tag:blogger.com,1999:blog-90969279217025726602024-03-04T23:53:13.781-08:00Orang Jawa Sekolah di AustraliaTerus terang saya adalah orang yang beruntung. Tanpa modal, saya mujur bisa menyelesaikan S2 di Amrik (kisahnya bisa dilihat di blog: http://orangjawasekolahdiamerika.blogspot.com). Dan sekarang, tanpa modal lagi, saya sedang mencoba mengikuti pendidikan S3 di Australia. Blog ini adalah buku harian saya menjelang dan selama mengikuti pendidikan tersebut...BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.comBlogger200125tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-6336317035369855612014-12-21T18:06:00.000-08:002014-12-21T18:08:38.257-08:00Epilog<span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Ini serius. Setelah saya pikir-pikir dan saya alami, sekolah di luar negeri
itu “akan indah pada waktunya”. Maksudnya gini lho, segala kesulitan,
tantangan, dan hambatan yang dialami seseorang waktu menjalani kehidupan di
sana, akan terasa indah bener-bener setelah kita berada kembali di tanah air.
Ini bukan berarti bahwa semuanya nggak enak lho ya. Maksudnya selain mendapat
manfaat dari sekolah itu –misalnya dapet gelar terus dapet pekerjaan yang lebih
baik setelah lulus—semua hal yang terjadi waktu di mancanegara akan terpatri
(halah!) dalam memori kita dan keluarga. Misalnya waktu saya sekolah di Amerika momen-momen mempunyai anak yang lahir di
sana tentu tidak akan terlupakan, walaupun waktu itu terasa hidup susah, karena
tidak ada pihak keluarga yang membantu mengurus anak yang baru lahir dan mau
nanya juga kepada siapa, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.
Demikian juga waktu sekolah di Australia, semua hal-hal yang menjengkelkan
dalam kehidupan sehari-hari dan menyulitkan pada waktu penulisan tesis, akan
terasa “tidak ada apa-apanya” setelah kita selesai sekolah. Justru dengan
mengingat-ingat apa yang telah terjadi, membuat kita mensyukuri apa yang ada
sekarang.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sekarang bagian enaknya. Yang terutama, hidup dan sekolah di luar negeri
itu akan membuka mata kita selebar-lebarnya. Oh, ternyata gini toh luar negeri
itu. Pengalaman seperti ini tidak akan bisa kita peroleh kalo kita cuma membaca
atau mendengar saja. Tidak juga akan kita alami kalo kita cuman menjalani
kunjungan singkat (sebagai turis misalnya), karena kalo kita berwisata keluar
negeri, kita cenderung melihat yang indah-indah saja. Dengan hidup di luar
negeri, kita jadi punya wawasan tentang dunia luar, bagaimana suatu negara
dikelola, juga bagaimana wujudnya adat, kebiasaan, dan budaya orang. Dari situ
lantas kita bisa memilih mana yang bisa kita adopsi dan mana yang sebaiknya
tidak kita tiru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Selain membuka wawasan, tentunya hidup di luar negeri, juga membawa
manfaat-manfaat praktis. Yang terutama, banyak kesempatan jalan-jalan.
Jalan-jalan ini tidak harus mahal. Misalnya pergi ke pantai yang sangat terjaga
kerapihannya dan lengkap fasilitasnya (kamar bilas, toilet, tempat sampah,
parkir), tidak dipungut biaya. Juga taman-taman umum yang luas, bersih, dan
menyegarkan dan juga lengkap dengan ubo-rampenya (alat-alat fitness, barbeque, toliet,
parkir), tidak memungut biaya bagi pengunjungnya. Dengan mengalami begini, kita
jadi tau sampai sejauh mana, negara tercinta kita Indonesia ini, melayani
kebutuhan rakyatnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Manfaat lain yang sudah pasti adalah kita bisa menjadi warga dunia. Artinya
dengan sudah menjalani kehidupan di luar negeri, kita tidak akan “takut” pergi
kemana-kemana karena kita sudah tahu caranya berkomunikasi dengan mereka dan
sudah memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan orang. Dengan hidup di luar
negeri, kita mau tidak mau dipaksa untuk bisa berbahasa asing, dalam hal ini
bahasa Inggris, tentunya apabila Anda bergaul secara luas dengan semua orang,
bukan hanya dengan sesama teman Indonesia saja (Anak saya saja malah bahasa
Inggrisnya lebih bagus daripada saya). Saya yakin, dengan keterampilan bahasa
ini dan juga pemahaman Anda tentang budaya orang, kemanapun Anda pergi, tidak
akan takut. Anda misalnya kalo disuruh tinggal di kota lain, misalnya ‘kamu
harus pindah ke Middlesbrough tahun depan ya selama setahun’, pasti Anda tidak
akan blingsatan kalo Anda pernah tinggal di luar negeri (misalnya di Sydney),
daripada kalo Anda yang seumur-umur tinggal di Solo, misalnya. Atau tiba-tiba
Anda entah bagaimana nyasar di bandara di Sevilla sana (yang belum pernah Anda
kunjungi), tentu Anda tidak akan bingung kalo Anda sudah pernah tinggal di luar
negeri (di mana pun), dibanding dengan misalnya Anda yang selamanya tinggal di
Makassar sana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kalo punya duit banyak, Anda akan lebih beruntung lagi, bisa menjelajah
tempat-tempat lain. Pengalaman saya, setelah memeras keringat membanting tulang
seperti saya sampaikan sebelumnya, saya yang tinggal di Perth selain bisa pergi
ke kota-kota sekitar sini, juga bisa jalan-jalan ke Melbourne, Sydney, Gold
Coast, Brisbane, Auckland dan mengunjungi tempat-tempat wisata di sana. Atau
waktu saya sekolah di Amerika, saya bisa pergi ke Washington DC, Pittsburg, San
Fransisco, Los Angeles, Las Vegas. Apakah saya pamer maksudnya nulis ini?
Bukan, ini cuman mau mingin-minginin Anda saja!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Terus gak enaknya tinggal di luar negeri? Seperti yang saya bilang tadi,
yang gak enak pun sebenarnya ‘enak’ juga, jadi mari tidak kita bicarakan hal
ini di sini lagi! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Terakhir, tentang sekolah PhD itu? Harus diakui bahwa sekolah PhD lumayan
berat, karena itu adalah jenjang tertinggi akademik. Memang dibutuhkan kerja
keras dan daya tahan yang tinggi. Tapi sejujurnya saya tidak merasakan
berat-berat amat kok. Memang ada kalanya semangat naik turun, tapi kalo kita
bisa ingat kembali kepada tujuan sebenarnya tinggal di luar negeri, saya yakin
kok bisa selesai. Saya rasa kata kuncinya satu: kita bisa memanfaatkan waktu
secara efektif. Saatnya nulis ya nulis dengan benar, saatnya cari duit ya cari
duit, dan saatnya jalan-jalan sama keluarga ya silakan jalan-jalan. Saya aja yang
tidak pernah lembur di kampus (saya hanya di kampus dari jam 9 pagi sampai jam
14, Senin sd Jumat, Sabtu Minggu libur), bisa selesai kok! Oya, satu kunci
lagi: bahasa Inggris Anda harus bagus, karena itu akan mempercepat pemahaman
waktu membaca, memudahkan komunikasi, dan juga memudahkan waktu menulis. Itu
aja!<o:p></o:p></span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Calisto MT","serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><span lang="IN" style="font-family: "Calisto MT","serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
Kesimpulannya? Ayo pada
sekolah di luar negeri! Lebih banyak enaknya daripada tidaknya. Percayalah! Kan
yang nulis ini seorang PhD!</span>BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-27883313424178760882014-11-27T19:41:00.002-08:002014-11-27T19:41:41.970-08:00Tinggal printilannya <br />
<div class="MsoNormal">
Habis itu, apa yang
harus saya lakukan? Ternyata tidak begitu penting-penting lagi. Saya segera
periksa revisi apa yang harus saya lakukan berdasar penilaian dari Emaniner 1,
karena Examiner 2 tidak menyuruh revisi apapun. Setelah saya liat, ada 18 item
yang harus diperbaikin tapi ternyata hanya masalah bahasa aja dan juga sedikit
perubahan kalimat biar jelas. Ini sih gampang banget!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Lalu saya email
Ibu Prof yang baru, apa yang harus saya lakukan. Ternyata beliau mau wawancara
langsung lewat skype. Ya sudah pada hari dan jam yang ditentukan, terjadilah
ngobrol jarak jauh itu. Semuanya beres, saya diberi waktu dua minggu buat
revisi. Dua minggu kemudian revisi saya kirim ke dia. Dia tidak ada perlawanan, semuanya setuju. Kemudian diteruskan ke ketua dewan penguji. Sama, dia juga gak ada perlawanan. Jadi
tugas saya selesai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Oya, setelah saya
liat, ternyata examiner 2 yang tidak menyuruh apa-apa itu malah
merekomendasikan bahwa saya layak untuk diberi penghargaan dari Rektor sebagai
salah satu tesis terbaik! Ah yang bener? Ternyata bener! Ibu Prof yang baru
juga bilang bahwa rekomendasi sudah diteruskan ke tingkat universitas untuk
dipertimbangkan! Wow!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jadi? Ya begitulah,
semua sudah selesai dan saya bentar lagi menyandang gelar PhD (dan juga dapet
penghargaan dari Pak Rektor!). Cihuy! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Selesai sudah
petualangan saya empat tahun di Australia!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-59065453344515232712014-11-27T19:23:00.000-08:002014-11-27T19:23:06.251-08:00Dengan ini saya putuskan... <br />
<div class="MsoNormal">
Akhirnya, setelah
menunggu yang tak pasti, tanggal 21 Oktober (alias tiga bulan kurang sembilan
hari), saya mendapat email dari Chair Commitee alias ketua dewan penguji. Emailnya
kayak gini:</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>Dear Budi,<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>I have now
received examiner reports of your thesis (attached). Both examiners have
recommended pass –B1 and A. Well done and congratulations.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>Both examiners
have recommended some revisions and amendments.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Could you please organize to revise the thesis in consultation with your
supervisor?</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Wuhuyy!!! Tenyata
saudara-saudara, saya dinyatakan lulus! Bukan hanya lulus, melainkan satu
examiner nilainya A (alias tidak perlu revisi sama sekali) dan satunya lagi B1
(alias lulus dengan minor revision)!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saya segera
forwardkan email tadi ke istri saya dan ke mantan Prof saya biar pada segera
tahu. Tidak lupa juga telpon ke orangtua yang sebenarnya tidak begitu paham
kenapa kok saya gak segera dinyatakan lulus.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Abis itu langsung
saya pasang headphone di telinga saya, colokin ke iPhone dan setel lagu ‘We are
the Champions’ dari Queen yang saya beli seharga $1.9 di Itunes. Volume disetel
pol. Begini liriknya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>I've paid my dues<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>Time after time.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>I've done my
sentence<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>But committed no
crime.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>And bad mistakes
‒<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>I've made a few.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>I've had my share
of sand kicked in my face<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">But I've come
through.</span> </i></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>(And I need just
go on and on, and on, and on)<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>We are the
champions, my friends,<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>And we'll keep on
fighting 'til the end.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>We are the
champions.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>We are the
champions.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>No time for
losers<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>'Cause we are the
champions of the world.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hahaha rasanya
udah paling top sedunia! <o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-15255623480861760642014-11-27T18:53:00.001-08:002014-11-27T18:53:25.297-08:00Menunggu, Part2 <br />
<div class="MsoNormal">
Walaupun saya
sudah pulang dan menikmati makanan enak-enak di Indonesia dan juga hidup dengan
kebanggaan ‘semu’ sebagai seorang PhD baru, sebenarnya saya dalam hati
menduga-duga apa yang akan terjadi dengan tesis saya itu. Apakah saya lulus, lulus dengan revisi, apakah harus submit ulang, ataukah malah tidak lulus? Yang terakhir ini
amit-amit deh!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tesis sudah saya
submit tanggal 1 Agustus. Sesuai petunjuk di website, saya minimal menunggu
enam minggu sebelum saya mendapatkan penilain dari examiner. Wah ini enam
minggu sudah berlalu kok saya belum mendapatkan hasil apa-apa? Ada apa nih? Saya juga tidak
mendapat ‘bocoran’ dari profesor saya yang sekarang sudah mantan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Karena sudah
tidak sabar menunggu, tanggal 22 September (sesudah tujuh minggu sejak submit) saya
email ke mantan Prof saya itu. Tentunya saya tidak langsung menanyakan
bagaimana hasil tesis saya (gengsi dong!). Malah sebaliknya, saya ceritakan
bahwa kami sekeluarga sudah kembali dengan baik-baik di Indonesia, si Aby udah
sekolah, saya udah balik kerja, jalanan masih macet, polusi masih tinggi, bla
bla bla. Saya sama sekali tidak nanya masalah tesis itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Wah tumben si
Prof gak langsung bales email saya (mungkin setelah mantan, dia jarang buka
email). Tanggal 26 dia baru bales email. Ternyata dia lagi sibuk dengan
keluarganya dan ultah anaknya. Dan juga ternyata dia sakit (gak tau sakitnya
apa) dan akan perlu operasi. Waduh! Perihal tesis, malah dia menyampaikan bahwa
terjadi pergantian examiner, karena ternyata si Ibu Prof yang waktu itu hadir
di konferensi saya batal menjadi examiner karena mau pensiun. Cilaka nih,
tambah lama aja prosesnya. Akhirnya dia mengajukan dua nama lainnya, sebagai
ganti Ibu Prof itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kembali saya
menunggu di tengah ketidakpastian. Kalo menunggu Part 1 dimana draft tesis saya
serahkan ke Prof untuk diteliti, lebih pasti waktunya yakni sekitar tiga
minggu, maka menunggu Part 2 yakni pengumuman dari examiner ternyata lebih lama
dan lebih tidak pasti lagi...<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-62396336394936327382014-11-25T18:47:00.000-08:002014-11-25T18:47:19.583-08:00Balik Beneran ke Indonesia <br />
<div class="MsoNormal">
Akhirnya selesai
sudah empat tahun saya di Australia. Pas tanggal 1 Agustus 2014, saya balik
lagi. Saya sendiri kadang bertanya-tanya kok ya submitnya pas di hari terakhir
beasiswa (yang lewat sehari aja langsung kena denda), kok kayak gak ada hari
lain aja. Sebenarnya saya maunya submit sebelumnya tapi apa boleh buat karena
harus lebaran di rumah (maklumlah udah empat kali saya berlebaran di Perth yang
percayalah rasanya gak enak), situasinya jadi ribet kayak gitu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Lalu gimana
rasanya balik? Yang pasti hampir semua orang yang saya kenal, menyangkanya saya
udah lulus, alias sudah menjadi PhD. Kenyataannya saya masih harus nunggu lagi
penilaian dari dua orang <i>examiner </i>yang bisa memakan waktu minimal enam minggu
sampai dengan setengah tahun, begitu kata website Curtin. Nanti <i>examiner </i>akan
menilai apakah tesis saya lulus dengan tanpa revisi (biasanya disebut lulus
dengan nilai A di sini), lulus dengan sedikit revisi (nilai B1), lulus dengan
banyak revisi (nilai B2), tesis harus disusun ulang (nilai C), atau malah gak
lulus (nilai D). Amit-amit dah! Berhubung orang-orang yang ketemu saya selalu
ngucapin ‘wah , selamat ya udah jadi Doktor!’, saya ya bilang terima kasih aja,
soalnya rada susah kalo mau jelasin ke semua orang itu bahwa kira-kira nanti
setengah tahun lagi baru saya jadi PhD beneran!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yang paling ‘lucu’
adalah kejadian kemarin dulu waktu ada acara akad nikah salah seorang saudara
saya. Saya kebetulan ditunjuk sebagai wakil dari pihak mempelai laki-laki untuk
memberikan sambutan pengantar dalam acara akad nikah (rupanya salah satu tugas
dari seorang PhD adalah memberi sambutan kalo ada acara keluarga!). Saya sama
nyonya berdiri di paling depan, di depan calon pengantin beserta para
pengiringnya di belakang. Sesuah siap, MC acara pun berkata ‘marilah kita ikuti
sambutan dari keluarga calon mempelai pria, Bapak Budi Susila, Ak., MA, PhD’. Waduh,
baru sekali itulah nama saya disebut lengkap beserta gelar-gelar akademis saya,
bahkan termasuk ‘PhD’ yang belum resmi saya sandang itu! Entah siapa yang
memberikan informasi gelar lengkap saya itu. Mungkin juga dirancang begitu supaya
terlihat mentereng dan supaya ‘gak kalah’ sama pihak calon besan, kan gak
setiap keluarga ada PhDnya! (Halah!). Tentu saja saya rada tersenyum mendengar
pengantar dari MC tersebut, dan lalu saya memberikan sambutan dengan gaya yang
sok berwibawa, yang kira-kira pantas keluar dari seorang Doktor beneran. Untunglah
kayaknya semuanya cukup puas dengan PhD gadungan ini! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sementara menunggu
hasil dewan penguji tesis, saya pun juga harus balik ke kantor saya di
Kementerian Keuangan (kan saya ikatan dinas!). Kembali semua orang yang ketemu
menyelamati saya, saya saya mah terima kasih aja. Sekali lagi, menjelaskan
bahwa saya belum PhD beneran rada sulit, sehingga ya saya iya-iya aja (sambil
sedikit meninggikan mutu!).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Waktu dulu
sebelum pulang, pihak International Office Curtin pernah ngadain seminar
tentang ‘<i>going home</i>’ bagi calon mahasiswa yang udah mau pulang selamanya. Salah
satu yang diwanti-wanti mereka adalah adanya <i>reverse culture shock</i>, yakni
kejutan budaya di tanah air setelah sekian lama ditinggalkan. Apakah saya
mengalami hal itu? Kayaknya sih gak juga, soalnya Indonesia terutama Jakarta ya
gitu-gitu aja, tidak membuat terkejut dan bingung. Jalanan lebih macet itu
sudah pasti, orang-orang gak mau antre ya saya sudah maklum dan gak perlu
ngomel-ngomel. Sepeda motor melanggar lampu merah? Tidak aneh lagi. Nyari parkir
di mal sulit? Cerita lama! Cuman cuaca panasnya yang gak nahan, tapi itupun dua
minggu udah biasa lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yang <i>culture
shock</i> justru menyenangkan, yaitu harga makanan lezat nan murah banget! Kalo biasanya
mie ayam di Bintang Cafe harganya $8.5 maka di Bakmi GM cuma Rp22 ribu alias
gak ada tiga dolar. Lontong sayur yang enak banget deket rumah cuma Rp11 ribu,
cuman satu dolar kira-kira! Gado-gado enak deket lapangan tenis tempat saya
main cuma 14rb! Cuman sayangnya ada satu yang mengganjal: penghasilan saya
sekarang dalam rupiah. Jadi ya impas lah! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kayaknya yang
paling senang kami pulang,ya anak saya si Aby. Dia bisa ketemu saudara-saudara
yang kecil-kecil (maklum dia anak tunggal), terus bisa nginep di tempat mereka.
