Rabu, 30 Juni 2010

Yang Saya Gak Paham--Toilet


Anda tahu gambar apa di atas? Yak benar, itu adalah gambar dalam sebuah toilet di Curtin University sini (tepatnya toilet laki-laki--kan gak mungkin saya memotret toilet wanita!). Apa yang aneh? Ya itu dia, tempat tersebut adalah tempat para pria melakukan pe-i-pe-i-es sambil berdiri. Jadi kalo ada dua orang atau lebih yang dalam waktu bersamaan menunaikan hajatnya, maka akan terjadi "pamer senjata!" Sebuah bentuk peturasan yang aneh! Dan saya terus-terang belum pernah memakainya. Kalau kebelet, saya mending ke tempat yang ada klosetnya sekalian, selain karena ada airnya buat mensucikan, juga mencegah biar gak ada yang minder kalo lagi sebelahan sama bule!

Yang kedua, masih di dalam toilet, terdapat benda seperti di bawah ini. Tahukah Anda benda apakah ini?


Kalau bisa menjawab, berarti Anda sudah melanglang buana. Terus terang saya belum pernah melihat sebelumnya. Karena penasaran, saya dekati dan ternyata itu adalah sebuah vending machine, alias mesin penjual. Bukan makanan ringan ataupun minuman seperti vending machine yang biasa, melainkan ka-o-en-de-o-em! Jadi kalo ada yang kebelet, tinggal masukkan duit koin dua dolar, tingal pilih yang biru atau yang merah! Kalo mau lebih jelas, klik aja gambarnya..

Dalam hati mikir, lho bukannya tugas mahasiswa adalah belajar, ngapain ada vending machine kayak itu?

Minggu, 27 Juni 2010

Aja Gumunan....

Ada tiga wejangan Pak Harto yang dulu sangat ngetop, yaitu: Aja gumunan, aja kagetan, dan aja dumeh, yang artinya jadi orang itu mbok yao jangan cepat kagum, jangan suka terkaget-kaget, dan yang terakhir jangan mentang-mentang....

Khusus yang pertama, jangan cepat kagum, barusan saya alami tadi pagi. Saya ada janji ke rumah temen jam 9.30 pagi. Saya sudah mandi dan ganti baju selesai jam 8 pagi. Segera saya keluar rumah di tengah suhu 5 derajat yang dingin menusuk tulang. Busana saya sudah lengkap: longjohn, jaket, kaos tangan kulit, syal, dan kupluk penutup telinga. Jalan kaki sekitar 10 menit, belum ada orang waktu itu. Nyampai di halte, melihat bis berikut datangnya jam 08.23. Oke saya siap menunggu sekitar 1o menit.

Tunggu punya tunggu (sambil agak menggigil), ternyata bisnya gak dateng-dateng. Liat jadwal lagi, bis berikut datenganya jam 08.53. Saya tunggu lagi, eh benar bisnya baru datang jam 8.53 alias saya hampir 50 menit menunggu kedinginan, karena bis yang terjadwal jam 08.23 ternyata gak datang.

Saya yang sudah berprasangka baik bahwa di sini semuanya sesuai dengan jadwal, ternyata harus mengubah pendapat bahwa kadang-kadang di negara maju pun, ada juga yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik...

Dulu dan Sekarang--Setelah Dua Minggu

Berikut ini adalah foto saya sebelum berangkat ke Australia (atas) dan setelah dua mingu berada di sini (bawah).

TUGAS ANDA: CARILAH 5 (LIMA) PERBEDAANNYA!!


Jalan-jalan Pertama-- ke Fremantle!

Sesuai dengan rencana, hari Sabtu kami ke Fremantle. Maksudnya "kami" adalah rombongan terdiri dari 6 orang, dua Indonesia vs empat Filipino. Ternyata ke Fremantle itu jauh kalo naik bis, lebih dari dua setengah jam, karena bisnya rupanya bukan Patas tapi Bumel alias berhenti di setiap halte. Hari itu kereta gak jalan, jadi terpaksa ngebis.

Tapi perjalanan jauh ternyata gak rugi karena Fremantle memang asli oke punya. Ini sebuah kota pelabuhan, dan banyak tempat makannya. Buat Anda yang sudah pernah ke Pier 39 di San Fransisco, Amrik sana (halah jauh amat perbandingannya!), kurang lebih seperti itulah. Tapi Freo (nama kerennya) lebih besar lagi karena ada malnya segala, terus banyak museum (tapi bayarnya mahal, sehingga belum sempat dikunjungi), penjara (seperti Alcatraz juga di Frisco yang jadi objek wisata), banyak sekali restoran, dan tentu saja ada pusat penjualan suvenir khas Australi (yang pasti akan membuat istri saya ngiler-- dia kolektor magnet kulkas sejati). Bahkan ada salah satu restoran khas Indonesia. Apa gak hebat orang Indonesa?

Kami makan siang di Kaili's, resto yang terkenal dengan fish 'n chips-nya. Saya mencoba ikan, cumi, udang ditambah kentang goreng plus pulpy orange. Wah, maknyus tenan! Mungkin ini fish 'n chips terenak yang pernah saya rasakan (jauh lebih enak dibanding di fish and co yang di citos sana yang katanya sip markusip itu!). Ikannya segede telapak tangan (gak segede tiga jari kalo beli di restoran seafood di Indonesia) dan agak tebal, digoreng dengan tepung yang mak kriuk...

Habis makan, terus jalan-jalan sepanjang pantai, dan juga ke toko pusat oleh-oleh. Tentu saja saya gak beli apa-apa, kan saya masih empat tahun lagi di sini!!

Berikut gambar fish 'n chips dan teman-temannya (maksudnya teman-teman saya)..







