama program chatting gratisan), kan gak bayar ini! Wah, kali ini setannya menang, lagipula kabar anak istri kan penting (sebuah pembenaran!). Ya udah chatting sebentar nanyain kabar. Saya liat seperampat jam hilang gara-gara chatting.

Berikutnya saya kuat-kuatin lagi memenuhi kuota two golden hour ini. Akhirnya saya berhasil juga menahan hawa nafsu tidak ter-distracted selama dua jam (kecuali chattting sama keluarga yang tadi). memang lumayan ternyata. Kalo konsentrasi full, jadi produktif. Bayangin buku statistik yang tadi tebalnya total 742 halaman (cocok buat ngelempar kucing), bisa terbaca sebanyak 325 halaman, hebat gak?

Jadi saudara-saudara, bila Anda mau produktif, cobalah dua jam aja Anda kerja terus tanpa diselingi godaan-godaan tadi, niscaya Anda akan memenuhi target!. Beneran!

Jumat, 16 Desember 2011

Buat Anda Yang Penasaran: Sekolah SD di Australia (2)

Sebelum saya lupa, saya perlu ceritakan mengenai pelajaran bahasa inggris di sekolah sini buat anak yang tidak berbahasa inggris. Menagapa saya tau ini, karena sekitar dua minggu yang lalu kami, sebagai orangtua anak yang tidak berbahasa inggris di rumahnya (di sini dikenal sebagai murid ESL alias English as Second Language), dipanggil oleh pihak SD Victoria Park untuk diberi penerangan mengenai penilaian pelajaran bahasa ingris di rapor sekolah. Ini juga perlu saya tulis karena waktu pulang kemarin dulu ke indo saya pernah ditanya orang yang akan mendapatkan beasiswa di sini dan bingung bagaimana nanti sekolah anak-anaknya.

Rupanya, berdasar keterangan pihak sekolah, anak ESL setelah beberapa hari di sekolahnya, akan dinilai olah pihak sekolah dan akan dikelompokkan menjadi tiga. Yang pertama adalah yang bahasa inggrisnya masih jauh dari harapan, sehingga menyulitkan si anak dalam kegiatan belajar mengajar. Murid yang masuk dalam kategori ini akan dipindahkan dari sekolah reguler dan dimasukkan ke dalam sekolah khusus buat belajar bahasa inggris dulu, jadi dia tidak dicampur dengan kelas biasa. Biasanya sekolah ESL ini lokasinya berbeda dengan sekolah yang biasa, karena memang tujuannya khusus; jadi si anak harus pindah sekolah ke sekolah ESL itu.

Kelompok yang kedua, yang bahasa inggrisnya sudah lumayan, tetap bersekolah di SD biasa, hanya dia secara berkala masuk ke kelas khusus bahasa inggris, misalnya seminggu dua kali selama masing-masing 1.5 jam. Sehari-hari si murid tetap belajar di kelasnya yang reguler, lalu pas jam ESL dia keluar dari kelas dan dikumpulin dengan teman-teman yang lain untuk belajar bahasa, lokasinya ya masih di sekolahnya, cuman beda ruangan aja.

Kelompok yang ketiga, yang bahasa inggrisnya udah jago, misalnya dari negara yang dari sononya belajar bahasa inggris, seperti Pakistan atau Bangladesh, tidak perlu ngikut sekolah ESL, statusnya 'disamakan' dengan anak-anak sini.

Selain perlakuan terhadap murid ESL ini berbeda, rapornya ternyata juga berbeda. Kalau di murid biasa, nilanya ada pada writing, speaking, listening, sama reading. Kalau anak ESL rapornya ditambah satu lagi yang menilai kemajuan yang didapatkan. Nilai inggris untuk ESL selain yang biasa di atas tadi, diberi level-level sesuai dengan kemajuannya. Levelnya dari 1 sampai 8; makin besar nilainya makin bagus. Misalnya range nilai 7 sampai 8 artinya anak sudah kompeten, nilai 5 sampai 6 artinya sudah functioning, nilai 3 sampai 4 artinya developing, sedang nilai 1-2 ya artinya masih malu-maluin!

Demikian kira-kira, buat yang penasaran...

Kamis, 15 Desember 2011

Buat Anda Yang Penasaran: Sekolah SD di Australia

Penasaran mengapa Aby bisa membuat karangan yang rada lumayan (sebuah pandangan yang rada-rada subjektif), saya membolak-balik buku-buku Aby yang sudah dikembalikan menjelang berakhirnya tahun ajaran. Kira-kira beginilah penjelasannya, siapa tahu bisa membuka wawasan Anda mengenai apa dan bagaimana sekolah dasar di Perth sini khususnya, dan Australi pada umumnya (barangkali!).