Dia juga masuk SMP (swasta Islam) yang besar banget yang dia cita-citakan
(entah kenapa dia ingin ke sekolah itu juga saya gak tau) dan ketemu
teman-teman baru. Walaupun saya yakin dia agak kesulitan pakai bahasa Indonesia
di sekolah (sekolahnya pakai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar), karena
sampai sekarang saya sekeluarga pakai bahasa Inggris di rumah!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-67756426090637709162014-11-23T20:36:00.002-08:002014-11-24T01:11:50.942-08:00Hari Keramat Telah Tiba Setelah mendapat
masukan dari Pak Prof dan masuk bengkel bahasa, maka tesis saya siap untuk
diserahkan kepada pihak universitas untuk diteruskan ke examiner alias dewan
penguji. Tampaknya sih sederhana, tapi ternyata prosesnya cukup ruwet!<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mengapa demikian,
karena itu saatnya pas dengan bulan Ramadhan. Ceritanya kan keluarga saya udah
pulang pertengahan Mei 2014 karena kontrakan apartemen saya udah habis. Lalu saya
melanjutkan sendiri menulis tesis di rumah temen di Perth. Kemudian menyerahkan
draft akhir tesis ke Pak Prof, abis itu saya pulang (habis mau ngapain lagi di
Perth, kan gak ada kegiatan). Tiga minggu kemudian saya balik ke Perth, ketemu
Prof terus betulin draft komplet. Abis dibetulin, terus dijilid, lalu dikasih
ke editor bahasa (proofreader). Abis itu balik lagi ke Jakarta karena ya gak
ada kegiatan lagi dan juga karena udah bulan puasa. Tiga minggu kemudian si
editor ngemail bahwa kerjaannya udah selesai, sehingga saya harus terbang lagi
ke Perth untuk mendiskusikannya. Kemudian keluarga menyusul ke Perth tanggal 16
Juli 2014 untuk melakukan wisuda (pura-pura). Seminggu jalan-jalan, keluarga balik
lagi ke Jakarta karena mau lebaran, saya menyelesaikan editing. Saya akhirnya pulang
juga ke Jakarta walaupun editing belum saya selesaikan, soalnya udah lebaran
minus tiga hari. Bayangin sibuknya bolak balik!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Nah, babak-babak
terakhir itulah situsasi jadi ruwet. H minus tiga lebaran mendarat Jakarta, H
minus dua terbang ke Salatiga untuk berlebaran, kemudian H plus dua balik
Jakarta, lalu nyambung ke Perth lagi tanggal 30 Juli 2014. Sementara paling
lambat saya harus submit terakhir tanggal 1 Agustus 2014, lewat itu saya harus
bayar pakai duit sendiri biaya kuliah kira-kira $90 per hari (dihitung harian
sampai dengan saat menyerahkan tesis). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Nyampai Perth
sore hari, langsung saya lanjutkan editing. Setelah selesai saya print malem
tanggal 31 Juli, besoknya yakni 1 Agustus 2014, hari terakhir deadline, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>saya ketemu dengan Prof saya di sebuah kafe untuk
melapor bahwa saya siap submit (sebelumnya udah janjian dulu) dan meminta doa
restu (halah!). Di akhir pertemuan, saya merayu si Prof untuk menandatangani
surat pengantar submit, siapa tau masih ‘laku’ walaupun dia sudah diberhentikan
oleh Curtin. (Catatan: </span>Karena Prof saya udah gak kerja di universitas, dia tidak berwenang menandatangani surat pengantar submit. Supervisor yang baru, Ibu C, adalah pejabat universitas yang sangat sibuk, dan sialnya pas tanggal itu dia ada di Sydney ada acara, baliknya nanti sesudah tanggal keramat 1 Agustus, sehingga kalo nunggu dia, maka saya bisa relat submit dan saya harus bayar dendanya).<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Abis ketemu si
Prof itu, saya ke kampus untuk mengambil surat pengantar submit asli yang saya
titipkan ke sekretaris Prof C itu untuk ditandatangani supervisor baru. Eh,
dasar ini sekretaris oon, suratnya ternyata gak disampaikan ke Ibu C. Pas saya
dateng ke sekretarisnya (yang tidak muda itu), dia bilang ‘gak ada kok
formulirnya’ dengan tanpa perasaan bersalah. Saya rada ngotot juga ‘udah kok
dikirim lewat email, coba dicek’. Terpaksa kita berdua ngecek inbox di emailnya
dia, dan benar, email saya ngejogrok dengan manis di situ, tanpa pernah dia
buka. Walah! Untunglah saya udah punya surat pengantar submit ‘cadangan’ yang
ditandatangani prof asli saya tersebut. Kalau tidak ya saya harus nunggu si Ibu
dateng ke Perth yang entah kapan, sambil bayangin berapa denda yang harus saya
bayar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Akhirnya tesis
beserta surat pengantar cadangan dengan selamat saya setor ke pihak univeristas, dan
lalu mendapatkan tanda terima submit, sebuah dokumen yang sangat berharga dan maha
penting, yang menandakan bahwa saya sudah selesai sekolah dan boleh pulang! Periode
empat tahun paling berat dalam hidup saya sudah berakhir. Segara saya
beli tiket balik dan malemnya pulang langsung ke Jakarta dengan perasaan
merdeka semerdeka-merdekanya! Prinsipnya: yang penting submit dulu, urusan
hasil belakangan! <o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-42603300977797477832014-11-21T01:45:00.001-08:002014-11-21T01:45:27.191-08:00Hore Saya (Pura-puranya) Diwisuda...<br />
<div class="MsoNormal">
Momen paling
berkesan bagi seorang yang sekolah adalah kalo sudah diwisuda, benar? Tapi bagi
saya tidak. Mengapa? Karena saya cuman diwisuda pura-pura aja!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Begini maksudnya:
kan di Curtin itu banyak mahasiswa asingnya baik S2 maupun S3. Nah, kalo untuk
mahasiswa S2, berakhirnya semester berarti mereka udah beneran lulus, dan
berhak mendapatkan ijasah. Nah, buat mahasiswa S3, berakhirnya semester berarti
ya tidak berarti apa-apa, karena sekolah dinyatakan berakhir apabila telah
submit tesis. Nah, tiap akhir semester, pihak International Office di Curtin
menyelenggarakan wisuda bagi international student-nya. Ini bukanlah wisuda
resmi dengan segala rektor dsb yang hadir, melainkan untuk melepas mahasiswa
internasional yang mau pulang karena selesai S2 dan waktunya sebelum ada wisuda
tingkat universitas yang besar acaranya tapi dilakukan kira-kira tiga bulan
setelah semester berakhir. Nah kan gak mungkin mahasiswa internasional ini
nunggu 3 bulan di Perth untuk nunggu wisuda (bisa bangkrut dia) atau pulang
dulu terus nanti balik lagi untuk diwisuda tiga bulan kemudian (kan boros!).
Nah untuk itulah diadakan acara khusus oleh Curtin untuk mewisuda S2 ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Lha yang S3
kenapa ikut diwisuda? Ingat, murid S3 akan pulang setelah submit tesis. Nah,
tiap orang kan pulangnya berbeda-beda karena submitnya kan beda-beda tanggal. Untuk
itulah buat mahasiswa S3 yang kira-kira selesai semester ini, diikutkan juga
untuk ‘wisuda’ alias pura-pura sekaligus perpisahan buat mereka (termasuk saya
ini). Tapi pura-puranya ini beneran lho, pake toga segala, untuk S3 pake toga
ungu biar terkesan angker dan sekaligus bijaksana! Untuk itulah pada
pertengahan Juli ini kami sekeluarga balik lagi ke Perth (ingat, keluarga sudah
saya pulangkan Mei sebelumnya). Ini di tengah-tengah bulan puasa lho! Mana
musim dingin lagi! Tapi demi sebuah foto wisuda, maka kamipun meluncur ke
lokasi dengan pakaian formal jas buat saya sama Aby, sama kebaya buat nyonya. Uhuy!
Bayangin winter pakai kebaya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Upacara diadakan
di stadion Curtin yang megah itu. Keluarga para wisudawan juga pada dateng (keluarga
saya gak ada yg dateng—kecuali anak dan istri, kan berat di ongkos). Kira-kira
yang diwisuda adalah 30 orang terdiri dari 8 ‘wisudawan’ S3 dan sekitar 20an S2
(beneran). Tidak pakai gladi resik segala, kami dipanggil satu-satu masuk panggung.