Yang Saya Gak Paham Tentang Perth -- Halte Bus

Coba Anda lihat gambar di bawah ini:


Gambar apakah itu? Betul, itu adalah gambar halte bis. Yang kayak gitu bukan cuman satu tapi kayaknya desain halte bis memang begitu semua. Terus apa anehnya? Coba Anda liat atap pelindungnya (dan juga kursi untuk penumpang yang sedang menungu). Dia menghadap ke dalam, bukan ke arah jalan (di Perth lalu lintas berada di kiri, kayak di Indonesia). Nah, dengan posisi seperti itu, penumpang yang menunggu bis akan menghadap ke rumah yang terletak di pinggir jalan, BUKAN ke arah lalu lintas tempat bisnya akan datang.

Rada aneh bukan kenapa dibangun seperti itu? Taruhlah itu untuk mencegah atap halte tertabrak mobil, tapi bukankah bisa dibangun agak mundur sedikit sehingga batas atap akan sejajar jalan sehingga tidak mungkin tertabrak lalu lintas? Dengan bentuk seperti itu gimana nanti si calon penumpang bisa ngeliat bisnya datang? Apa gak tengeng itu leher?

Lagipula apa si penghuni rumah di depan halte nanti gak risih diliatin sama penunggu bis? Misalnya dia lagi nyantai di teras sambil sarungan baca koran (siapa tau ada bule sarungan!), terus di depannya orang-orang pada nungguin bis, terus gimana?

Lha itu dia yang membuat saya bingung sampai sekarang belum ketemu jawabannya...

Sabtu, 26 Juni 2010

Durham vs Perth

Kalau sebelumnya adalah laporan pertandingan kampusnya, maka inilah perbandingan antara Durham (tempat Duke berada) dengan Perth (tempat Curtin berada).

Alhamdulillah sementara Perth unggul jauh dibanding Durham:

1. Jarak Perth-Jakarta jauh lebih pendek daripada Durham-Jakarta. Penerbangan Jakarta-Perth lewat Denpasar hanya 6 jam, sedangkan Jakarta-Durham dengan transit Singapura, Tokyo, Chicago, ditempuh dalam waktu 26 jam!
2. Karena dekat, ongkos pun lebih murah: Jkt-Perth bolak balik palingan 600 dolar, sedangkan Jakarta-Durham bolak balik gak usah diomongin, karena di atas 1500 dolar
3. Perth kotanya jauh lebih besar (penduduk 1 juta lebih) dibanding Durham (200 ribu), sehingga Perth menjanjikan rekreasi yang pastinya lebih banyak, yang akan saya buktikan di waktu-waktu yang akan datang….
4. Di sini juga jauh lebih banyak orang Indonesia, bahkan ada tim sepakbolanya juga, sedang di Durham hanya seemprit, itu pun jarang bertemu
5. Suhu musim dingin di Perth tidak sedingin Durham, di sini paling pol 1 derajad, belum pernah di bawah nol
6. Naik bis umum di Perth lebih menyenangkan karena isinya orang Australia atau Cina, India, dsb. Tidak ada orang negro atau Mexico yang suka reseh. Lagipula bisnya bersih-bersih dan bayarnya pakai kartu. Di Durham naik bis harus pakai uang pas 75 sen (kan susah nyari 3 buah koin 25 sen!)
7. Banyak restoran Asia di sini, paling banyak restoran cina, Thailand, jepang, bahkan ada juga restoran Indonesia. Asyik…! Di Durham cuma ada dua restoran cina dan satu restoran jepang
8. Di Perth, mobilnya setir kanan dan jalan di lajur kiri, persis di Indonesia tapi dengan lalu lintas yang jauh lebih beradab
9. Di Perth, SIM Indonesia laku, tidak perlu bikin SIM Australi. Di Durham, tau sendirilah…

Sementara keliatannya Durham sulit mengejar ketinggalan, karena keunggulan cuman sedikit, misalnya:

1. Harga mobil bekas di Durham lebih murah, biasanya sekitar setengah dari harga mobil bekas di Indonesia. Harga mobil bekas di Perth hampir sama (sekitar 90%) dengan harga mobkas di Jakarta
2. Di Durham kalo musim dingin ada saljunya, buat yang suka salju. Saya mah terus terang benci karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya
3. Deket sama Washington DC (200 km), lha apa hubungannya….

Demikian laporan pandangan mata sementara

Duke vs Curtin

Berhubung saya sudah pernah kuliah di Amrik (Duke University, 2001-2003), dan Australia (Curtin University of Technology, 2010-Insyaallah 204), maka inilah kedudukan sementara perbandingan keduanya sampai dengan saat ini.

Untuk sementara Duke memimpin, karena:

1. Duke adalah universitas terbaik di Amerika dengan ranking 7, sedangkan Curtin hanya ranking 14 di Australia
2. Kampus Duke jauh lebih luas
3. Bangunan-bangunan di kampus Duke jelas lebih cantik, dengan gaya Gothic (Anda tahu gaya Gothic? Kalau gak tahu, susah neranginnya, pokoknya kayak gaya kerajaan Inggris jaman dulu)
4. Olahraga mahasiswa di Amrik, khususnya di Duke, sangat maju karena didukung kompetisi antarperguruan tinggi (NCAA) yang terkelola secara professional dan bernilai bisnis yang tinggi, sedangkan kompetisi olahraga kampus di sini saya belum mendengar gaungnya. Kayaknya gak akan seheboh Amrik, karena GOR di Curtin sini cuman satu stadion berkubah dan beberapa lapangan olahraga: tenis, voli, bola. Sedangkan di Duke, stadion basketnya aja bisa menampung 19 ribu penonton (Duke Universiy menjuarai basket antaruniversitas Amrik empat kali, lapangan sepakbola ada 5 (padahal bola di Amrik gak popular), lapangan American football di Duke bisa menampung 80 ribu penonton, lapangan tenis mungkin ada 10, belum lapangan hoki, lacrosse, lintasan atletik. Tambahan lagi, gym di Duke sangat lengkap termasuk kolam renang air panas juga, dan gratis lagi buat student. Untuk masalah olahraga mungkin skornya 14-0 buat Duke
5. Perpustakaan di Duke sangat besar (saya kan pernah kerja di sana!), dengan koleksi jumlah buku terbanyak nomor 5 di Amerika dengan lebih dari 5 juta buku. Koleksi buku di Curtin Cuma sekitar 500 ribu (jauh amat yak bedanya!)
6. Orang fakultas di Duke (dalam hal ini Public Policy tempat saya belajar) sangat helpful untuk kegiatan di luar akademis, misalnya menjemput kedatangan di bandara, membantu mencarikan apartemen, mangantar belanja furniture, selalu berkomunikasi mengenai keadaan keluarga, walaupun di sana ada International Office. Urusan begituan di Curtin diserahkan semua ke International Office sedangkan pihak fakultas hanya berhubungan dengan kegiatan akademis