Pelajaran bahasa (Inggris) di sini kelihatannya menekankan pada bagaimana menggunakan bahasa dalam berkomunikasi, bukan ilmu mengenai apa bahasa itu. Bingung? Contohnya gini, waktu saya SD jaman dulu (gak tau mungkin sekarang kurikulum udah berubah, tapi saya gak yakin), waktu pelajaran bahasa Indonesia, kita disibukkan dengan pengetahuan mengenai apa-nya, misalnya dulu suruh ngapalin bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat sepuluh jenis kata, yaitu kata sifat, kata depan, kata keterangan, dsb (tuh, saking hapalnya saya masih ingat beberapa!). Terus definisi dan macam-macam peribahasa, misalnya metafora berarti menggambarkan sesuatu dengan benda yang lain, hiperbola berarti menggambarkan sesuatu dengan berlebih-lebihan, dst.

Di Ostrali sini, belajar bahasa berarti belajar memakai bahasa untuk komunikasi. Ada reading, listening, writing, speaking. Berhubung topiknya sekarang writing (topik lain nanti menyusul), maka saya cerita dulu tentang menulis ini. Saya ingat dulu kalau pelajaran menulis, jaman dulu namanya pelajaran 'mengarang', waktu SD kita tidak pernah diberikan penjelasan mengenai struktur tulisan yang benar (atau waktu itu saya gak perhatiin ya?). Palingan dulu kelas 4 SD saya diajarin menulis surat ijin sama mengarang bebas (yang 99% murid akan memulai cerita dengan 'pada suatu hari ...'). Begitu Pak Guru ngumumin bahwa topik hari ini adalah 'mengarang' maka sontak terdengar: 'waduuhh..' atau 'huuu..'. Mengarang kelihatannya sulit karena kayaknya sang guru sendiri tidak mengajarinya dengan benar, atau memang malah gurunya sendiri gak tau cara ngarang yang benar! (wah, dosa nih!).

Kalau di sekolah Aby sini, saya lihat sudah diajarin berbagai macam karangan. Ada yang bersifat recount alias menulis apa yang sudah terjadi. Misalnya si murid disuruh menulis mengenai pengalaman liburan atau hasil study trip (waktu itu si Aby ada jalan-jalan ke perkampungan Aborigin). Di pelajaran itu ditunjukkan bagaimana menerangkan peristiwanya apa, di mana, siapa peserta, dan bagaimana kesan si murid. Kemudian tulisan si murid diserahkan ke guru, dan gurunya mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi (contohnya lihat tulisan pertama Aby di entri sebelumnya).

Kemudian ada lagi tulisan yang bersifat argumentatif. Si murid disuruh berpendapat mana yang terbaik di antara dua alternatif yang disediakan, lalu mengemukakan alasan-alasannya. Topiknya sih sederhana, misalnya adalah mana yang lebih baik memelihara kucing apa anjing, dan lalu disuruh menjelaskan argumentasinya, lalu ditutup dengan kesimpulan. Saya ingat dulu pelajaran tulisan argumentasi ini saya pelajari kelas satu SMP!

Ada lagi yang bersifat persuasif, di mana si murid disuruh membuat tulisan bernada himbauan, tentu dengan alasan yang jelas. Saya lihat di buku Aby ada tugas membuat himbauan mengenai 'mengapa kalau anak main di halaman sekolah harus pakai topi'. Sekali lagi topiknya sederhana, tapi membuat anak terbiasa menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.

Nah yang menarik adalah tulisan mengarang bebas, alias fiksi. Di situ ditunjukkan bagaimana membuat kalimat pembuka (hook), yang membuat orang tertarik membacanya, kemudian deskripsi mengenai tokoh utama dan tokoh sampingan, kemudian problemnya apa, cara mengatasinya bagaimana, dan ending-nya seperti apa. Menarik sekali. Bayangin dulu waktu pelajaran mengenai fiksi waktu SMP, saya malah disuruh menghapalkan nama-nama penyair pujangga baru dan lama, berikut nama-nama tokoh dalam cerita Siti Nurbaya, Salah Asuhan, dsb. Bukannya membuat cerpen atau gimana. Waduh...

Makanya saya tidak heran kalau anak sini sampai para mahasiswa begitu lihai membuat tulisan (baik ilmiah maupun bukan), karena dibiasakan sejak kecil. Bandingkan dengan mahasiswa Indonesia yang tulisan ilmiah pertamanya (dan kemungkinan terakhirnya) adalah menulis skripsi sebagai tugas akhir kuliah S1!

Anda setuju?

Aby Setahun Belajar

Kadang-kadang saya penasaran apa sih yang dipelajari Aby selama setahun sekolah ini? Maklum saya kan sibuk sebagai PhD candidate (halah!). Nah, waktu di akhir tahun, semua buku Aby yang selama ini ada di sekolah, dikembalikan semua karena tahun pelajaran sudah hampir berakhir. Nah, ini kesempatan untuk menyelidiki apa saja yang telah dipelajari di sekolah.