Setelah duduk, lalu dipanggil satu-satu untuk menerima ‘ijasah’ (padahal isinya
cuman ucapan selamat berpisah), dengan disebutkan nama, asal negara, judul
tesis, sama nama profesor pembimbingnya (Pak Prof khusus saya undang walaupun
dia sudah pengangguran!). Tidak lupa pula difoto waktu penyerahan ‘ijasah palsu’
itu dan disalamin entah siapa (yang pasti bukan rektor), sambil senyum lebar
seolah-olah sekolah selesai. Padahal submit aja belum!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Habis acara,
foto-foto dengan bahagia (enggak bener-bener bahagia, karena belum lulus), foto
bersama Pak Prof, sama yang lain-lain, sambil nyengir sana sini. Terus juga
foto-foto di berbagai macam lokasi kampus berpindah-pindah, sampai haus banget
(kan puasa!). <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Maklum baju toga pinjaman harus
dibalikin paling lambat jam 14 hari itu juga! Tidak lupa istri saya
majang-majang foto ‘wisuda’ tadi di media sosial: facebook, path, instagram
dsb., biar dikira lulus! Terpaksa saya terima kasih aja diucapin selamat sama
temen-temen. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Walaupun pura-pura
wisuda, tapi ternyata lumayan lho foto-foto dengan toga yang serem itu. Rasanya
kayak udah lulus beneran!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-75756636773846355432014-11-19T18:32:00.001-08:002014-11-20T19:44:58.155-08:00Sekolah di Australia dalam Angka1-Jumlah tesis
(alias disertasi) yang harus diselesaikan dalam prgram PhD<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">1.5-plus dalam
kacamata baca saya. Waktu berangkat saya Cuma plus 0.75<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">2-Jumlah minimal artikel
jurnal yang disyaratkan Profesor saya selama saya studi PhD. Juga jumlah
minimal konferensi yang harus saya ikuti (bukan sekedar ikut melainkan
presentasi). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">2- Jumlah organisasi
kedaerahan yang kami ikut di dalamnya: MSWA (Mitra Sunda od Western Australia, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>istri saya turunan Sunda) dan ASWA (Aceh
Society of Western Australia, istri saya juga turunan Aceh)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">3-Jumlah kelompok
pengajian yang diikuti istri saya di Perth: Annisa (ibu-ibu permanent
resident), Pengajian Muslimah (ibu-ibu di kelurahan tempat kami tinggal), dan
PPIP (pengajian keluarga di sekitar Curtin di mana saya pernah jadi
pengurusnya)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">3-Jumlah bulan
yang diperlukan sejak men-submit tesis sampai dengan mendapat nilai dari
examiners<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">3.17-MB-Ukuran
file tesis saya dalam bentuk pdf. Bayangin, empat tahun sekolah hanya
menghasilkan file sekecil Itu! Bahkan satu flashdisk pun masih tersisa banyak
banget!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">4-Jumlah tahun
yang diperlukan untuk mendapatkan gelar PhD. Saya ingat bener pasti 4 tahun,
karena saya datang pas Piala Dunia 2010 dan pulang pas Piala Dunia 2014. Saya kan
penggemar dan pemain bola!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">4-Jumlah lebaran
saya di Perth: 2010, 2011, 2012, 2013. Mau lebaran di Indonesia ongkosnya
mahal. Sakitnya tuh di sini hahaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">6.95-dolar, harga
Pizza Hut seloyang besar kalo hari Selasa, kayaknya lebih murah daripada harga
di Indonesia. Hari lain harganya $12<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">8-Jumlah bab
dalam tesis saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">8.9-dolar, harga
mie ayam jamur di Bintang Kafe langganan saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">9.5-dolar, harga
Big Mac plus kentang besar plus Coke besar di McD<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">9.9-dolar, harga
soto lamongan di Batavia Kafe langganan saya, tidak termasuk nasinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">14-jumlah pemain
bola waktu Aipssa FC (kesebelasan student dan keluarganya yang saya bina di
Perth) berdiri. Waktu saya pulang ke Indonesia jumlah pemainnya 37 orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">16-Jumlah halaman
yang diperlukan untuk merinci referensi dalam tesis saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">17.5-dolar, harga
seekor ayam panggang Nandos yang enak banget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">22-dolar, harga
seporsi fish and chips di Cicerello, Fremantle yang biasanya kami pesan. Nama menunya
seafood basket, isinya ikan, udang, cumi, sayur gorang plus kentang goreng yang
banyak banget. Dimakan berdua, biar ngirit sekaligus kenyang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">48-derajad
Celcius. Suhu maksimal yang pernah saya alami di Perth waktu musim panas. Suhu minimal
minus satu waktu musim dingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">50- dolar, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sumbangan tahunan sukarela untuk sekolah Aby
anak saya. Tahun pertama jumlah ini saya bayar, tahun berikutnya gak saya
bayar, kan sifatnya sukarela jadi bayar boleh tidak juga boleh. Maklum saya
orangtua golongan sangat sederhana sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">69-dolar, harga
tenda yang saya beli untuk kemping. Bisa muat 6 orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">72-Nomor bis
jurusan ke City dan kampus dari apartemen kami <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">75-Sama dengan
nomor 72 di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">78-dolar, biaya
langganan tv kabel sebulan supaya saya bisa nonton Liga Inggris langsung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">80-dolar, harga
mobil Hyundai saya waktu saya jual tahun 2014 sebagai besi tua. Belinya $1700
tahun 2010<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">150-dolar, biaya
kursus karate Aby selama sebulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">242-Jumlah daftar
pustaka (referensi) dalam tesis saya. Masih jauh dibandingkan dengan syarat
menjadi PhD di Duke University yang minimal 300 sebagaimana saya baca dulu
waktu ngambil S2 di sana. Untung saya gak ngambil S3 di Duke!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">283-Jumlah
halaman tesis saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">350-dolar, sewa
seminggu apartemen dua kamar saya. Waktu dateng sewa apartemen satu kamar $265
per minggu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">504-dolar, harga
tiket Garuda Perth-Jakarta pp. Belakangan harga naik menjadi $580<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">1.300-dolar, uang
sponsorship Garuda Indonesia untuk memasang logo di kaos tim Aipssa FC<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">9.026-Jumlah
paragraf dalam tesis saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">15.922-Jumlah
baris dalam tesis saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">93.017-Jumlah kata dalam tesis saya. Jumlah maksimal
yang diijinkan dalam tesis di Curtin adalah 100.000 </span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">kata. Untung gak lewat!</span>BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-8888248304273147992014-11-16T23:52:00.002-08:002014-11-16T23:52:46.582-08:00Masuk Bangkel Bahasa<br />
<div class="MsoNormal">
Betul juga sesuai
yang saya perkirakan, perbaikan yang diminta Prof bisa saya selesaikan dalam
waktu seminggu. Memang tidak banyak sih. Abis itu langsung saya setor ke
<i>proofreader</i>. Apa itu <i>proofreader</i>? Ini adalah orang yang bertugas mempelototi
penggunaan bahasa Inggris untuk suatu karya ilimiah, misalnya paper atau
jurnal, atau dalam kasus ini tesis saya yang sudah selesai secara ‘teknis’
(artinya sudah dioke-in oleh Pak Prof untuk di-<i>submit</i>).</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saya segera
kontak si W yang sudah merupakan langganan kampus. Dia ini udah pernah saya
pakai buat meriksa bahasa Inggris di paper kedua saya untuk jurnal. Waktu itu
paper kira-kira sebanyak 20 halaman ongkosnya $480, dia menghitung 8 jam kali
@$60/jam. Wah, lumayan juga ya taripnya, cuman meriksa gitu doang, dapet duit
$60 per jam. Saya terus mikir, lha tesis saya ini tebalnya 260 halaman, terus
bayarnya berapa? Padahal jatah duit saya tinggal $2800, cukup gak ya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Oya perlu saya
kasitau dulu peraturan pekerjaan ini. Seorang <i>proofreader </i>tidak boleh
membetulkan sebuah tesis di <i>softcopy</i>. Dengan kata lain, dia harus menerima satu
jilid tesis utuh. Kemudian dia mencoret-coret di situ kata atau apapun yang
salah, kemudian si <i>student </i>sendiri yang harus membetulkan di tesis aslinya. Jadi
maksudnya adalah bahwa si <i>student </i>harus tau mana yang salah (setelah ditandai
oleh si W tadi), dan kemudian membetulkannya (sesuai arahan si W). Emang betul
sih, kalo kesalahan dibetulin sama si W langsung kan saya gak tau apa salah
saya. Walapun sebenarnya lebih enak sih! Tapi apa boleh buat peraturan tetap
peraturan! Ketika saya tanya si W dia mau <i>softcopy </i>apa <i>hardcopy </i>(dengan harapan
siapa tau dia betulin di <i>softcopy </i>kan saya gak begitu repot), ternyata dia gak
mau. Sesuai aturan dia maunya <i>hardcopy</i>. Ya sudahlah. Dia berjanji akan
menyelesaikan kerjaan memeriksa seluruh tesis kira-kira selama 3 minggu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Karena abis
nyerahin tesis gak ada lagi yang saya kerjain, ya saya balik lagi ke Indo,
nungguin berita dari W. Langsung saya liburan lagi. Emang enak kalo udah
mendekati akhir-akhir gini. Banyak liburnya. Kemarin abis nyerahin draft ke
Prof, saya <i>doing nothing </i>3 minggu. Kini, abis nyerahin ke W, saya libur lagi
3-4 minggu!<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Berlainan dengan liburan
pertama setelah nyerahin draft tesis ke Prof terus sayanya harap-harap cemas
nunggu komentar sang Prof, kali ini saya nyantai-nyantai aja, sambil banyak
begadang nonton Piala Dunia di TV. Abis ngapain lagi wong cuma koreksi bahasa
doang kok!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tepat tiga minggu
kemudian, email si W dateng dan nyuruh saya meluncur ke Perth. Saya segera
meluncur. Begitu ketemu: bener kan banyak salahnya! Terutama adalah penggunaan
article <i>a, the</i>, dsb. , penggunaan kata depan macam <i>to, with, between</i>,
penggunaan tanda baca koma, titik koma, dsb. Kemudian beberapa kalimat yang gak
nyambung. Terus tabel yang tidak rapi, daftar referensi yang tidak sesuai
aturan (ada banyak aturan untuk membuat referensi, misalnya APA, Chicago Style,
Harvard Style, dsb.). Yang paling malas saya adalah membetulkan daftar
referensi, yang apa boleh buat tidak seluruhnya saya laksanakan arahan si W
ini. Abis gak ada waktu lagi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yang paling
menggelikan adalah kesalahan kecil tapi lucu, yaitu waktu saya nulis ‘World
Bank’ malah tertulis ‘World Cup’ gara-gara saya kebanyakan nonton Piala Dunia.
Ini coretan si W:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLun7dasn6HiAXS2lfe2qPhZWhU5W0acIGXYDSqvoFNpJ_J0Vy_ZDNhzMJCMIE6COhEbcxY2t1__5zgM7zEQ31welrdyqpYb0rGJFdEjVptQHkzMJGJhuunuB__9Nri2jqr0sJZGOQ-CA/s1600/IMG_2826.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLun7dasn6HiAXS2lfe2qPhZWhU5W0acIGXYDSqvoFNpJ_J0Vy_ZDNhzMJCMIE6COhEbcxY2t1__5zgM7zEQ31welrdyqpYb0rGJFdEjVptQHkzMJGJhuunuB__9Nri2jqr0sJZGOQ-CA/s1600/IMG_2826.JPG" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Oya untuk kerjaan
tesis sebanyak 200an lebih halaman ini, si W minta bayarnya $2600. Untung duit
saya masih $2800, sehingga sisa $200!</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Segera saya
lakukan koreksi yang diperlukan, yang memakan waktu seminggu lagi untuk
kemudian disetor alias di-demit, eh di-<i>submit </i>untuk mendapatkan penilaian
akhir. Inilah babak paling mengkhawatirkan!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-21238578400937431252014-11-13T01:18:00.002-08:002014-11-20T19:45:58.453-08:00Pak Prof MemanggilPada waktu saya
menyerahkan draft tesis saya, Pak Prof nanya bagaimana caranya kita ketemu,
soalnya saya udah lapor mau mulangin keluarga ke Indonesia. Saya bilang saya
siap kapan aja, tinggal email, nanti saya langsung beli tiket Jkt-Perth
secepatnya.<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Benar juga, tiga
minggu setelah saya mendarat di Serpong, pak Prof ngemail bilang bahwa beliau
sudah selesai meriksa draft tesis saya dan siap untuk mendiskusikannya. Segera tanpa
nunggu waktu, saya beli tiketnya. Saya mendarat di rumah temen di Perth (kan
apartemen saya udah habis kontrak!), lalu besoknya saya meluncur ke kafe yang
sudah dijanjikan (kan dia udah gak punya kantor lagi di kampus, kasihan ya?). Saya
sengaja datang lebih pagi dari waktu yang dijanjikan dan segera mengetek meja. Seperti
biasa beliau tepat waktu. Langsung saya tawarin minum (saya yang bayarin
dong!). Segera kita ke pokok masalah, dengan saya yang rada grogi menunggu apa
vonis si Prof terhadap tesis saya tadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Langsung ke pokok
masalah, ternyata si Prof bilang bahwa secara overall tesis saya fine-fine aja.
Apa artinya ini? Biasanya (misal waktu saya setor draft artikel jurnal atau
paper konferensi) dia selalu bilang ‘very good’, tapi kenapa sekarang cuma ‘fine’?
Ya sudahlah, yang penting dia menerima dengan baik dan bilang bahwa beberapa
tabel kurang pas penyajiannya, beberapa bagian kurang rapi, kalau yang
lain-lain dia juga membuat catata-catatan dengan bolpen merahnya yang khas. Di kafe
itu kami bahas satu-persatu ‘kesalahan’ yang harus diperbaiki, sampai jelas
betul apa maunya dia. Lumayan juga durasi pertemuan ini, nyaris dua jam. Kesalahannya
enggak banyak sih, tapi tersebar di draft setebal lebih dari 200 halaman itu,
sehingga perlu waktu juga untuk membetulkannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tapi setelah saya
liat-liat, ternyata tidak ada kesalahan yang ‘parah’ yang tidak bisa saya
handel. Semaunya managable. Saya perkirakan cuma perlu waktu seminggu buat
memperbaikinya. Terus abis ini saya apakan nih? Ternyata beliau sudah cukup
puas. Katanya kalo semuanya sudah selesai, tidak perlu lagi ketemu dia untuk
diskusi, melainkan langsung aja dimajukan ke pihak univeristas untuk dinilai
setelah terlebih dahulu diedit bahasanya. Dan untuk itu saya harus menyewa
proofreader (tukang benerin bahasa inggris) untuk memperbaikinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Habis pertemuan
itu saya lega, ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Ternyata tesis saya
baik-baik saja dan layak untuk di-submit. Kalo Pak Prof bilang begitu, ya
berarti memamng begitu! Ternyata begitu doang...<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-69495454724684194402014-11-12T23:50:00.004-08:002014-11-16T23:21:56.325-08:00The Moment of Enggak PDSebenarnya waktu
saya menyerahkan draft tesis saya ke pak Prof, sejujurnya saya katakan bahwa
saya merasa bahwa tesis saya tersebut masih jauh dari memuaskan. Bagaimana tidak,
kalo saya liat tesis-tesis yang lain, terutama tesis murid kesayangan Pak Prof
dari Malaysia yang diberikan ke saya sebagai contoh, memang mutu tesis saya
harus diakui masih kalah jauh. Saya juga melihat tesisnya Prof A yang waktu itu
ketemu di konferensi kedua saya (ternyata dia juga meriset hal yang sama
(compliance costs di AS)), pada waktu dia menyelesaikan PhD nya dengan riset
mengenai studi banding pajak di Australia dan Inggris, saya merasa kecil hati:
kok punya saya cuma begini doang? Tapi ya apa boleh buat, itu sudah maksimal
buatan saya, sementara waktu juga semakin mendekat ke deadline. Tambahan lagi:
saya juga sibuk memulangkan keluarga ke Indonesia dan sibuk juga mengepak
barang-barang.<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Semuanya itu
masih ditambah lagi dengan syarat menjadi PhD yaitu bisa menyumbangkan suatu
pengetahuan dalam suatu bidang ilmu tertentu. Lha ini kan berat banget. Ukuran menyumbangkan
ilmu itu kayak gimana? Apa iya penelitian saya ini sudah menyumbangkan sesuatu
yang signifikan? Bagaimana kalo sumbangannya kecil, sehingga tidak cukup layak
untuk dianugerahi gelar PhD? Doktor gitu, lho? Ketidakyakinan saya terutama
karena pembahasan saya yang saya rasa kurang begitu dalem. Saya hanya
menghubung-hubungkan temuan satu dengan yang lain secara cukup lengkap, tetapi
saya sendiri tidak menjawab <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mengapa</i>
hal itu terjadi. Soalnya untuk menjawab <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mengapa</i>-nya
ini memerlukan suatu riset tersendiri karena tidak terlalu terungkap melalui
instrumen penelitian saya yaitu questioner, wawancara, dan fokus grup diskusi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Selain hal-hal di
atas, saya juga merasa agak bersalah pada Pak Prof, karena selama ini dia
selalu bilang ‘udah kamu tenang aja, saya liat kamu cukup bagus kok’ dalam
berbagai kesempatan. Bahkan dia juga mempercayai saya membantunya sebagai
research assistant dalam proyek dia mengenai carbon tax di Australia. ‘Salah’
saya sendiri juga, kenapa saya berhasil menerbitkan paper dua kali di jurnal
kelas A. Dengan semua fakta itu si Prof membiarkan saya menulis sendiri, sangat
sedikit dia mengarahkan saya. Supervisor yang lain bahkan mungkin meminta anak
didiknya untuk menyetor satu demi satu bab terus direview dengan teliti. Kalau si
Prof saya ini lain. Dia justru nanya ke saya maunya gimana cara menyerahkan
draft apakah mau satu per satu atu per beberapa bagian? Lha saya ditanya gitu
ya maunya borongan aja, jadi gak bolak-balik bab demi bab yang memakan waktu
lama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Akhirnya ya
begitulah. Dua bab saya setor di awal, abis itu dikoreksi dikit terus maunya
dia langsung sebuah produk jadi tesis, langsung delapan bab secara keseluruhan.