Tapi jangan khawatir, Curtin pun mengejar ketinggalannya, di antaranya:

1. Di kantin Curtin selalu tersedia nasi dengan masakan ala Thailand dan Jepang
2. Bahkan di kantin utama terdapat counter makanan halal (pakai nasi pula, dengan lauk rendang, gulai ayam, sayur rebung dsb) walaupun harganya rada mahal
3. Terdapat mesjid di kampus Curtin, sehingga bisa sholat dan Jumatan dengan tenang. Bahkan di business school tempat saya akan belajar, terdapat musholla kecil di dalamnya, ah nikmatnya….
4. Di Curtin jauh lebih banyak orang Indonesia dibanding Duke. Saya aja sudah bertemu beberapa di antaranya
5. Denger-denger kuliah di Curtin jauh lebih murah disbanding Duke karena Curtin negeri, sedangkan Duke swasta. Tapi untunglah dua-duanya buat saya gratis!

Sementara demikian laporan pandangan mata pertandingan eh, perbandingan antara Duke vs Curtin. Mudah-mudahan Curtin segera mengejar ketinggalannya, ya minimal draw-lah (ini Piala Dunia atau apa…)

Jumat, 25 Juni 2010

Hari Ini 'ku Gembira....

Dengan bahagia saya umumkan bahwa akhirnya saya berhasil mendapatkan apartemen! Ya yang kemarin itu, one bedroom tapi sudah lengkap isinya, bahkan sendok garpu pun ada...
Mulai masuk tanggal 1 Juli 2010 nanti. Periode sewa 6 bulan, bayar per minggu $260 (satu dolar OZ sama dengan sekiar 8.000 rupiah, jangan dikaliin ntar pusing sendiri), sementara gaji saya di sini sebesar $ 960 per dua minggu, kesimpulannya.....yah that's life.

Orang Amerika suka bilang, rayakanlah sesuatu walaupun itu kecil. Makanya, besok saya mau merayakannya dengan jalan-jalan ke Fremantle, kota pelabuhan deket Perth sini sama temen-temen baru saya...

Foto apartemen dan jalan-jalan Fremantle menyusul...

Kamis, 24 Juni 2010

Langsung Lemes....

Di sela-sela orientasi, saya harus ketemu dosen pembimbing saya, istilahnya adalah Supervisor. Supervisor saya namanya Dr. Jeff Pope. Ketemu jam 14, karena besoknya dia harus terbang ke Ingris selama sebulan.

Setelah basa-basi sejenak, langsung dia tanya apa proposal riset saya. Ya saya uraikan aja. Setelah begitu dia bilang kita tidak akan ketemu lagi sampai awal agustus. Tugasmu cari literatur, jurnal, buku atau apapun mengenai tax gap sebanyak-banyaknya, terus buat papernya dengan metode harvard. Minimal 30 buku/jurnal/literatur! Selain itu juga saya harus ketemu mahasiswa-mahasiswa di bawah bimbingan dia, memperkenalkan diri. Mati gue! Mana apartemen belum dapet lagi....

Udah deh, abis pertemuan saya langsung lemes. Cara minjem buku ke perpus aja belum tau, suruh cari jurnal sebanyak itu pula. Langsung deh saya pulang ke rumah (eh, kos-kosan ding!) dengan gontai. Gak kuat lagi jalan kaki, terpaksa naik bis..

Kayaknya hari-hari yang panjang akan segera dimulai...

Di Sini Cara Indonesia Gak Laku, Mas...

Minggu ini adalah minggu orientasi bagi penerima beasiswa ADS di Curtin. Total sebanyak 17 orang, sebagian besar kulit item, hanya 6 yang kulit putih: 2 Filipina dan 4 Indonesia. Ada 13 calon S2 dan 4 calon PhD (ehm!).

Orientasi selama empat hari, dua hari pertama saya gak ikut karena sibuk cari apartemen. Baru kemarin saya ikut. Setelah sesi pagi mengenai culture shock, siangnya mengenai orientasi kampus. Tugasnya adalah secara berkelompok mengelilingi seluruh kampus dan menjawab sekitar 20 pertanyaan yang tersedia mengenai keadaan kampus. Misalnya ruang aula A bisa muat berapa orang, terus jam buka apotek dari jam berapa aja, terus learning center tugasnya apaan aja? Yah, pokoknya yang ecek-ecek lah..

Peserta terdiri dari lima grup. Setelah keluar ruangan, segera saya usulkan teknik 'curang' kepada kelompok yang lain, yaitu semua pertanyaan dibagi lima terus masing-masing menjawab bagiannya, terakhir baru kita semua ngumpulin jawaban dan tinggal contek aja jawaban dari kelompok yang bertugas menjawabnya. Usul yang cerdas bukan? Didukung cuaca gerimis lagi..

Eh, gak tahunya tidak ada yang setuju. Masing-masing berkeras menjawab sendiri seluruh 20 pertanyaan itu sambil keliling kampus mencari gedung yang mana yang bisa menjawab pertanyaan yang mana. Ah, memang anak-anak muda yang idealis... masih pada semangat kali yak? Jadilah di bawah hujan yang agak deras, terlihat orang-orang berkeliling tanya kesana kesini kayak orang bego!