Salah satunya adalah pelajaran writing Aby. Beginilah hasil karya dia waktu baru tiga hari masuk sekolah (catatan tulisan tangan dan paraf di bawahnya adalah komentar dari bu gurunya):



Dan inilah hasil karya dia setelah nyaris setahun sekolah dalam pelajaran mengarang bebas:



Setelah saya lihat-lihat, kok banyak juga ya kemajuannya? Yang pasti pandangan saya sangatlah subjektif sebagai orangtua yang pasti menilai karya anaknya sebagai yang terbaik, tapi saya lihat kok ya lumayan juga ya? Saya jadi bertanya-tanya mengapa anak kelas 4 SD bisa membuat karangan seperti itu (dalam bahasa inggris lho ya!).

Jawabannya ada pada entri-entri selanjutnya, sementara boleh Anda baca karangan Aby yang kedua tadi, siapa tau Anda sendiri belum tentu bisa membuatnya (hahaha!)

Minggu, 04 Desember 2011

Pak Tua Hyundai Berulah

Tak terasa si mobil tua kesayangan saya sudah nyaris setahun menemani hari-hari penuh perjuangan di sini (halah!). Setelah dengan setia mengantar kami kemana-mana, akhirnya beliau rusak juga, padahal biasanya gak pernah. Bayangin, selama nyaris setahun, saya baru ganti oli sekali, karena jarak tempuh saya yang tidak banyak itu. Eh, kemarin dulu ujug-ujug kalo mau pindah gigi nggereng dulu, wah transmisi gak beres nih, bahkan diajak gigi mundur pun gak mau.

Langsung saya bawa ke bengkel milik orang Indonesia (ada tiga di Perth sini, jadi aman). Bener, ternyata girboksnya mesti diganti. Weleh-weleh, saya udah hampir 20 tahun nyetir di mana-mana, baru kali ini ngalamin girboks rusak, apa gara-gara ini mobil buatan Korea?

Pertama saya usulan sama bengkel, gimana kalo dibetulin aja tuh girboks pakai kanibal girboks lain? Ternyata katanya di sini gasketnya (itu loh karton yang jadi pembatas komponen, packingnya) susah dicari, malah mahal karena di sini tidak musim jualan gasket. Ya udah terpaksa deh cari girboks bekas. Karena tau harga girboks mahal, maka saya sama bengkel disuruh cari sendiri, biar tau. Tempat jualan onderdal protolan di sini namanya wreckers (wreck=rusak). Saya nelpon satu persatu, nomer didapat dari internet:

Wrecker #1
Saya: Halo, ini wrecker A?
Jawab: ya betul, cari apa? (wah, nadanya kok kurang ramah, khas orang lapangan)
T : Saya cari girboks Hyundai 1997 otomatis. Punya gak?
J: Ada nih, harganya $600?
T: Waduh, bisa ditawar gak?
J : Goodbye! (Halah, jualan galak amat!)

Ya udah, saya coba alamat lain lagi, wrecker #2
T: Saya cari girboks Hyundai dst.dst
J: Harganya $900
T: Waduh mahal amat? (Pakai gaya Jawa siapa tau dia bilang ‘bisa ditawar kok’)
J: Goodbye! (Walah, dua kali di-goodbye, kurang asem!)

Pantang menyerah, saya coba alamat lain lagi, wrecker #3
T: Halo, punya girboks dst.dst (langsung aja, tanpa basa-basi)
J: Ada nih, harganya $650
T: Kalo $350 bisa gak? (langsung nawar, takut di-goodbye lagi)
J: Gak bisa. Have a nice day! (weleh-weleh, ini orang pada jual mahal amat yak?)

Akhirnya setelah nelpon tujuh kali, didapet harganya $400, ongkos pasang $300, total $700. Padahal dulu harga mobilnya Cuma $1700, berarti ganti girboks ongkosnya lebih dari sepertiga harga mobil! Mantaps…

Sembari lihat-lihat alamat wreckers di internet, ternyata mobil yang gak jalan dan mau dijual satu bodi utuh berikut semua onderdilnya palingan harganya $200-$300 saja. Jadi rupanya si pedagang onderdil bekas itu belinya dari mobil-mobil rongsokan ini, terus diambil satu persatu onderdil yang bisa dipreteli lalu dijual ketengan, misalnya pintunya, atau staternya, atau lampunya dst. Mengapa harga ketengan mahal, yak arena ongkos bongkarnya yang mahal! Padahal para mobil rongsokan itu masih muda-muda lho menurut ukuran Indo, palingan di atas tahun 1990-an, alias belum 20 tahun yang lalu yang kalo di kita masih bersliweran dengan tenangnya!