Waktu saya kasitau cara ini ke temen-temen saya, rata-rata mereka pada heran,
kok bisa ya begitu. Mereka rata-rata per bab dimajuin, sehingga makan waktu
lama. Ya tpi begitulah yang terjadi pada saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jadi memang seperti itu,
sementara saya di Indonesia beresin rumah dan nyari sekolah buat si Aby, Pak
Prof di Perth sana memeriksa draft tesis saya. Walaupun tampaknya saya
menikmati liburan di Indonesia (karena tidak ada hal-hal yang akademis yang
saya lakukan), dalam hati saya pikiran tidak tenang bertanya-tanya apa yang
akan terjadi terhadap draft tesis saya itu.<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-3110258156419846182014-11-11T18:10:00.001-08:002014-11-11T18:10:26.032-08:00Australia A to Z, Edisi Serius<br />
<div class="MsoNormal">
<b>A-Australian
Awards</b></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Beasiswa yang
diberikan oleh pemerintah Australi kepada negara-negara Asia dan Afrika. Kalo
dulu banget ada orang-orang yang katanya dapet beasiswa Colombo Plan, nah itu
dia cikal bakalnya Australian Awards ini. Jaman saya namanya ADS (Australian
Development Scholarship)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>B-Brodie Hall</b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tempat saya
mangkal sehari-hari, yaitu di Brodie Hall Drive nomor 10. Ini adalah gedung
tempat para PhD students nulis tesisnya. Juga tempat berkantor bagian
administrasi kampus dan beberapa peneliti kampus. Banyak teman yang sering
nginep di kampus, terutama dari beberapa negara di Asia Selatan sana, entah apa
alasannya. Tiap hari saya ke kantor itu, dari jam 9 s.d. jam 14. Singkat tapi
efektif, buktinya saya selesai tepat waktu (halah!). Tempat duduknya persis
kayak punya anak buah saya di kantor dulu, yaitu cubicle dengan komputer dan
rak tempat nyimpan buku-buku. Kalo kita browsing internet bisa keliatan ama
tetangga sebelah dan juga orang yang duduk membelakangi kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>C-Chapters<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Alias bab dalam
tesis. Biasanya delapan bab dalam satu tesis. Biasanya nulisnya loncat-loncat,
tidak berurutan. Dua bab yang terakhir ditulis biasanya kesimpulan (bab
terakhir) sama pendahuluan (bab pertama)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>D-Daftar pustaka<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Bagian paling
belakang dari tesis. Seorang examiner dalam suatu seminar pernah bilang bahwa
banyaknya referensi di dalam daftar pustaka turut menentukan kualitas tesis.
Jadi kalo Anda menulis tesis, perbanyaklah referensi Anda, biar nilanya bagus! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>E-Examiner<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Adalah penguji
tesis. Kalo di Curtin examiners harus berasal dari luar Curtin. Biasanya
jumlahnya dua orang, tapi tergantung jurusan dan universitasnya. Penguji saya
dua orang dua-duanya berasal dari Malaysia, satu dosen di Australi dan satunya
dosen di Malaysia. Nama penguji adalah rahasia dan tidak boleh diberitahukan
kepada murid yang diuji (ya iyalah)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>F-Finansial<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Selama studi PhD,
setiap orang mendapatkan jatah dana tertentu. Jumlah ini berbeda-beda
tergantung jurusan, fakultas, dan univeristas. Di CBS (Curtin Business School),
jatah awal saya adalah $2500, kemudian tiap semester mandapat $700. Ini
bukanlah duit yang dibagi-bagi melainkan sebagai ganti untuk pengeluaran kita
selama sekolah, misalnya biaya penelitian lapangan, biaya konferensi
(pendaftaran, transport, hotel, konsumsi), biaya fotokopi, jilid dsb. Jangan
sampai Anda kehabisan duit ini karena kalo habis maka semua pengeluaran harus
ditanggung sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>G-Group Meeting<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Secara berkala
Profesor saya sering mengadakan group meeting yang dihadiri oleh seluruh murid
yang berada dalam bimbingannya. Biasanya sekitar enam orang, dengan orang yang
sering ganti-ganti tergantung siapa yang sudah lulus maupun baru masuk. Kesempatan
untuk ngobrol banyak sama teman-teman senasib sama sepenanggungan. Juga
kesempatan untuk menikmati traktiran Prof karena dia yang bayar (perkara dia
nanti reimburse ke pihak univeristas saya kurang tahu). Biasanya lokasi
diadakan di kafe, dan saya biasanya pesan sarapan mahal (sekitar $20 per prsi)
yang saya yakin gak akan saya pesen kalo saya bayar sendiri!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>H-Health
Insurance<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Alias asuransi
kesehatan. Asuransi kesehatan untuk keluarga adalah bagian yang paling mahal
dari biaya untuk mendatangkan keluarga ke Australia. Sebabnya adalah asuransi
kesehatan untuk leuarga adalah dibauar pake uang pribadi, sedangkan asuransi
kesehatan untuk student ybs ditanggung oleh piahk pemberi beasiswa. Jaman saya
masuk tahun 2010, asuransi sekeluarga untuk empat tahun sekitar $2000. Tahun
2014 tarif tersebut sudah naik menjadi antar $5,000 sampai $6,000 untuk periode
coverage selama empat tahun, tergantung perusahaan asuarnsinya. Kalo Anda dapet
beasiswa, siapkan dana ini untuk mengkover kesehatan keluarga Anda. Tanpa ini
keluarga Anda tidak akan bisa dateng ke Australi karena mereka tidak akan dapat
visa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>I-Internet<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Asyiknya jadi PhD
student adalah kita dapet akses internet tak terbatas di kampus. Mau nonton
youtube sampai puas, silakan. Mau update status di FB sampe bosen, ya monggo
aja. Mau browsing segala macam situs? Silakan. Mau akses situs dan video porno?
Nah, yang ini diblokir sama pihak univeristas. Kadang-kadang saya keasyikan
browsing berita olahraga sampai lupa bahwa saya di kampus adalah buat riset!
Kalo situs detik.com malah jarang sekali saya akses di Australia, soalnya malah
bikin pusing, mending yang ringan dan yang lucu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>J-Jurnal<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saya diharuskan
mempublikasikan artikel di jurnal oleh Prof pembimbing saya. Sebagian profesor
tidak mensyaratkan hal ini. Untunglah saya berhasil menerbitkan dua buah
artikel di jurnal kelas A. Seorang penguji pernah bilang bahwa daftar publikasi
jurnal yang dicantumkan di tesis turut menetukan kualitas tesis. Artinya kalo Anda
pernah mempublikasikan tesis, berarti semakin gampang tesis Anda dinyatakan
‘lulus’. Contohnya saya, hehehe...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>K-Konferensi<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Salah satu syarat
dari Prof saya untuk lulus adalah minimal dua kali prsentasi di konferensi
internasional, bolah di dalam negeri Australi maupun luar negeri. Beda dosen
beda syaratnya, ada yang tidak mensyaratkan konferensi juga. Banyak temen yang
presentasi di tempat-tampet yang jauh sekalian wisata, misalnya ke Eropa,
sekalian jalan-jalan. Yang dibayarin adalah ongkos buat student-nya, sedangbkan
biaya kalo bawa keluarga konferensi ditanggung sendiri. Berhubung saya rada
kere, maka saya konferensinya cukup deket-deket aja, yaitu di auckland (NZ) dan
Brisbane, jadi bisa bawa keluarga jalan-jalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>L-Lulus (beneran)<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah tesis
diserahkan ke universitas, maka tesis tersebut diserahkan ke examiner. Setelah
dibuat revisinya oleh student, maka diteliti lagi oleh tim penguji, setelah
mereka puas, baru dikirim lagi ke univeristas dan oleh universitas baru kita
dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar PhD. Itulah saatnya sekolah
benar-benar selesai! Jarak antara submit tesis sampai dengan dinyatakan lulus
berkisar antara enam bulan sampai setahun, tergantung tingkat keparahan
tesisnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>M-Mothers<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saya paling salut
kalo ada ibu-ibu yang ngambil sekolah PhD sambil bawa keluarga dan lulus! Coba bayangin,
selain dia harus menulis tesis kayak student yang pria yang kadang-kadang
kewalahan, dia juga harus mengurus rumahnya, masak, nyiapin makan buat bekel
sekolah anaknya, nyuci, dan juga sekaligus ngurus suami. Banyak lho ibu-ibu
Indonesia yang ngambil PhD di Curtin. Hebat!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>N-Nunggu<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Terdapat dua
macam kegiatan nunggu yang bikin grogi: nunggu komentar dari Prof sehabis kita
nyetor draft tulisan, dan yang lebih bikin deg-degan adalah nunggu hasil review
dari external examiner yang menguji tesis yang sudah kita submit. Kalo yang pertama
nunggunya paling-paling dua tiga minggu, maka nunggu jenis kedua ini bisa makan
waktu minimal tiga bulan, bahkan ada yang bisa enam bulan kalo examinernya
kebetulan lagi sibuk!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>O-Organising
seminars<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sepanjang tahun
secara rutin pihak univeristas selalu mengadakan bermacam-macam seminar yang
bebas kita ikuti tanpa bayar meliputi berbagai macam topik sesuai keahlian para
presenter yang berasal baik dari dalam maupun luar universitas. Kalo lagi iseng
saya juga kadang-kadang ikut, tapi lebih seringnya tidak ikut. Khusus mengenai
penulisan tesis, diadakan seminar berdasarkan bab-bab dalam tesis, misalnya
minggu ini seminar mengenai bagaimana caranya menulis introduction. Kemudian lain
waktu bagaimana caranya membuat literature review. Lain waktu lagi bagaimana
menyajikan hasil penelitian. Atau seminar mengenai bagaimana cara menulis di
jurnal. Topik lain misalnya statistik atau bagaimana caranya presentasi. Lumayan
bermanfaat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>P-Pass with
flying colours<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saya pernah
ngikutin seminar di kampus dengan judul “Pass with flying colours”dan terus
terang saya gak ngerti artinya apa istilah itu. Setelah masuk, saya baru tahu
bahwa itu istilah berarti lulus dengan baik sekali. Tadinya justru saya pikir
lulus dengan banyak catatan untuk diperbaiki, alias lulus dengan tidak cukup
baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>Q-Quant and Qual<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Alias quantitative
and qualitatif. Dua macam riset metodologi. Metodologi beda lho sama riset
metod. Kalo yang terakhir ini mencakup survey, studi banding, observasi dsb.
Riset saya tergolong kuantitatif, tapi saya sendiri gak begitu mendalami
statistik, tapi ya gapapa wong Prof saya bilang pokoknya kamu gak usah terlalu
dalem ya statistiknya (apa beliau juga kurang menguasai statistik? Hihihi).
Karena statistiknya cuman sedikit, saya sering minder kalo ditanya sesama temen
PhD students: analisisnya pake statistik apa? Lha wong saya cuma pakai mean,
median,modus, sama standar deviasi doang. Gak ada itu t-test, chi square,
statistik non parametrik, distribusi normal, rada normal, ataupun gak normal
sama sekali!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>R-Revision<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah tesis
disubmit (lihat entri di bawah), maka tesis dikirim ke exaaminer oleh pihak
universitas, sementara si penulis udah menunggu di Indonesia dengan harap-harap
cemas. Ada 4 macam penilain, yaitu A (lulus tanpa revisi), B1 (lulus dengan
sedikir revisi), B2 (lulus dengan banyak revisi), C (tesis harus di-resubmit ke
examiner dengan revisi besar), dan D (tidak lulus). Biasanya revisi B1 dan B2
cuman harus dikembalikan ke ketua tim penguji, bukan ke examiner awal. Revisi
dilakukan di Indonesia, dokumen dikirim lewat email.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>S-Submit<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sebuah kata sakti
buat PhD students. Artinya adalah kita menyerahkan tesis final kita kepada
pihak universitas menandakan bahwa sekolah kita udah selesai. Ini ‘selesai’ lho
ya belum tentu jadi PhD, karena untuk jadi PhD tesis tadi harus duji dulu sama
examiner dan dilakukan revisi (kalau ada, atas suruhan sang examiner tadi).
Sehabis submit, kita dan keluarga udah boleh pulang ke Indo. Walaupun itu kata
penting, tapi kata itu justru lebih sering dihindari dalam percakapan antar PhD
students. Hampir tidak pernah kita tanya ke temen: kapan submit-nya? Pertanyaan
yang sensitip.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>T-Tesis<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kalo di Indo,
namanya lebih keren yaitu disertasi, kalo di Australi cukup tesis saja. Kalo
tesis di Indonesia kan untuk S2 ya? Jadi turun derajad nih!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>U-University
Ranking<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sayangnya universitas
di Australia tidak menduduki ranking yang bagus untuk level dunia. Menurut survei
terakhir Times Higher Education World Reputation Rankings 2014, hanya terdapat
satu universitas di Australia yang masuk 50 besar terbaik di dunia, yaitu
Melbourne University di peringkat 43. Kalah jauh dibanding Jepang (University of
Tokyo, peringkat 11) dan bahkan Singapore (National University of Singapore,
peringkat 21). Walaupun demikian, bagi saya yang berprinsip ‘yang penting dapat
gelar PhD dari luar negeri, ranking universitas tidak terlalu penting, wong
bisa dapet beasiswa aja udah syukur’ ya gak masalah!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>V-Very good<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kata favorit
profesor saya. Biasanya dia nulis pake tinta merah “VG” di draft tulisan saya.