Lha saya ya terpaksa ikut berkeliling selama hampir 1,5 jam, mana udah pegel lagi dari kemarin.. Teman saya yang orang Indonesia, Irwan namanya sama keselnya dengan saya. Dia bilang, memang anak muda jaman sekarang pada idealis semua....

Coba itu di Indonesia, setengah jam juga kelar...

Selasa, 22 Juni 2010

Sebuah Hari Yang Capek....

Ada pepatah bule yang mengatakan "what doesn't kill you makes you stronger" yang artinya hai orang-orang yang beriman.. eh, salah, maksudnya kurang lebih segala masalah akan membuatmu lebih tegar, yah mungkin sama maknanya dengan badai yang hebat akan menciptakan nahkoda yang handal (bener gak sih?)...

Nah dengan semangat "what doesn't kill you" itulah saya berusaha tabah menghadapi setiap tantangan (busyet dah), makanya urusan cari apartemen yang memusingkan itu tetap harus saya jalani.

Target berikut: 2 bedroom apartmen, bekasnya orang Indonesia tapi baru kosong akhir Juli 2010 (alias masih lebih dari sebulan lagi!), terus one bedroom di King George St, tersedia segera. Yang 2 BR ternyata gak bisa dilihat karena masih ada orangnya, yang 1 BR bisa dimasuki karena sifatnya oper kontrak (ternyata di sini ada oper kontrak juga!). Oke deh daripada capek-capek, dan ini mendekati bulan puasa (lah apa hubungannya?), akhirnya saya beserta segenap pemegang saham memutuskan untuk mengambil yang 1 BR.

Tadi pagi janjian mau ketemu jam 9 tapi ternyata saya sampai di sana orangnya pergi. Ditunggu sampai jam 13, ternyata belum kembali. Dengan langkah gontai akhirnya saya kembali ke kampus, dengan janji besok ketemu lagi jam 10 pagi. Awas kalo gak ada lagi, saya kenain pajak yang gede tuh orang Australinya!

Oya paginya sebelum ke agen tersebut, saya ngirim email untuk ketemu supervisor saya. Dia bisanya jam 16.30, saya nongkrong di kampus nungguin jamnya. Setelah ketemu, ternyata supervisor saya ganti, sehingga saya harus mengemail yang baru ini untuk janji ketemuan. Langsung saya lakukan hari itu juga...

Kenapa hari ini saya bilang hari yang capek? Pertama, berangkat jam 8 pagi saya jalan kaki ke kampus, lumayan 20 menit di suhu 15 derajat, dengan menggendong tas berisi laptop dan berkas-berkas lainnya. Dateng ke housing ternyata gak ada yang mau nganterin ke alamat agen real estate tsb. Terpaksa celingukan naik bis yang mana. Ternyata ada dua rute yaiu nomor 72 dan 75 jurusan Radio Dalam dan Pasar Jumat (itu kalo berangkatnya dari Blok M!). Cara naik bis adalah dengan menggesekkan kartu bis. Naik gesek, turun gesek, saldo jadi berkurang (mirip bayar tol pake smart card).

Saya dengan yakinnya naik bis 72 yang Radio Dalam itu. Eh, setelah naik lama banget nyampe di terminal, semua penumpang turun, saya kok gak liat King George Sreet. Sopirnya nanya kok saya gak turun? Saya bilang mau ke jalan itu, sopirnya bilang kamu salah jalan, mestinya yang arah sebalikanya! Masya Allah!

Terpaksa saya balik lagi melingkar, dan benar akhirnya nyampai juga di sasaran! Karena si agen gak ada, terpaksa saya makan siang dulu di KFC. Terpaksa harus jalan kaki lagi kurang lebih sekilo, sambil tetap menggendong si ransel doraemon tsb. Bolak-balik (baliknya nanjak, tahu!), kaki gempor... Abis itu balik ke kampus naik bis lagi, dengan kecewa karena gak jadi ketemu agen!

Selesai urusan, dari kampus jam 17, udah gak kuat lagi jalan, akhirnya naik bis aja..

Pelajaran hari ini: what doesn't kill you makes you pegel-pegel!

Ini Sambungannya....

# 2 Catatan Singkat: Cara Mendapatkan Beasiswa Kuliah ke Australia
By Melati Anggara

STRATEGI SEBELUM MENDAFTAR BEASISWA

(lanjutan # 1 dan # 2)

# 3 Targetkan Beasiswa yang Paling Realistis Dicapai

Setelah mempertimbangkan semua karakter beasiswa yang ditawarkan, coba ukur kemampuan diri sendiri dan bandingkan dengan persyaratan yang diminta dari para pemberi beasiswa. Apakah kemampuan bahasa kita sudah mencukupi standar minimum yang diminta? Apakah peminatan kita termasuk salah satu isu utama yang menjadi target para pemberi beasiswa? Apakah pengalaman kerja kita sudah sesuai dengan harapan? Seberapa banyak waktu, materi, dan tenaga yang mampu kita investasikan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut?

Selain itu, pertimbangkan juga kondisi pribadi kita (keluarga dan pekerjaan) dan sejauh mana beasiswa yang ditawarkan mampu mengakomodasi kebutuhan kita. Tentunya seorang pencari beasiswa yang sudah menikah dan memiliki anak akan cenderung mencari beasiswa yang bisa menjamin kebutuhan hidup keluarganya selama belajar di luar negeri—sayangnya tidak semua beasiswa seideal itu, dan mungkin lebih cocok bagi pencari beasiswa yang masih lajang atau tidak berniat membawa keluarganya ikut serta.

Para pencari beasiswa yang sudah terikat kontrak di instansi kerjanya juga harus mempertimbangkan keberlangsungan karirnya seusai kuliah—apakah kantornya mengizinkan karyawannya cuti kerja selama kurang lebih 2 tahun untuk menyelesaikan kuliah, atau haruskah mengundurkan diri dari pekerjaannya? Coba pertimbangkan untung rugi dari tiap skenario yang ada, dan pilihlah yang paling realistis sesuai kondisi kita.