Tadinya saya gak ngerti apa “vg” itu, tapi lama-lama saya tau itu singkatan
dari “very good”. Apakah itu basa-basi atau beneran saya gak tau, tapi yang
pasti menjadikan saya tambah semangat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>W-Wisuda Kecil<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini adalah sebuah
istilah bagi student Indonesia untuk acara perpisahan untuk international
students. Karena sehabis submit, murid udah pulang duluan (tidak menunggu
lulus), maka oleh pihak Internatioanl Office diadakan acara perpisahan. Kalo
untuk murid S2 perpisahan ini memang wisuda beneran karena mereka sudah lulus,
maka untuk S3 mereka dipinjamin toga juga untuk dipakai, walaupun belum lulus
beneran. Yang penting bisa foto-foto pake toga dan fotonya bisa disebarkan ke
media sosial seolah-olah sudah lulus, dengan tidak lupa senyum sepuluh senti
dipamerkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>X-X Factor<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Adalah
faktor-faktor yang membuat jatuh tempo sekolah tidak terpenuhi, alis molor dari
rencana studi, sehinga student harus membayar sendiri biaya kuliah karena duit
beasiswa udah habis. Contohnya adalah pergantian supervisor, sehingga si
student harus mengubah tesisnya sesuai kehendak supervisor baru. Atau keasyikan
cari duit di negeri orang sehingga lupa bahwa tujuan ke luar negeri adalah
untuk sekolah, bukan cari duit. Atau justru supervisornya yang maha sibuk
sehingga tidak sempat-sempat memeriksa draft tesis muridnya. Bisa juga karena
(mendadak) hamil dan melahirkan, sehingga kesulitan membagi waktu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>Y-Yes<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sebuah kata
favorit kalo lagi diskusi sama profesor pembimbing. Lha gimana tidak, dialah
yang menentukan nasib kita apakah kita akan jadi PhD atau tidak, jadi ya
banyakan ‘ya’ nya dibanding ‘tidak’. Tentu saja kalo si pembimbing lapan-enam
sama kita. Banyak juga yang banyak terjadi perbedaan pendapat sama supervisor,
sehingga riset dan penulisan tersendat-sendat, bahkan sampai ganti supervisor
segala. Saking uniknya hubungan antara student dengan profesornya sampai secara
berkala di kampus diadakan seminar bagaimana seni menjalin hubungan dan
berkomunikasi dengan supervisor. Saya sih gak pernah ngikut seminar kayak gitu,
soalnya kita kan pasangan yang harmonis (halah!).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>Z-Zzz<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saya dulu waktu
ngambil S2 di Amrik pernah mengeluh yaitu kenapa sih kok ujian mata kuliah
kebanyakan paper. Coba kalo ujian model SMA gitu: datang, duduk di kolasi ujian,
terus menulis di kertas jawaban. Lha soalnya bikin paper lebih sulit lho. Yang pasti
harus banyak baca referensi (buku atau jurnal), kemudian ditulis menjadi paper
yang panjangnya ditentukan sekian halaman. Jelas bisa memakan waktu
bermingu-minggu. Bandingin dengan ujian tulis di kelas yang palingan
berlangsung selama dua jam. Udah gitu bukan satu mata kuliah yang tugas
akhirnya bikin paper tapi ada banyak dalam satu semester. Akibatnya pikiran
selalu penuh dengan paper ini dan itu dan akibatnya susah tidur! Nah, bayangkan
kalo ngambil PhD. Selama empat tahun Anda harus nulis paper terus istilahnya,
dengan satu mata kuliah saja, dengan referensi yang minimal berjumlah 200 itu. Apa
gak terganggu tidur Anda!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-76385655083678587612014-11-06T23:46:00.002-08:002014-11-11T17:51:18.336-08:00Masih ada harapanCeritanya kan
saya udah pulang ke Jakarta nih setelah nyerahin draft tesis ke si Prof dan
sambil menunggu hasil koreksian beliau. Sembari beres-beres rumah yang kotor
banget ditinggal empat tahun di negeri orang, saya tanya-tanya informasi
<i>update</i>. Nah, saya dapat kabar bahwa sekarang angkutan umum kereta api sudah
bagus banget berkat pimpinan CEO yang baru Ignasius Jonan. Penasaran dong saya.<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Oke, lalu saya
melakukan penelitan (biasa, naluri PhD student!) dengan metode riset observasi
(halah!), alias mencoba sendiri naik kereta api versi baru itu. Pertama saya
coba rute Tanah Abang-Rawabuntu (Serpong). Saya liat antrean panjang mengular,
wah berarti bagus orang Indoensia sudah bisa disuruh antre dengan benar. Waktu makin
dekat ke pintu gerbang, saya curiga kok orang pada megang kartu gitu terus
disentuhkan ke layar. Waduh, salah saya. Saya kira bisa masuk pake beli karcis
gitu, rupanya sekarang semua udah pake kartu plastik. Wah, tambah kagum lagi,
berarti sekarang udah gak akan bocor lagi nih duit PT. KAI! Ini udah sama nih
kayak di negara maju!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah beli
kartu plastik, kemudian saya sentuhkan ke sensor, pintu pun terbuka. Semakin kagum
saya ternyata sekarang kondisinya udah rapi, tidak ada pedagang, dan orangpun
jauh lebih sedikit. Rupanya berkat sistem kartu, orang yang tidak
berkepentingan dilarang masuk, termasuk PKL. Wah, tambah keren nih! Dulu saya
sering menggunakan kereta waktu masih berkantor di Gambir, pake stasiun tanah
Abang juga, ramenya minta ampun dan banyak pedagang, pokoknya semrawut deh! Sekarang
kondisi rame tapi terkendali. Lalu kereta datang, seperti biasa penumpang
berebut masuk. Hm, lebih tertib daripada dulu. Dulu banyak banget orang yang
menggelar koran di lantai kereta atau pake kursi lipat. Sekarang ada larangan. Perjalanan
juga singkat, sekitar 30 menit Tanah Abang-Rawabuntu. Keluar stasiun juga
ngantri lagi untuk meng-tag kartu plastik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Wah pokoknya
keren lah itu. Bahkan saya denger juga sekarang sudah tidak ada lagi orang yang
naik di atas kereta. Dulu waktu kantor saya di Kalibata, saya tiap hari ngeliat
banyak banget orang yang duduk di atap kereta. Ternyata sekarang udah hilang. Tambah
salut! Sebagai orang yang sudah berpengalaman naik angkutan umum di mana-mana
(gak sombong nih, saya udah pernah naik kereta/bus di Singapore, Washington DC,
Istanbul, Auckland, Perth sini, Melbourne, Gold Coast, Sydney, Brisbane), ternyata
angkutan umum di Jakarta, wabil khusus kereta api, udah seperti kelas dunia. Salut!
Cuman memang jumlah penumpangnya kebanyakan, tapi <i>overall </i>udah maju banget
dibandingkan empat tahun lalu sebelum saya berangkat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><i>Moral of the
story</i>: ternyata negara kita kalo dikelola dengan benar, hasilnya bisa bagus
kok. Makanya jangan nyerah!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-24225069702547433352014-11-06T23:13:00.000-08:002014-11-06T23:22:11.243-08:00Akhirnya Pulang Juga (Barangnya)Seperti yang
pernah saya bilang, batas akhir studi saya adalah 1 Agustus 2014. Yang dimaksud
batas akhir adalah batas menyelesaikan tesis, yang berarti tesis diserahkan ke
pihak univeristas. Proses sesudah itu adalah tesis tersebut diperiksa oleh dua
orang examiner dari pihak luar universitas. Jadi para student udah pulang,
barulah tesis itu diuji. Apabila lewat setelah tanggal 1 Agustus, maka saya
harus membayar sendiri biaya sekolah karena beasiswa saya juga habis tanggal
tersebut. Satu semester kelambatan harus bayar sekitar $10,000. Denda biasanya
dihitung bulanan, kalo ada kelebihan hari maka dihitung prorata tarif per hari.<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Apartemen saya
kontrakannya habis 20 Mei 2014, yang tentu saja tidak sinkron dengan tanggal
batas studi saya tersebut. Pihak agen udah bilang bahwa memperpanjang kontrak
bisanya adalah tahunan, kan gak mungkin saya perpanjang sampai Mei 2015, siapa
mau menghuni ntar. Sebenernya sih bisa kata temen-temen saya memperpanjang
mingguan sampai saya selesai sekolah, tapi mengingat bahwa agen apartemen saya
<a href="http://orangjawasekolahdiaustralia.blogspot.com.au/2012/09/orang-bule-katrk.html" target="_blank">orangnya reseh</a>, dan juga saya harus mencarikan sekolah baru di Indonesia buat
Aby yang masuk SMP, maka diputuskan bahwa keluarga akan saya pulangkan Mei 2014,
sedang saya akan tinggal di rumah temen menyelesaikan studi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Maka mulailah
proses seperti dulu tapi dibalik. Kalo dulu sibuk pindahan masuk, maka sekarang
sibuk pindahan keluar. Walaupun keliatannya apartemen gak ada isinya, tapi
setelah dilihat-lihat banyak juga. Terpaksa barang-barang yang gak akan dibawa
pulang dijual atau dikasih temen. Kulkas belinya $200 dijual $50, karena
setelah saya tawarkan gratis ke teman-teman gak ada yang mau (mereka semua udah
punya kulkas, ya jelaslah). Sisanya dikasih ke orang: meja makan dan kursinya, kasur,
lemari baju dua biji, dipan Aby, akuarium, rak sepatu, dst. Yang orang gak mau
terpaksa dibuang di depan rumah, misalnya sofa yang sudah rada meleyot, kursi,
alat-alat yang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hingga akhirnya
tinggallah barang-barang yang sayang untuk dikasih ke orang dan barang yang
memang dibeli untuk dibawa pulang. Pakaian, tivi, sepatu, tas, mainan anak,
alat tulis dsb adalah tergolong barang yang memang sudah dipakai yang bisa
dibawa pulang. Sedangkan barang yang khusus dibeli untuk dibawa pulang adalah
alat barbeque (harganya $400, tapi kalo di Indonesia harganya Rp11juta),
alat-alat pertukangan (saya sengaja beli ini karena mau mencoba hobi baru
sebagai tukang kayu), terus karpet (beli di Ikea bagus banget cuma $150 harga
satunya, saya beli dua). Yang paling berat adalah buku-buku yang diberikan Prof
saya (kan dia jobless!).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah itu
barang dimasukin box untuk dikirim lewat ekspedisi. Setelah semua dikemas selama
lebih dari dua minggu hasilnya adalah 38 kardus, dengan berat total sekitar 400
kilo. Ongkos kirim ke Serpong adalah $3 per kilonya. Ini dia barangnya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYPavr07VIJCEme68wWDbxwpU8uEm9mhXuwUZS-VhL5TVLTbsr4c4ulwDdABj98Ty7HbMoB-0yVy6821fq6__BAZ-revLQRx4_CDSjJv6sR4rJzwCBKD_2amcoI0JAZEIh_lw_fJWDtfg/s1600/IMG_2185.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYPavr07VIJCEme68wWDbxwpU8uEm9mhXuwUZS-VhL5TVLTbsr4c4ulwDdABj98Ty7HbMoB-0yVy6821fq6__BAZ-revLQRx4_CDSjJv6sR4rJzwCBKD_2amcoI0JAZEIh_lw_fJWDtfg/s1600/IMG_2185.JPG" height="240" width="320" /></a></div>
<br />
Abis itu diambillah barang sama perusahaan ekspedisi. Ternyata yang datang adalah seorang tukang bule dengan sebuah mobil boks. Dia ngangkut barang sendiri bolak balik (tanpa bantuan saya) dengan trolinya, kayak gini nih.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihyb7UMvUhzeug1sD6ULDc0v76VbrPjZtLs4ugsDODOJ8XALrDitbDR8yzN-J7xxt1caSwBRMj6McOf8e0J1mGg1nocOQDwnuUUayuXgWQXLsuSw2XoGXR1mf6GeZMRZK9t17cWVJd264/s1600/IMG_2192.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihyb7UMvUhzeug1sD6ULDc0v76VbrPjZtLs4ugsDODOJ8XALrDitbDR8yzN-J7xxt1caSwBRMj6McOf8e0J1mGg1nocOQDwnuUUayuXgWQXLsuSw2XoGXR1mf6GeZMRZK9t17cWVJd264/s1600/IMG_2192.JPG" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Dua minggu
kemudian barang udah nyampai di rumah saya di Serpong dengan selamat. Tapi sekali
lagi saya liat <a href="http://orangjawasekolahdiaustralia.blogspot.com/2014/06/ini-yang-katanya-producitivity.html" target="_blank">fenomena produktivitas yang berbeda antara bule dengan orang Indonesia</a>. Kalo waktu ngambil barang di Perth sana si bule kerja sendiri dan
gak sampai satu jam selesai, maka di Serpong sini memasukkan barang perlu
tenaga dua orang (sopir ekspedisi sama satunya lagi), bahkan dibantu saya biar
cepet. Itupun waktunya lebih lama, yakni dua jam. Dan tanpa pake troli. Tuh kan,
bedanya negara maju sama bukan adalah produktivitas!</div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-85265507831790834892014-11-06T20:09:00.001-08:002014-11-06T23:21:58.699-08:00Siapa bilang hanya pejabat yang korupsi?Dari dulu saya
percaya bahwa ‘power tends to corrupt’ dan itu tidak memandang pangkat dan
jabatan alias merata di semua lapisan. Tidak percaya? Begini ceritanya. Anda masih
ingat gak bahwa mobil Hyundai tua saya yang rusak itu saya ‘buang’ lewat
<i>wrecker </i>alias tukang besi tua? Itu lho yang mobil saya dinilai seharga $80
saja? Ceritanya waktu saya telpon dia sebelum dia dateng, mereka bilang akan
membayar saya $200. Begitu orangnya dateng dia menawar dan jadilah $80 itu.<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Rupanya teknik
begitu sudah menjadi modus. Abis si Hyundai itu saya buang, saya dapet pinjaman
temen berupa mobil yang lebih tua lagi, sebuah Daihatsu Charade dua pintu warna
merah yang kalo dipakai lebih dari 5km mesinnya jadi overheating (tapi
bagaimanapun itu berjasa besar buat kesana-sini, asalkan jaraknya kurang dari
5km!). Nah, waktu saya mau pulang ke Indonesia, mobil itu mau saya balikin ke
yang punya, dianya gak mau, karena ya udah overheat itu. Ya udah, kalo gitu
buang lagi aja! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Segera saya
telpon <i>wrecker </i>lagi. Sudah deal, dia akan bayar $100. Waktu si petugasnya
dateng, abis mobil digendong di mobil dereknya, dia mau pamit terus bilang: ‘udah
ya, makasih’. Lho, kaget saya, terus saya bilang: ‘lah, katanya mau bayar $100.