# 4 Tingkatkan Kemampuan Berbahasa

Cek persyaratan kemampuan berbahasa inggris yang diminta oleh pemberi beasiswa, kemudian ukur kemampuan bahasa kita dengan mengikuti TOEFL atau IELTS prediction test di lembaga-lembaga bahasa inggris seperti Lembaga Bahasa Internasional (LBI) UI atau International Language Program (ILP). Nilai minimum kemampuan berbahasa yang diterima untuk aplikasi beasiswa ADS adalah 5.0 untuk IELTS, 500 untuk paper based / Institutional TOEFL, dan 39 untuk TOEFL IBT.

Terkait dengan jenis tes TOEFL, terdapat paper based TOEFL dan internet based TOEFL (IBT)—namun kebanyakan universitas hanya menerima TOEFL IBT karena tes ini menguji kemampuan holistik kita dalam menulis, mendengar, membaca, dan berbicara. TOEFL IBT hampir sama dengan tes IELTS karena sama-sama menguji keempat kemampuan dasar tersebut, namun dalam IELTS kemampuan bicara kita dites melalui wawancara dengan seorang penguji, sedangkan di TOEFL IBT jawaban verbal kita direkam oleh komputer.

Selain LBI UI dan ILP, terdapat berbagai tempat kursus untuk meningkatkan nilai TOEFL dan IELTS kita, diantaranya Indonesia Australia Language Foundation (IALF) dan ETS.org. Biaya untuk kursus persiapan tes TOEFL dan IELTS antara lain adalah sebagai berikut: Rp1.300.000 (kursus TOEFL IBT 56 jam melalui LBI UI), Rp950.000 (kursus IELTS 56 jam melalui LBI UI), Rp3.450.000 (kursus IELTS 50 jam melalui IALF), dan US$ 44.95 (TOEFL Practice Online melalui ETS.org).

Kalau merasa sudah siap menghadapi tes yang sesungguhnya, daftarkan diri untuk tes TOEFL IBT melalui ETS.org (US$ 150) atau tes IELTS melalui IALF (US$ 180). Kedua lembaga tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia yang diakui hasil tesnya di tingkat internasional, sedangkan untuk tes tingkatan institusional bisa dilakukan melalui ILP (Rp250.000an). Hasil tes tersebut, beserta sertifikat nilainya berlaku selama dua tahun setelah hasil tes diumumkan.

Catatan penting: TOEFL prediction score tidak akan diterima untuk aplikasi beasiswa. Institutional TOEFL bisa dipergunakan untuk melamar beasiswa, namun biasanya pihak universitas di luar negeri tidak akan menerima hasil tes institusional, sehingga pada akhirnya kita tetap diharapkan untuk mengambil tes TOEFL internasional. Oleh karena itu, lebih aman apabila pelamar mengikuti tes TOEFL internasional sejak awal.

# 5 Penuhi Persyaratan Administratif Beasiswa

Untuk beasiswa Australian Development Scholarships (ADS), syarat minimum IPK adalah 2,9 dan usia maksimal ketika mengirimkan aplikasi beasiswa adalah 42 tahun.

Dokumen-dokumen yang harus disertakan bersama formulir aplikasi pendaftaran adalah fotokopi akte kelahiran, fotokopi KTP atau paspor, CV dalam bahasa inggris, fotokopi ijazah S1 dan fotokopi transkrip nilai S1 yang telah dilegalisir, fotokopi hasil IELTS/TOEFL, surat referensi dari pembimbing skripsi, dan proposal penelitian (bagi pelamar yang berniat melakukan riset dengan bobot lebih dari 50% dari total masa studi). Merupakan nilai tambah apabila kita bisa menyertakan bukti komunikasi (surat menyurat atau email) antara kita dan pihak universitas yang dituju, khususnya apabila kita sudah mendapatkan calon pembimbing tesis.

Ada baiknya dokumen-dokumen tersebut sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, khususnya dokumen yang harus dilegalisir seperti ijazah dan transkrip nilai, karena biasanya proses tersebut memakan waktu yang cukup lama dari pihak universitas. Sebaiknya ijazah, transkrip nilai, dan akte kelahiran segera diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dan dilegalisir kembali, baik melalui pihak universitas maupun penerjemah tersumpah, karena apabila pelamar beasiswa maju ke tahap wawancara akhir, dokumen-dokumen terjemahan tersebut akan diminta untuk diserahkan.

# 6 Tambah Pengalaman Kerja, Berorganisasi & Aktivitas Terkait

Seringkali program-program beasiswa menyaratkan para pelamar untuk memiliki pengalaman kerja di bidangnya dalam jangka waktu tertentu. Kenyataannya ada juga kandidat-kandidat yang sukses mendapatkan beasiswa walaupun tidak memiliki pengalaman kerja minimum yang diminta. Ada pula kandidat yang memiliki pengalaman kerja selama bertahun-tahun namun tidak berhasil lolos tahap seleksi beasiswa. Mengapa bisa demikian?

Pada dasarnya, para pemberi beasiswa akan melihat seberapa besar potensi seseorang kandidat untuk berkembang dan menggunakan ilmu yang didapatnya semasa kuliah dan kemudian mengaplikasikannya dalam pekerjaannya sehingga akan berdampak positif bagi pembangunan di negara asalnya.

Potensi seseorang biasanya diukur dari banyaknya pengalaman kerja, konsistensi dalam fokus bidang tertentu, keaktifan berorganisasi semasa mahasiswa maupun sesudah lulus kuliah, keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sukarelawan, produktivitas publikasi tulisan dalam surat kabar, jurnal, ataupun buku, serta antusiasme dan kecerdasan dalam berdiskusi dan menjawab pertanyaan pewawancara ketika seleksi tahap akhir beasiswa.