Yang bener dong!’ Dia bilang lagi: ‘ah enggak siapa bilang mau bayar, saya
cuman bilang mau bawa mobilnya’. Tentu saja saya jengkel: ‘lha tadi ditelpon
katanya mau bayar? Sini coba saya telpon bosmu!’. Eh, saya bilang begitu, terus
dia mengkeret: ‘jangan deh, biar saya aja yang ngomong’. Eh, gak lama kemudian
dia bersedia bayar,tapi cuma $50. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yah sudahlah,
capek deh saya ngeyel gara-gara $50, saya terima aja duitnya, terus saya
kasihkan ke pemilik mobil. Ketahuan kan, ternyata si sopir mobil derek ini mau
ngakalin saya! Terus saya pikir, berarti transaksi mobil Hyundai yang dulu tuh
juga si sopir yang akal-akalan menurunkan harga dari $200 ke $80! Asem tenan!<o:p></o:p></span><br />
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span>
Terbukti kan: korupsi tidak pandang bulu....</div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-574499304427116002014-11-06T18:53:00.003-08:002014-11-06T18:53:28.238-08:00Australia A to Z (Part 5)<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>U-Ugg</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Anda belum tau
sepatu uggs? Sangat menjamur di sini. Dipakai kalo lagi winter. Ini penampakannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Dk2h89zDdUPuwpxOivGHfZcqoftdGKPm_amrHceshprigKhtCqtNGoz71P1Yz2rdmEnVXYAHXPQlHjBabU9HCONt9hg5EW9knN2P0LkvOTb6PtHDDMilQONeccWHBB8mlVvz8K62rtw/s1600/How-to-Clean-Uggs-Boots.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Dk2h89zDdUPuwpxOivGHfZcqoftdGKPm_amrHceshprigKhtCqtNGoz71P1Yz2rdmEnVXYAHXPQlHjBabU9HCONt9hg5EW9knN2P0LkvOTb6PtHDDMilQONeccWHBB8mlVvz8K62rtw/s1600/How-to-Clean-Uggs-Boots.jpeg" height="320" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>V-Vicoria Park<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kelurahan tempat
saya tinggal. Sangat dekat dari City (sekitar 3km) dan juga kampus (4km), jadi
ada di tengah-tengah antara kampus dan City. Juga relatif lebih aman dibanding
kelurahan lain. Sayang sewa rumah mahal (minimal $400 seminggu untuk rumah 2
kamar), sehingga saya cuma mampu sewa apartemen saja ($350 seminggu). Lokasi,
lokasi, lokasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>W-Wave Rock<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini adalah salah
satu landmark Australia yang menurut saya sangat unik, sayang jaraknya jauh
dari Perth sekitar 200km, dan sepanjang jalan ke sana sangat sepi dan ‘tidak
ada apa-apanya’. Berbentuk batu yang sangat besar sekali, dan menyerupai ombak
bentuknya, entah kenapa. Tapi saya tidak menyesal udah nyampe di situ. Kalo anda
belum tau apa itu Wave Rock berikut penampakannya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgETQQQig5tyskHS00ls7jY8qifVD54wI_4PhFn5Sg__fdhz8reJj1pIzkb9aKcdLQlpeq7Z2TpWoAcnJmJOiMzftJ_l5W6L7sGc1Yu87nUBFhjhsIMzh0w1D2dPq_4z6zLdbuswrNdU-s/s1600/IMG_0122.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgETQQQig5tyskHS00ls7jY8qifVD54wI_4PhFn5Sg__fdhz8reJj1pIzkb9aKcdLQlpeq7Z2TpWoAcnJmJOiMzftJ_l5W6L7sGc1Yu87nUBFhjhsIMzh0w1D2dPq_4z6zLdbuswrNdU-s/s1600/IMG_0122.JPG" height="213" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>X-Sinar X<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Barang yang
sangat dibenci oleh istri saya. Soalnya gara-gara ronsen sinar X, kedatangan
istri dan anak saya untuk nyusul saya ke Perth tertunda karena ada noda
terlihat di paru-parunya. Padahal setelah diperiksa berulang-ulang, tidak ada
yang salah dengan paru-paru istri saya. Bahkan, terakhir malah hampir ditolak
masuk Perth padahal udah nyampai bandara Perth sini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>Y-Yanchep<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yanchep National
Park, sebuah tempat wisata di mana kita bisa liat kanguru hidup di tempat
bebas. Ada danaunya juga, dan ada juga guanya yang bisa dimasuki. Agak deket
dari Perth, sekitar 60 km. Tempatnya sangat luas, cocok buat piknik dan
foto-foto. Rekomended.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>Z-Zoo alias
bonbin<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tiket masuk kebon
binatang di Australi tergolong mahal. Misalnya Perth Zoo tiketnya $21, atau
Caversham tempat orang Indonesia foto-foto sama kanguru, tiketnya malah $24. Di
Sydney juga mahal, kayaknya sekitar $20. Termasuk agak mahal juga adalah AQWA
(Aquarium of Western Australia) yang malah lebih kecil dari Sea World Jakarta,
harganya $24. Melbourne Aquarium juga mahal, sekitar $20an juga. Bagus juga sih
mahal gini, jadi koleksi bonbin bisa bertambah atau perawatannya bagus, dan
memang begitu keadaanya. Terakhir kali saya ke bonbin Ragunan, kayaknya cuman
lima ribu (atau malah tiga ribu?), apa manajemen gak rugi ya?<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-88609883014855686172014-11-06T18:49:00.003-08:002014-11-06T18:54:50.616-08:00Australia A to Z (Part 4)<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>T-Tinju<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pertama kali dan
satu-satunya saya nonton tinju langsung ya di Perth ini. Ceritanya kebetulan
ada karcis gratis buat orang Indonesia untuk nonton Chris John dan
temen-temennya. Total ada sekitar lima atau enam partai. Yang saya tahu ada
Adam Jordan yang menang dan Chris John yang sayangnya kalah (denger-denger itu
adalah kekalahan pertama dia, abis itu dia mundur dari dunia pertinjuan). Ternyata
tinju itu kalo nonton langsung sangat sadis lho (berani taruhan Anda pasti
belum pernah nonton langsung!). Berdarah-darah! Bahkan ada satu petinju bule
yang abis dipukul, jatuh gak bangun-bangun, sampai saya pikir tewas nih orang! Ternyata
dia bisa bangun dan kalah KO, untunglah masih hidup. Sebagai selingan, banyak
wanita berpakaian minim di ring, dan ada pole dancer segala (saya baru sekali
liat yang kayak gini).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini Cris Johnnya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxyJ0ThZDVOW6VpyQoqqq3rf0ubb1bteJ2Iz14_o021cTas44AmKshu7WOgmZWZv7gjtMKjEXA8RkJO9vCBAOTxkU4xrspU-kkeoUUBLqyItfBGrxY5Ew1wD4ag8mYqjxJMMGVCcRKSMk/s1600/IMG_3855.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxyJ0ThZDVOW6VpyQoqqq3rf0ubb1bteJ2Iz14_o021cTas44AmKshu7WOgmZWZv7gjtMKjEXA8RkJO9vCBAOTxkU4xrspU-kkeoUUBLqyItfBGrxY5Ew1wD4ag8mYqjxJMMGVCcRKSMk/s1600/IMG_3855.JPG" height="213" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini Daud Jordan:</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5YPAxkAtNl9lmHeoKidKTFNNRcuEqGEQE1VpF47yabIn_p-Hdcm6MPyuUGIjK5Fw0a1v9mtfBZjSl713bLomc_YuBTueXq1PSe81qPMTZcimm1cRF5f1-e9_qDDc1tfjkMIqmoleVU_c/s1600/IMG_3820.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5YPAxkAtNl9lmHeoKidKTFNNRcuEqGEQE1VpF47yabIn_p-Hdcm6MPyuUGIjK5Fw0a1v9mtfBZjSl713bLomc_YuBTueXq1PSe81qPMTZcimm1cRF5f1-e9_qDDc1tfjkMIqmoleVU_c/s1600/IMG_3820.JPG" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini cewek-ceweknya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7rjJY7mM8p7at2zaFRJMPV_WrnQOoaMIkHG1b7I7KCqvW8CEHlomrg-sKFd44KvaZ61uIujlPELmaARUaAcRhij8m5HP5RBXQ5LMJOByQ1cNhrfCwX7GwDwoIGL-F9sBXmcbvlXc2HE8/s1600/IMG_3782.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7rjJY7mM8p7at2zaFRJMPV_WrnQOoaMIkHG1b7I7KCqvW8CEHlomrg-sKFd44KvaZ61uIujlPELmaARUaAcRhij8m5HP5RBXQ5LMJOByQ1cNhrfCwX7GwDwoIGL-F9sBXmcbvlXc2HE8/s1600/IMG_3782.JPG" height="213" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini penarinya (entah
apa kata ibunya kalo tahu anaknya jadi penari kayak gitu):<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqPhM7MXTBrXsqd2pqNOWyTDjjC5tdfDklexlFlK893uVKte8QuRTTSYkQBLu7u3o8szhiM676Y5hcrmdjwZN9JCs78M9qNALNsnHRgyFpYAXmOj22uZOTR0OX6bWX3Fo4ms_uUp7blGM/s1600/IMG_3719.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqPhM7MXTBrXsqd2pqNOWyTDjjC5tdfDklexlFlK893uVKte8QuRTTSYkQBLu7u3o8szhiM676Y5hcrmdjwZN9JCs78M9qNALNsnHRgyFpYAXmOj22uZOTR0OX6bWX3Fo4ms_uUp7blGM/s1600/IMG_3719.JPG" height="320" width="213" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-74548729699117680292014-11-06T18:41:00.001-08:002014-11-06T18:41:10.561-08:00Australia A to Z (Part 3)<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>N-Nangkap
kepiting<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Alias crabbing. Inilah
salah satu kegiatan yang bagi saya sangat berkesan, lebih mengesankan daripada
camping, apalagi dibanding nulis thesis! Jadi ceritanya antara bulan November
sd Februari, ada yang namanya crabbing season yaitu musim nangkap kepiting. Mengapa
pada bulan itu karena saat itulah kepiting atau rajungan tepatnya mengalami
musim kawin dan pada keluar dari lubangnya, terutama yang sudah dewasa (kan
anak-anak kepitingnya belum akil balik, jadi ya ngapain ikut-ikutan tampil!).
Jenis yang ditangkap biasanya yang biru alias blue crap. Minimal ukuran yang boleh
ditangkap dan dibawa pulang menurut aturan adalah 15 cm badannya dari ujung ke
ujung, tidak termasuk capitnya. Biasanya dari rumah berangkat jam 4 pagi,
menuju ke Mandurah sekitar 80 km dari Perth. Nyampe di tempat, sholat subuh
dulu baru nyebur ke pinggir laut yang dalamnya maksimal sepinggang. Peralatannya
serok besi yang bertangkai kira-kira setengah meter, terus bawa ember besar
buat nampung hasil tangkapan. Jadi caranya: kita jalan di laut dangkal itu
sambil pasang mata. Begitu ada rajungan terlihat, barulah kita tangkap pake
serok besi itu. Seru banget! Kadang berhasil kadang kabur. Si Aby anak saya
sangat menikmati kegiatan itu, bahkan saya juga! Persis kita kayak nelayan. Berakhir
sekitar jam 8 pagi. Sekali berangkat saya sama Aby kira-kira dapat 15 ekor,
yang di bawah 15 cm kita lepas. Biasanya perginya berombongan, jadi kalo
dikumpul semuanya, tangkapan yang sah bisa mencapai 30 ekor. Habis itu dimasak
rame-rame. Sekali lagi, sangat mengesankan dan tak akan terlupakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>O-Outdoor<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Orang Australi
sangat suka kehidupan outdoor. Yang paling sering adalah pergi ke taman untuk
barbeque. Kegiatan yang lain, misalnya ke pantai, mancing, joging, sepedaan, jalan-jalan
di taman dst. Seperti pernah saya sampaikan di entri yang lain, di taman umum
banyak tersedia alat panggangan gratis, termasuk gasnya. Jadi kalo orang sini
mau kumpul, tinggal masing-masing bawa bahan baku (daging, sosis, ikan) dan
peralatan (penjepit, pembersih), sama bumbu-bumbunya. Beres deh, gak usah
bertamu ke tempat orang yang ngerepotin. Kebiasaan ini juga ditiru oleh para
students kalo ada acara kumpul-kumpul. Sangat menyenangkan. Bahkan waktu pulang
ke Indo, saya mengimpor sebuah panggangan yang oke punya yang harganya cuma
$400, padahal saya cek di Ace Hardware Jakarta barang yang sama harganya bisa
mencapai 11 jutaan! Lumayan, bisa nggaya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>P-Ponsel alias
Handphone<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Nomor ponsel di
sini sangat privat sifatnya. Minimal itulah yang saya rasakan karena selama
empat tahun “bergaul” dengan pak prof pembimbing saya, saya tidak punya nomor
ponselnya! Semua komunikasi lewat email. Bayangkan empat tahun kenal ketemu dua
minggu sekali tapi gak punya nomor ponselnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>Q-Qantas<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Maskapai nasional
punya Australia, tapi nyaris bangkrut dan mau dijual, gak tau gimana sekarang
nasibnya. Pelayanannya biasa-biasa aja. Tapi ada satu yang membuat saya
terkesan. Selama ini kan saya masuk ke Australia pakai Garuda jadi yah udah
biasa. Suatu waktu saya masuk dari New Zealand naik Qantas, ternyata waktu pesawatnya
menayangkan video keselamatan, mereka bukan pake video peragaan yang biasa yang
membosankan itu, melainkan menggunakan tim football (ala Australia) mereka
dengan gaya yang plesetan tapi serius. Sebuah ide yang bagus, karena penonton
(minimal saya) jadi tertarik untuk menontonnya. Ayo Garuda, bikin versi yang
menyegarkan dong. Pake Tukul Arwana misalnya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>R-Ramah<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Berhubung orang
sini mahal senyum (lihat entri di bawah), maka begitu mendapat pelayanan yang
ramah langsung terkesan. Ini terjadi ketika keluarga kami mengurus visa buat ke
Jepang melalui Kedutaan Besar Jepang di Perth. Asli, petugasnya ramah banget
melayani. Mana mbaknya yang orang Jepang asli itu cantik lagi. Orang Australi
harus belajar dari Kedubes Jepang ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>S-Senyum<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b><br /></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Rada sudah
didapatkan di sini. Entah kenapa orang bule Perth sini jarang tersenyum, bahkan
pegawai hotel pun tidak tersenyum sama kita sebagai konsumen. Orang Imigrasi
juga begitu. Termasuk juga pramugari Qantas, tidak ada yang tersenyum (kalo
pramugari Garuda mah top, full senyum!) Yang juga mahal senyum adalah agen-agen
kontrakan rumah yang malah kayaknya menganggap mereka ini orang paling top
sedunia, padahal kan penghasilan komisi mereka adalah kita juga yang
bayar?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Di tempat lain (Sydney,
Melbourne, Gold Coast, Brisbane, Auckland) orangnya masih lebih murah senyum, walaupun
masih kalah jauh dibanding senyum orang Indonesia (yang cenderung cengengesan!).