Ketika melamar untuk bidang studi tertentu, sebaiknya sebagian besar rekam jejak karir, studi, dan aktivitas kita berkaitan dan mendukung isu yang akan kita ambil nanti. Kalau sudah menetapkan minat kita pada satu isu tertentu, usahakan agar pekerjaan dan aktivitas kita terkait dengan bidang studi yang ingin diambil. Kalau perlu pertimbangkanlah untuk mencari kantor atau jenis pekerjaan yang tepat, yang merupakan salah satu instansi atau isu prioritas pembangunan yang ditargetkan oleh pemberi beasiswa.
Bergabunglah dengan organisasi, kelompok diskusi, lembaga penelitian, komunitas sukarelawan, atau bentuk-bentuk kegiatan lainnya yang terkait dengan minat utama kita.

Dengan pengalaman dan jaringan yang luas dalam fokus bidang tertentu, CV kita akan terlihat berbobot di mata para tim penilai beasiswa, dan kemungkinan besar jawaban-jawaban kita pada saat wawancara tahap akhir beasiswa pun akan terdengar lebih meyakinkan.

Ternyata Ada Rahasianya Cari Beasiswa (..Tapi Sumpah Yang Menulis Bukan Saya!)

Ini adalah rahasia mendapatkan beasiswa, khususnya Australia. Sekali lagi ini bukan karya saya lho, tapi teman saya yang jago ….

#1 Catatan Singkat: Cara Mendapatkan Beasiswa Kuliah ke Australia
By Melati Anggara, 2010

Catatan ini kutuliskan untuk kawan-kawan yang selama ini sudah banyak bertanya mengenai tips-tips mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri... Semoga segelintir pengalamanku ini bisa berguna bagi kalian yang berhasrat untuk melanjutkan studinya melalui beasiswa kelak...

Kenapa beasiswa?
Banyak orang beralasan ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri karena mereka bisa mendapatkan pengalaman belajar dalam suasana akademis yang berbeda, memperluas khasanah ilmu pengetahuan, dan merasakan hidup dalam konteks budaya lain di negeri orang. Bagi yang mampu membiayai sendiri pendidikannya ke luar negeri, bersyukurlah... Tapi bagi yang lainnya, beasiswa mungkin salah satu jalan keluar yang terbaik.

Ya, kapan lagi kita bisa kuliah ke luar negeri, mendapat gelar pendidikan lebih tinggi, syukur-syukur sempat jalan-jalan melihat negeri orang, dan dibiayai pula?
Bagi saya, yang kebetulan cukup beruntung untuk mendapatkan kesempatan belajar ke Australia tahun ini, perjuangan untuk meraih tawaran beasiswa tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan yang cukup baik...

STRATEGI SEBELUM MENDAFTAR BEASISWA

Sebelum kita terburu-buru mendaftarkan diri untuk mengikuti semua pembukaan beasiswa kuliah ke luar negeri, ada beberapa hal yang patut kita persiapkan... Semuanya terkait dengan persiapan mental dan teknis kita agar tampil “matang” dalam proses seleksi beasiswa nanti.

# 1 Ketahui Apa yang Kita Inginkan

Sebelum memulai langkah apapun, pikirkan kembali sebenarnya apakah yang ingin kita capai? Tentunya ini lebih dari sekedar mendapatkan gelar atau ijazah semata, namun mempertimbangkan fokus peminatan studi dan karir kita ke depannya.

Bagi yang sudah memiliki pekerjaan atau posisi tetap di kantornya mungkin hal ini akan lebih mudah untuk dilakukan. Tapi baik mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap maupun tidak, ada baiknya kita semua menentukan arah studi dan keterkaitannya dengan karir seperti apa yang akan diambil nanti.

Fokus adalah kunci dari semua tahapan persiapan beasiswa selanjutnya, jadi pastikan konsisten dengan pilihan kita. Temukan satu atau dua isu yang dapat dijadikan minat utama kita, dan jadikan hal tersebut sebagai pegangan kita dalam mencari beasiswa.

Contoh: Selama ini kita memiliki minat pada isu kesejahteraan masyarakat, kebetulan di kantor bekerja di bidang advokasi masyarakat miskin, dan ke depannya berniat untuk mengembangkan program-program baru dalam pelayanan masyarakat miskin. Jadikan tema utama yang menjadi benang merah minat dan karir kita ini sebagai pedoman dalam memilih bidang studi dan beasiswa yang ingin kita raih nantinya.

# 2 Pelajari Karakter Beasiswa yang Ditawarkan

Bagian ini adalah bagian yang bisa dibilang gampang-gampang susah untuk dilakukan. Dibutuhkan waktu untuk mempelajari berbagai jenis beasiswa yang ditawarkan di “bursa perbeasiswaan” di luar sana. Coba bandingkan karakter beasiswa yang ditawarkan dari negara-negara yang berbeda, kemudian coba bandingkan karakter berbagai beasiswa yang ditawarkan dari satu negara tertentu.

Apa saja yang termasuk dalam pembiayaan beasiswa tersebut, apa saja persyaratan yang diminta oleh masing-masing beasiswa, serta isu-isu apakah yang menjadi minat para institusi (dan negara) pemberi beasiswa. Informasi seperti ini bisa didapatkan melalui website resmi institusi pemberi beasiswa, forum-forum diskusi internet antara para pencari dan alumni penerima beasiswa, serta melalui pengamatan berita perkembangan perpolitikan luar negeri negara-negara asal institusi pemberi beasiswa tersebut.

Contoh: Pemerintah Australia banyak mengucurkan dana pembangunan dan penelitian untuk proyek-proyek berisu lingkungan, kemiskinan, dan demokrasi. Kenyataannya sebagian besar penerima beasiswa kuliah ke Australia dari Indonesia memang memiliki latar belakang pekerjaan di bidang-bidang yang disebutkan di atas.

Pemerintah Australia menyediakan beberapa jenis program beasiswa bagi warga negara Indonesia, diantaranya:

a. Australian Development Scholarship (ADS)

ADS menargetkan kandidat-kandidat penerima beasiswa yang bekerja dalam 4 bidang prioritas pembangunan utama, yakni: sustainable growth and economic management, democracy justice and good governance, investing in people, dan safety and peace. Untuk informasi lebih lanjut mengenai bidang-bidang studi yang tercakup dalam keempat isu tersebut, buka website ADS di http://www.adsindonesia.or.id/.