Orang Amerika di Amrik sana juga lebih banyak tersenyum. <o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-35665788189194321332014-11-06T18:39:00.002-08:002014-11-06T18:39:50.795-08:00Australia A to Z (Part 2)<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>H-Hotel<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b><br /></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hotel di Perth
harganya mahal dan anehnya susah banget dapet hotel kosong. Kamar yang seadanya
aja harganya $160. Belum lagi check in-nya yang siang banget yaitu jam 14 dan
checkoutnya yang pagi banget, yaitu jam 10. Harga hotel di Perth lebih mahal
daripada di tempat wisata yang lebih menarik semisal Sydney atau Melbourne atau
bahkan Gold Coast. Heran saya juga padahal Perth boleh dibilang kalah jauh
dibanding lokasi lain sebagai daerah tujuan wisata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>I-Ikan<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Australia sangat
serius menjaga kelestarian ikan supaya bisa diambil secara sustainable.
Terdapat aturan dalam menangkap ikan atau memancing. Antara lain ada aturan
bahwa setiap pemancing hanya boleh membawa ikan tertentu dengan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ukuran tertentu dan jumlah tertentu dalam
setiap kegaiatan mancing. Misalnya hanya boleh menangkap ikan barakuda yang
minimal panjangnya 40 cm, dengan jumlah maksimal 2 ekor tiap pemancing. Kalo
ikan sarden maksimal per orang 20 ekor dengan panjang minimal 15 cm. Kepiting
biru boleh ditangkap asalkan besarnya di atas 15 cm. Tiap jenis ikan ada
ketentuannya. Seperti biasa, orang takut melanggar hukum, karena dendanya cukup
besar, bisa $400 sekali kena.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>J-Jetstar<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Maskapai andalan
orang Indonesia kalo mau pulang ke Jakarta. Kadang-kadang tiketnya murah
banget, bisa cuma $200 bolak-balik Jakarta-Perth. Setiap hari Jumat mereka ada
diskon besar-besaran. Jadi orang Indonesia pasti melototin tarif mereka tiap
hari Jumat. Saya pernah pakai jurusan Sydney - Gold Coast yang cuma $39! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>K-Konjen<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Alias Konsulat
Jenderal Republik Indonesia, letaknya di City. Menjadi tempat favorit karena
kalo ada acara makanannya enak-enak (dan gratis). Banyak kegiatan di sana: buka
puasa, lomba 17an, pengajian, temu wicara sama petinggi-petinggi Jakarta yang
lagi jalan ke Perth dll. Tempat mengurus segala surat menyurat, tempat ketemu
dengan banyak orang Indonesia. Rumah dinas pak Konjen selalu ramai kalau lagi
open house lebaran, banyak makanan Indonesia gratis soalnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>L-Lapangan
olahraga<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b><br /></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yang sangat
menyenangkan bagi saya sebagai maniak olahraga adalah di sini sangat banyak
lapangan olahraga, dan gratis! Tiap hari Minggu saya main bola di Kent St High School
pakai lapangan bola mereka yang gratis, tis! Padahal kalo dilihat, lapangannya
rata banget lho dengan rumput yang terawat rapi. Kalo dibandingin, ini hampir
sama dengan lapangan ABC Senayan yang sewanya sekitar 500 ribu sekali main.
Bahkan lebih bagus daripada lapangan Simprug yang lebih mahal lagi. Demikian
juga lapangan tenis. Kami orang Indonesia biasanya main di Applecross High School
yang punya enam lapangan tenis, dan semuanya gratis. Selain lapangan tenis dan
bola, banyak juga lintasan joging dan sepeda di taman-taman atau pinggir
sungai, lapangan basket, lapangan footy (sepakbola ala Australia), kriket, tempat
latihan skateboard dan bahkan alat-alat fitness di taman-taman yang bisa dipake
gratis. Enak, kan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>M-Museum<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b><br /></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Inilah tempat
favorit keluarga kami yang wajib dikunjungi. Bahkan, museum di Perth pun
ternyata bagus, padahal biaya masuknya cuma gold coin donation alias sumbangan
sukarela satu atau dua dolar saja. Ada juga museum di Fremantle yaitu museum
kapal rusak (beneran ini) yang menyajikan kapal VOC yang tenggelam. Museum di
kota lain malah bagus-bagus dan harga tiketnya mahal tapi ga apa-apa karena
memang worth it, misalnya di Melbourne (Melbourne Museum) atau di Sydney
(Australian Museum). Orang Indonesia harus belajar dalam hal permuseuman ini
supaya menjadi DTW, bukan hanya mal saja yang jadi tujuan wisata keluarga.<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-41724842387203455812014-11-06T18:38:00.002-08:002014-11-06T19:00:28.684-08:00Australia A to Z (Part 1)<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>A-Air panas</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ini rahasia lho
ya, sejak saya datang tanggal 15 Juni 2010 sampai dengan saya pulang untuk
selamanya ke Indonesia tanggal 1 Agustus 2014, setiap hari saya di Australi
mandi pake air panas lho! Tidak peduli itu musim panas, dingin, semi, musim
layangan, musim rambutan dsb. Maklumlah tinggal muter kran doang, gak perlu
panggil si mbak untuk masak air buat mandi. Bahkan waktu sekolah di Amrik pun,
sejak datang tanggal 16 Agustus 2001 sampai pulang 15 Mei 2003 (saya inget
betul tanggal-tanggal ini), tiap hari saya mandi air panas. Abis enak sih!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>B-Bintang Cafe</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Favorit warung
Indonesia di Perth. Wabil khusus lagi, mie ayamnya enak banget. Juga tempat
beli makan kalo lagi males masak di rumah. Lokasinya deket rumah, cuma sekitar
3 km. Yang punya orang Indonesia yang kira-kira lebih muda dari saya (hebat ini
orang!). Makanannya banyak jenisnya, termasuk nasi gorengnya juga cukup
rekomended. Seporsi makanan kira-kira $10 harganya, termasuk minum teh kotak.
Setiap makan di situ hampir dipastikan ketemu temen sesama Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>C-Cina</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hebat nih
orang-orang Cina. Saya gak tau apakah mereka ini dari Cina daratan, Hong Kong,
ataupun Singapore, yang pasti banyak banget pemilik usaha yang orang Cina di
Perth. Misalnya salon menikur pedicur, toko koran, toko lotre, pulsa, warung
makan, salon, di mana-mana pemiliknya orang Cina. Salut akan jiwa
kewirasawastaan mereka!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>D-Digital<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Saluran TV di
Australia sudah high definition dengan sinyal digital sepenuhnya, sehingga
gambarnya sangat tajam. Waktu saya pulang ke Indonesia, ternyata masih banyak
yang analog, sehingga gambar terasa tidak tajam. Kemudian saya melanggan tv
swasta di Jakarta yang banyak saluran digitalnya, pas saya setel, gambarnya
jauh lebih tajam dibanding sebelumnya, sehingga salah seorang kakak saya dengan
polosnya bertanya: Ini tivi tiga dimensi ya? Padahal tv biasa, hanya
sinyalnya yang digital!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>E-English<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Logat inggrisnya
orang sini rada susah dimengerti, apalagi kalo orang lapangan yang ngomong. Si Aby
suka marah kalo saya meniru logat orang Australi di rumah. Kalo di kampus mah
orang ngomong inggris dengan baik dan benar sehingga gampang ditangkap. Coba Anda
ngobrol sama kuli bangunan, dijamin gak akan nyambung!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>F-Fish and Chips,
Fremantle<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Makanan favorit
saya di Austalia, terutama di Cicerello atau Kaili’s di Fremantle. Kalo Anda
berkunjung ke Perth, Anda wajib mencoba makanan tersebut. Kentangnya
besar-besar dan renyah, kemudian ikannya juga segede-gede tampah, jadi terasa
fish and chips beneran, bukannya fish-fishan. Dimakan cukup dengan tartar dan
saos tomat. Biasanya favorit pesanan saya adalah seafood basket yang isinya
bermacam-macam goregan hasil laut (udang, ikan, cumi) ditambah kentang goreng
yang sangat renyah. Seprosi $21 bisa dimakan berdua. Sayangnya harga saosnya
rada mahal, satu tempat kecil sekitar $4. Waktu makan rame-rame dengan keluarga
atau temen, dengan tidak malunya kami bawa saos tomat dari rumah, maklum kalo
di swalayan saos yang segede gambreng harganya cuma $1 dapet satu botol besar!
Kedua restoran tersebut berada di lokasi yang sama, sebelah-menyebelah, dan
persis di pinggir dermaga yang banyak kapalnya, dengan ditemani burung-burung
camar terbang melayang. Persis kayak lagi makan di luar negeri rasanya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><b>G-Gold Coast</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tempat yang harus
Anda kunjungi kalo lagi ke Australia. Mereka menjuluki dirinya sendiri sebagai
‘the theme park capital city of Australia’. Banyak banget yang bisa dinikmati:
garis pantainya yang panjang banget dengan ombak yang bagus (yang paling
terkenal adalah pantai Surfers Paradise), kemudian Sea World (cikal bakal yang
di Ancol), Movie World, Wet ‘n Wild (saya udah ke sana) dan seterusnya yang
lain (belum sempat saya kunjungi). Sebuah tempat yang sangat cantik, kayak Bali
kita di Indonesia. Hotelnya juga gak terlalu mahal.<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-76698233091730114292014-11-05T23:11:00.001-08:002014-11-05T23:11:18.965-08:00Akhirnya ada bentuknya<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah mendapat
titah bahwa saya harus menyelesaikan seluruh chapter secara bersamaan, saya
segera bertindak. Mulailah <i>chapter </i>yang berserakan itu saya kumpulkan satu persatu dalam
suatu master dokumen. Tentu saja segala sesuatu dibetulin dulu, misalnya
referensi yang tanpa nomor halaman, diberi nomor halaman yang bener. Soalnya Prof
bilang kalo kamu ada petikan dari karya orang, maka kamu harus cantumkan nomor
halamannya. Nah, ini dia yang repot. Tadinya saya sering lupa mencantumkan
nomornya. Terpaksa sekarang harus membuka kembali jurnal-jurnal yang dikutip,
sambil melihat di halaman berapa petikan itu. Kebayang gak sih? Ini bisa makan
berhari-hari lho, soalnya kan banyak kutipan di tesis saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kemudian, yang
bikin lama juga adalah membuat format yang seragam. Maklumlah waktu masih
terpencar-pencar, banyak tabel yang ukurannya berbeda-beda baik ukuran hurufnya
maupun format tabelnya (lebar kolom, tinggi baris dsb.). Berhubung sekarang
sudah menjadi satu, maka tabel-tabel harus diformat ulang supaya enak dilihat,
tinggi baris dibikin sama, ukuran huruf semaksimal mungkin sama dan juga lebar
tabel diusahakan sama. Terus tidak lupa juga membereskan nomor tabel dan gambar
biar urut dan juga membetulkan rujukan tabel. Misalnya ada kalimat yang
menyatakan ‘bisa dilihat di Tabel 7’ misalnya karena sudah digabung dokumennya,
maka kelimatnya menjadi ‘bisa dilihat di Tabel 8.4’ dan semacamnya. Ini juga
kerjaan tersendiri. Yang juga tergolong rumit adalah penomoran. Misalnya yang
tadinya nomor 7.2 menjadi 7.2.1 setelah dokumen digabung, atau menaik turunkan
level heading (mungkin Anda sudah tau ini), atau mengoreksi daftar pustaka. Ini
juga rumit lho, karena harus konsisten, kalau referensinya jurnal cara nulisnya
gini, kalau buku cara nulisnya kayak gini, dst.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Akhirnya setelah kerja siang malam (eh, gak ding <a href="http://orangjawasekolahdiaustralia.blogspot.com/2014/06/sebuah-rekor.html" target="_blank">saya gak pernah lembur</a>), mulailah itu barang nampak hasilnya. Menurut word count, naskah saya
itu terdiri dari 284 pages, 92.834 words, 478.217 characters, 8.764 paragraphs
dan 15.897 lines, terbagi atas 8 bab. Langsung saya jilid 2 biji, satu buat
Prof, satu buat saya sendiri. Berikut penampakannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk_WJX-iZWmq3pfMJBaqz-CdEuQBaiuP4LVFyic6DPIdoJ5srfRie6PHp3Za3ZC98iq-FPw8kSfsKJD6NJN6iXuK4Rvg7owigrs3EN2dzvq7kyhWEOgvce-aFUpYR-nSTK87GbuM13fZo/s1600/IMG_2870.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk_WJX-iZWmq3pfMJBaqz-CdEuQBaiuP4LVFyic6DPIdoJ5srfRie6PHp3Za3ZC98iq-FPw8kSfsKJD6NJN6iXuK4Rvg7owigrs3EN2dzvq7kyhWEOgvce-aFUpYR-nSTK87GbuM13fZo/s1600/IMG_2870.JPG" height="320" width="240" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Begitu selesai, langsung saya kasih ke Prof (janjian di kafe, maklumlah dia sudah jobless, tapi masih boleh membimbing saya sesuai arahan universitas), dan saya langsung pulang ke Indonesia buat istirahat panjang (keluarga sudah saya pulangkan ke Jakarta secara permanen sebelumnya). Prof janji begitu dia selesai meriksa, dia akan email saya, dan saya akan segera meluncur ke Perth dari Serpong langsung.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagaimana rasanya kerjaan selesai? Susah dilukiskan! Bagaikan selesai menggali sumur lalu keluar airnya (halah!), atau bahkan kayak abis mindahin gunung. Empat tahun kerja keras gitu lho!</div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-12480590946246075642014-11-05T19:22:00.001-08:002014-11-05T19:22:15.047-08:00Mencicil kerjaan<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dalam beberapa
kesempatan, profesor saya sesekali menanyakan kapan sih jatuh tempo thesis kamu?