Setiap tahunnya 300 beasiswa diberikan secara eksklusif kepada warga negara Indonesia melalui skema ADS, dan 2/3nya ditargetkan bagi mereka yang bekerja dalam instansi pemerintah. Prioritas juga diberikan bagi perempuan dan mereka yang berasal dari Aceh dan Indonesia timur. Bagi yang bukan pegawai negeri sipil, bersiaplah untuk berkompetisi lebih ketat, karena porsi beasiswanya lebih sedikit. Sebagai gambaran, tahun 2009 terdapat kurang lebih 3.500an pelamar beasiswa ADS dari seluruh Indonesia, 600 diantaranya terpilih untuk menjalani tahap seleksi selanjutnya, dan pada akhirnya hanya 300 orang yang lolos mendapatkan beasiswa.

Secara garis besar, proses aplikasi beasiswa terdiri atas dua tahap, yaitu seleksi administrasi, dilanjutkan dengan tes IELTS dan wawancara. Jika lolos hingga tahap akhir, penerima beasiswa akan diminta untuk memilih beberapa pilihan studi di universitas-universitas di Australia (studi akan dilangsungkan sepenuhnya di Australia, kecuali mereka yang memilih untuk melakukan sebagian risetnya di Indonesia). Selanjutnya, pihak ADS akan membantu mendaftarkan kita kepada pihak universitas yang dipilih, dan kita tinggal menunggu offer letter dari universitas.

Untuk aplikasi ADS tahun 2010, pendaftaran dibuka tanggal 7 Juni hingga 27 Agustus 2010. Aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui pos.

Aku akan lebih banyak bercerita tentang proses seleksi ADS dalam bagian-bagian selanjutnya dibandingkan dua jenis beasiswa lainnya.

b. Australian Leadership Awards (ALA)

Beasiswa ALA menargetkan orang-orang berjiwa kepemimpinan dan memiliki potensi untuk menjalankan peran dalam memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi di negaranya, khususnya bagi mereka yang bekerja dalam isu-isu yang diprioritaskan oleh pemerintah Australia diantaranya pertumbuhan ekonomi, pendidikan, lingkungan, ketahanan pangan, gender, tata kelola pemerintahan, hak asasi manusia, infratruktur, stabilitas regional, perkembangan daerah, serta pengelolaan sumber daya air dan sanitasi.

Kompetisi untuk mendapatkan beasiswa ALA cukup ketat dibandingkan ADS karena pendaftaran terbuka bagi warga negara dari kawasan-kawasan di Asia, Amerika Latin, Karibia, Timur Tengah, dan Pasifik. Standar minimum nilai TOEFL dan IELTS dalam seleksi ALA juga lebih tinggi dibandingkan ADS, dengan nilai minimum 6.5 untuk IELTS dan 580 untuk paper based TOEFL. Pelamar beasiswa juga disyaratkan sudah mendapatkan offer letter dari universitas yang dituju.

Pendaftaran ALA tahun 2010 dibuka tanggal 10 Maret hingga 30 Juni 2010. Aplikasi dapat dilakukan melalui pos maupun secara online. Cek website ALA di http://www.ausaid.gov.au/scholar/ala_apply.cfm.

c. Endeavour Awards

Beasiswa Endeavour Awards menargetkan mahasiswa, peneliti, dan profesional dengan pencapaian yang tinggi untuk menjalankan studi, riset, training, pengembangan profesional, maupun pertukaran pelajar di Australia.

Kompetisi untuk mendapatkan Endeavour Awards jauh lebih ketat dibandingkan ADS dan ALA karena aplikasi terbuka bagi warga negara dari kawasan-kawasan di Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa dan Amerika. Standar minimum nilai IELTS dan TOEFL sama seperti beasiswa ALA, yaitu 6.5 dan 580. Aplikasi dilakukan sepenuhnya secara online, dan pelamar diwajibkan sudah memiliki offer letter dari universitas.
Pendaftaran tahap pertama Endeavour Awards untuk tahun 2010 telah dibuka sejak 5 April dan akan ditutup pada tanggal 31 Juli 2010. Pendaftaran tahap kedua dibuka 1 Desember 2010 dan ditutup kembali 31 Januari 2011. Info selanjutnya bisa dilihat di http://www.endeavour.deewr.gov.au/.

(BERSAMBUNG)

Menunggu Aplikasi Rumah

Besoknya dengan harap-harap cemas (H2C kata ABG Jakarta), saya ke kampus untuk nungguin telpon dari brokernya. Tidak lupa checkout dari hotel siapa tau langsung pindah. Dia bilang suruh nunggu sampai jam 2 siang. Jadilah saya dari jam 10 sampai jam 14 luntang lantung di kampus. Keliling deh saya sampai gempor, ngeliatin lapangan-lapangan di Curtin, beberapa ada lapangan bola, kemudian tenis, kriket, hoki, sampai lapangan parkir saya kelilingin. Setelah jam 14 ternyata belum ada kabar juga, suruh nunggu sampai jam 16. Saya sempat berpikir, apa saya sedemikian miskinnya sampai si pemilik ragu-ragu mengiyakan? Nasib...nasib…, padahal saya sudah checkout dari hotel jelek yang mahal itu….

O iya, saya juga sempet mendaftar ulang di Curtin Business School tempat saya nantinya akan kuliah. Saya ketemu Jo dari bagian administrasi dan menandatangani beberapa dokumen. Seperti biasa semuanya berlangsung kilat, tidak sampai 15 menit, kayak orang mau kebelet ke belakang aja!