Jawaban saya juga tetap tidak berubah, dengan mantap saya bilang: 1 Agustus
2014 Prof! Mungkin sebenarnya dia itu mau nanya kok kamu belum setor-setor
chapter sih, mana kok gak kelihatan hasil karyamu? Tapi dia selalu bilang, udah
tenang aja kok kamu pasti akan selesai. Saya selalu beralasan ke dia: saya tuh
nulisnya loncat-locat chapter Prof, jadi rada susah kalo saya setor satu per
satu chapternya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sebenarnya dalam
hati juga saya kok berat banget sih membuat chapter yang lengkap berikut
referensinya yang lengkap. Maunya Prof saya itu adalah saya nyetor suatu
chapter secara sudah benar dan betul, artinya itu udah final di tangan saya,
bukan draft doang, termasuk referensi, format dsb, pokoknya semaksimal mungkin,
nanti biar si Prof memberi masukan. Tapi ya itu dia yang bikin lama. Kadangkala
tabelnya gak seragamlah formatnya, bahasanya masih belepotan, mengutip gak
lengkap dengan referensi dan nomor halamannya dst, dan yang parah adalah saya
sendiri gak begitu PD dengan tulisan saya apakah sudah layak PhD atau belum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Parahnya lagi,
bahkan di awal, Prof saya sudah memberi satu thesis punyanya mantan
bimbingannya yang sudah lulus. Thesis itu memang sangat keren, milik seorang
dosen di Malaysia sana. Saya bolak balik baca itu thesis, bahasanya bagus,
pembahasannya smooth, dan terutama enak dibaca. Bolak-balik saya baca draft
saya sendiri, kesannya kok jauh banget.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tapi ya apa boleh
buat, jatuh tempo tinggal dikit lagi, maka segera saya kumpulkan chapter yang
berserakan di mana-mana itu menjadi sebuah karya yang utuh. Tapi sebelumnya,
saya harus mikir taktik dulu nih, gimana caranya supaya Prof seneng dan gak
banyak koreksian? Pikir punya pikir, saya majuin aja dua bab yaitu hasil
kuantitatif dan kualitatif, sambil nunggu reaksinya. Segera saya setor dua
chapter yang final (menurut saya) itu, sambil ngerapiin chapter-chapter yang
lain.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sengaja dua chapter itu, karena
kan kalo ngajuin cuma hasil kuantitatif dan kualitatif, gak akan salah, wong cuma
berdasar hasil riset doang, masak salah. Palingan yang salah ya format
penyajiannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah sedikit
harap-harap cemas, setelah tiga minggu saya setor dua chapter itu, si Prof
panggil saya. Kirain pertemuan akan panjang lebar membahas kesalahan-kesalahan
saya, eh gak tahunya cuman sebentar. Cuman bilang ini salah dikit, itu tabelnya
kebanyakan, ini seharusnya di situ. Pokoknya gitu doang deh. Lega saya rasanya,
berarti saya gak salah dong! Terus saya nanya ke dia lagi: ini gimana Prof, saya
betulin dua chapter ini terus disetor lagi, apa gimana? Dia jawab: udah kamu
setor ke saya lagi aja kalo semua thesis kamu sudah selesai keseluruhan, dalam
bentuk jadi, lengkap dengan lampiran, referensi, daftar pustaka, pokoknya
produk final kamu. Ntar kalo sudah selesai kita ketemu lagi. Demikian titahnya.
Dengan perasaan apa boleh buat saya jawab: Siaappp...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dalam hati saya
bertanya kenapa begitu, rupanya karena sejak Maret 2014 secara semena-mena Prof
saya tiba-tiba <a href="http://orangjawasekolahdiaustralia.blogspot.com/2014/03/yang-saya-gak-ngerti-tiba-tiba-profesor.html" target="_blank">diberhentikan oleh pihak Universitas</a>! Lalu bagaimana nasib saya
nih, bagai anak ayam kehilangan induk!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-84686256151460640432014-11-05T18:27:00.000-08:002014-11-05T18:38:15.054-08:00Hore, Dapat Dolar!<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Entah mengapa,
tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba sekolah saya, Curtin Business
School, mengumumkan bahwa mulai tahun 2014, barang siapa berhasil menerbitkan
papernya di jurnal, akan mendapatkan honor sesuai dengan kualitas jurnalnya. Kalau
jurnal paling top, yaitu kelas A* dapetnya $1500, jurnal kelas A $750, dan
jurnal kelas B $350.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Wah, ini jelas
rejeki nomplok. Saya kan waktu itu masukin jurnal sekitar bulan Juli 2013. Begitu
masuk ternyata kata redaksinya, perlu sedikit revisi , juga diharuskan diedit
sama proofreader profesional. Okedah, saya laksanakan. Paper saya edit, terus
dibaca sama proofreader tadi (btw, honor yang saya bayarkan untuk ngoreksi
bahasa untuk jurnal ini yang sekitar 20 halaman banyaknya, adalah $480. Mahal
ya? Untung dibayarin kantor), lalu saya masukkan kembali ke jurnal tadi. Saya tunggu
terbitnya, ternyata baru terbit awal 2014. Pas, berarti sama dengan batas waktu
dapet honor! Coba kalo tidak ada editan, maka artikel akan terbit tahun 2013
yang malah tidak akan dapat honor. (Catatan: asal muasalnya jurnal ini
sebenarnya adalah salah satu bab dalam thesis saya. Abis saya buat bab itu,
saya mikir kayaknya bisa nih dikirim ke jurnal siapa tau bisa dimuat. Profesor saya
setuju, makanya saya kirim ke jurnal. Eh ternyata benar bisa dimuat. Memang kalo
udah rejeki gak akan kemana!)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Segera setelah
terbit, saya segera lapor ke panitia honor itu supaya dapat cair. Ternyata benar,
saya dapet honor dan sekaligus senang karena ternyata saya diucapin selamat oleh
panitia lewat milis para students PhD biar semua orang tahu. Ini emailnya:</span><br />
<br />
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"></span>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i>Dear All,</i></span></span></span></div>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i><br /></i></span></span></span>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i>I am delighted to advise that the paper of one of our CBS PhD students, Budi Susila, has just been published in the Australian Tax Forum (ERA & ABDC Ranked A). The paper, entitled Why the tax compliance costs of large companies in Indonesia are low compared to other countries: Empirical evidence, was co-authored by Budi with his Supervisor, Prof Jeff Pope.</i></span></span></span></div>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i><br /></i></span></span></span>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i>Congratulations, Budi and Jeff, on getting your paper published in a high quality journal!</i></span></span></span></div>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
</div>
<div style="color: #212121; font-family: wf_segoe-ui_normal, 'Segoe UI', 'Segoe WP', Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i><br /></i></span></span></span>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-family: Calibri,sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: 11pt;"><i>Best regards,</i></span></span></span></div>
<div style="font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Calibri, sans-serif;"><i>Panitia</i></span></span></div>
<div style="font-size: 15px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span class="Apple-style-span" style="color: #1f497d; font-family: Calibri, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<br />
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Bukan itu saja,
rupanya nama saya juga dicantumkan di papan pengumuman white board di sekolah. Lumayan,
jadi agak ngetop dikit (selain dapet $750 tentunya!). Ini penampakannya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRCFXN1z8l4UAtm2mVRqhO7ooswOlQX6GlXYshQDyKHg45yWJOtyP6387LWqa5tBEVHkZm6jJq2qnSN2nH4TrI30b5AX4PjduZPqiF059i0MdSthdIuwABAfmlseu2oILZETnAAnndTs4/s1600/IMG_3106.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRCFXN1z8l4UAtm2mVRqhO7ooswOlQX6GlXYshQDyKHg45yWJOtyP6387LWqa5tBEVHkZm6jJq2qnSN2nH4TrI30b5AX4PjduZPqiF059i0MdSthdIuwABAfmlseu2oILZETnAAnndTs4/s1600/IMG_3106.JPG" height="240" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-72576290950219293482014-11-04T19:42:00.003-08:002014-11-04T19:42:51.348-08:00Banjir di Negara Maju<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah jalan-jalan
muter-muter Brisbane yang gak begitu bagus, akhirnya tibalah saatnya untuk
pulang ke Perth. Entah mengapa hari itu Brisbane hujan gede banget dan lama. Saya
yang habis main dari rumah temen di daerah situ, terus nyegat taksi mau ke
bandara di tengah hujan deras. Baru keluar jalan, langsung jalan macet. Terpaksa
taksi muter jalan lain. Jalannya kalo istilah Jakarta ‘padat merayap’, tapi
sebenarnya lebih dari itu. Berhenti lama banget, jalan sebentar, berhenti lama
lagi. Sopir taksinya bilang ‘banyak jalan ditutup Pak, jadi kita muter’.
Rupanya beberapa jalan tergenang banjir sehingga jalan ditutup (dalam hati
langsung seneng, ternyata di Australi ada banjir juga—dasar mental inlander!). Padahal
itu jam pulang kantor di mana kendaraan tumplek blek! Saya udah putus asa aja
nih, nyampe gak ke bandara tepat waktu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Nah, rupanya ada
bedanya banjir Jakarta sama Brisbane! Karena waktu itu banyak jalan tergenang,
mobil kan pada muter-muter gak karuan, akibatnya terpusat pada jalan yang agak
tinggian. Masalahnya, banyak lampu merah pula, sehingga setiap lampu ijo nyala
palingan cuma dua tiga mobil yang bisa lewat. Bisa dibayangkan dong kacaunya
lampu merah? Eh tapi tunggu dulu! Ini Australi gitu lho. Walaupun jalan lagi
padat-padatnya, orang tetap tertib lho! Jadi di sini kalo pas lampu ijo giliran
kita jalan, kalo di depan kita gak memungkinkan mobil kita ngelewatin
persimpangan, walau lampu ijo kita tetap harus berhenti nunggu sampai ada space
buat kita (ya logikanya di Indonesia, kalau nyebrang rel terus depan kita gak
muat, maka kita akan berhenti sebelum rel nunggu ruangan kosong). Yang membuat
saya kagum, semua orang masih tertib, walaupun lampu ijo kalo depannya gak
cukup, mereka berhenti dulu. Jadi waktu arus lawan giliran lampu ijo, mobil
tidak akan tersumbat di tengah persimpangan. Bayangin kalo Jakarta, pasti udah
mampet di persimpangan kayak gitu karena asal udah ijo, pasti mobil pada jalan
walaupun di depannya terhalang. Akibatnya malah gak ada yang bergerak!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setiap saya lewat
lampu merah, saya stres aja takut ketinggalan pesawat. Tapi ternyata di semua
lampu begitu, semua tertib. Jadinya, walaupun sangat tersendat tapi tetap jalan
karena lampu merah gak ada yang mampet! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Jadi memang,
walaupun sama-sama banjir, tetap ada bedanya negara maju sama negara
berkembang!</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Epilog: akhirnya
saya nyampai juga di bandara tanpa ketinggalan pesawat. Jarak 35 km akhirnya
ditempuh dalam waktu 3 jam. Dan Anda tau berapa bayar taksinya? Cuma $146
sodara-sodara alias nyaris satu setengah juta perak! Tarif taksi termahal yang
pernah saya bayar seumur hidup saya!<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9096927921702572660.post-61252953474672146232014-11-04T18:26:00.000-08:002014-11-04T18:26:14.324-08:00Pura-pura Gak Lihat<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ceritanya saya
lagi mau mempresentasikan riset saya di konferensi yang kedua, kali ini di Brisbane,
negara bagian Queensland, kira-kira empat jam terbang dari Perth. Seperti yang
pertama, panitia juga gak ada perlawanan, langsung menyetujui bahwa saya boleh
presentasi di konferensi mereka. Sekali lagi, kalo ada orang yang mengesankan (atau
menakut-nakuti, atau meninggikan mutu sendiri) terus bilang ‘susah lho masukin
paper ke konferensi’ kayaknya gak betul, wong dua kali saya daftar, dua-duanya
diterima tanpa perlawanan. Jadi presentasi begitu saya bilang biasa aja sih,
tidak perlu terus masukin email panitia ke status FB segala...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Seperti biasa,
konferensi dimulai dengan pembukaan pleno, dengan sambutan dari beberapa orang
penting yang sesuai adat bule, dimulai tepat waktu dan sambutannya
singkat-singkat. Abis itu seperti biasa pula, diadakan <i>parallel sessions</i>, yaitu
dua atau tiga sesi diselenggarakan bersamaan di ruang yang berbeda, terserah
para peserta mau milih di ruangan mana dan topiknya apa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kebetulan, saya
akan tampil di sesi siang hari pertama. Kalau sesi awal gini enak nih, jadi
hari kedua sama ketiga saya tinggal nyantai gak mikir presentasi, tinggal milih
topik yang ingin dihadiri, atau tinggal jalan-jalan keliling Brisbane gak usah
ngikut konferensi hari kedua dan ketiga, toh pak Prof gak tahu ini. Dulu di
konferensi pertama saya di Auckland, saya tampil di sesi siang hari terakhir,
sehingga rasanya mules terus di hari pertama dan kedua!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Abis makan siang,
saya segera masuk ke ruang dimaksud. Hm, kali ini agak lebih banyak hadirinnya,
barangkali sekitar 20; bandingkan dengan konferensi pertama saya yang
penontonnya yang cuma sekitar sepuluh! Muka-muka lama di bidang riset saya pada
nongol nih, para profesor yang banyak saya baca namanya di jurnal-jurnal. Di antara
para pesohor itu ternyata nongol calon penguji thesis alias <i>examiner </i>saya yang
perempuan, sebut saja Ibu A. Si Ibu profesor ini lumayan ngetop, bukunya banyak
dan artikel jurnalnya di mana-mana. Waktu konferensi pertama dulu, saya sudah
sowan ke Ibu ini, memperkenalkan diri bahwa saya lagi riset bidang ini, saya
anak didiknya profesor ini, dan sebagainya; waktu itu saya belum tau bahwa
beliau adalah calon <i>examiner </i>saya. (Catatan: sebenarnya penunjukan dia sebagai
penguji saya ini rahasia, saya gak boleh tau. Tapi berhubung pak prof sudah
lapan-enam sama saya, jadi saya tahu). Etik di kalangan PhD students menyatakan
bahwa seorang student tidak boleh berkomuniasi dengan calon examinernya, karena
kan aneh masak <i>student </i>nanya-nanya sesuatu ke pengujinya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jadi saya harus
bagaimana nih? Saya harus <i>say hello</i> atau gak nih, ntar dikira sombong! Dia kan hadir
di ruangan ini karena tahu bahwa saya akan presentasi (kan ada di program acara
yang dibagikan!). Tentunya dia juga mau tau ‘kayak gimana sih anaknya yang mau
saya uji disertasinya ini’. Saya kebetulan duduk di tengah, dan dia saya lirik
ada di baris terakhir. Tapi di pihak lain saya juga ingat etika gak boleh
ngobrol sama <i>examiner </i>tadi. Akhirnya saya putuskan ‘ya sudahlah saya pura-pura
gak tau’. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Akhirnya saya
presentasi riset saya tersebut dengan rada lancar (maklum udah yang kedua). Beberapa
pertanyaan saya jawab dengan baik (menurut saya lho ya!). Si Ibu itu juga nanya
dan saya jawab juga dengan baik (sekali lagi menurut saya!). Sampai sesi
selesai, saya gak ngobrol sama Ibu itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ya sudahlah yang
penting tugas selesai dan saya jadi lega. Saatnya jalan-jalan muter Brisbane di
hari kedua dan ketiga (yang akhirnya rada mengecewakan karena ternyata ‘biasa-biasa
aja’ kotanya).<o:p></o:p></span></div>
BUDI SUSILAhttp://www.blogger.com/profile/12216682501882328398noreply@blogger.com0