Daripada bengong gak jelas, mendingan jalan-jalan ke mal di Carousel. Dengan tiga temen baru saya (Kris cewek dari Filipina, kemudian Imanuel (cowok) dan Joan (cewek), keduanya dari Ghana, sumpah item banget mereka!), kami ke toko elektronik terhebat di Perth sini, namanya JB Hi-Fi. Lumayan liat-liat computer, tv, iPad (ini orang Australi aja masih terkagum-kagum ngeliatnya!). Mereka bertiga pada beli notebook masing-masing yang harganya sedikit lebih murah daripada di Indonesia, tapi barangnya gak lengkap, jangan bandingin sama Mal Ambasador atau Mangga Dua! Di sini tv udah gak ada yang pakai pantat, semuanya kalo gak LCD ya plasma. Harga untuk merk abal-abal sekitar 300 dolar ke atas, sedangkan merk terkenal di atas 600. Daripada beli tv bekas saya kayaknya akan beli yang merk abal-abal tapi yang LCD. Udah hidup susah, masak nonton tv juga harus pakai tv bekas!

Habis itu pulang ke hotel. Saya gabung ke kamarnya Imanuel biar ngirit ongkos. Lumayan 80 dolar bagi dua!

Besoknya saya seharian nongkrong di housing service sambil ngurus kartu mahasiswa saya (liat gambar) dan kartu langganan bis. Setiap dua jam orang housing service nelpon dan gak pernah nyambung! Jam tiga sore saya telpon sendiri dan memang sialan bin ngeselin bahwa ternyata aplikasi saya ditolak! Bayangin aja, setelah nungu dua hari ternyata ditolak, padahal dalam satu hari dia janji memberi kabar. Udah telat, ditolak pula. Terpaksa aya kembali checkin di hotel norak itu sambil mengotong tas-tas segede gaban! Kali ini saya bergabung dengan Wilson asal Solomon Islands yang sama itemnya dengan si teman dari Ghana tersebut!

Besoknya saya belum ada kepastian akan tinggal di mana, terpaksa checkout lagi dari hotel gemblung itu. Dijemput Inge, langsung meluncur ke kediamannya. Daripada bengong sorenya nonton bola antara pelajar Indonesia vs Komjen Indonesia di Perth. Gatal pingin main apadaya gak ada sepatu bola dan juga belum banyak kenal teman. Dapat kenalan beberapa orang Indonesia.

Malemnya nginep di kos-kosan temen-temen Ghana, tapi kali ini tidur di lantai karpet saja, karena gak ada dipan nganggur. Kasian ya!

Besoknya badan pegal-pegal karena tidur di karpet, meluncurlah saya dianter ke rumah orang Indonesia di sini untuk ngekos sementara sampai dapet apartemen. Namanya Pak Yong, keluarga dengan anak dua. Bisanya ngekos karena dapat informasi dari Pak Gugup, orang Indonesia juga. Orang Indonesia memang baik-baik! Pokoknya jadilah saya anak kos, sesuatu yang saya lakukan terakhir tahun 1999 yang lalu waktu tugas di Palu Sulteng sana.

Kamis, 17 Juni 2010

Anda Benar-benar Sudah Berada di Luar Negeri Bila....

1. Untuk naik bis harus jalan ke halte yang jaraknya jauh dan bikin capek duluan,karena Anda tidak bisa mencegat bis di sembarang tempat
2. Tidak ada Indomart ataupun Alfamart di dekat Anda, sehingga untuk beli makanan kecil ataupun barang-barang kecil Anda harus berjalan jauh ataupun naik mobil dulu
3. Semua orang bekerja dengan sangat cepat, seolah-olah tidak ada hari esok
4. Kalau membikin janji harus eksak banget, misalnya jam 9 lebih 20 atau jam 12 lebih 45. Tidak ada janji yang menyebut “ntar ya, sekitar jam 14” atau “yah pokoknya sekitar jam 9 deh…”
5. Di jalan sangat sedikit orang yang keliatan
6. Tidak ada tukang bakso ataupun ketoprak yang sore-sore lewat di depan rumah Anda
7. Tidak ada anak kecil yang duduk di bangku depan mobil. Apalagi duduk di pangkuan bapaknya yang sedang nyetir!
8. Sebelum keluar rumah harus mengecek dulu di tv tentang ramalan cuaca apakah akan hujan atau justru panas sekali
9. Orang harus keluar gedung dulu untuk merokok, padahal kadang-kadang di luar dingin banget!
10. Pelayan toko, waiter di restoran cepat saji, resepsionis di hotel, ataupun kasir di swalayan kalo ngomong cepat banget sehingga susah dipahami. Orang yang ngomongnya jelas ketangkep adalah orang-orang di universitas ataupun teman kuliah

Saos Tomat Termahal di Dunia

Baru di sini saya menemukan saos tomat termahal di dunia. Ceritanya sore-sore saya mau beli makan malem di sebuah restoran fastfood ayam goreng. Seperti biasa daripada susah ngomongnya, saya tunjuk aja paket satu yang isinya dua ayam goreng tambah kentang goreng. Waktu saya minta adakah saos tomat, si waiter bule bilang bahwa saya akan di-charge untuk itu. Oke deh daripada hambar tanpa rasa. Akhirnya si saos tomat ditebus dengan harga 0,5 dolar alias lebih dari empat ribu rupiah! Harga paketnya sendiri $5,95. Inilah gambar si saos sialan tersebut.

Dasar bule pelit! Lain kali kalo ada orang Australia makan di KFC atau McD mestinya mereka di-charge juga, biar tau rasa! Baru ketahuan sekarang kenapa kalo kita makan di McD selalu tidak ada saos tomatnya kecuali kalo diminta (tapi untunglah saos tomat di McD masih gratis!

Ternyata itu belum seberapa. Besoknya ketika makan di salah satu fastfood Turki, saya beli fish and chips, ternyata harga saos tomatnya malah satu dolar alias delapan ribu rupiah! Inilah gambar saos tomat termahal tersebut.

Susahnya Cari Kontrakan

Setelah mendarat dengan selamet di Bandara Perth (yang biasa saja) dan mengantri imigrasi (yang pake acara buka koper segala sehingga segenap indomi bekal saya keliatan semua), nunggulah saya untuk dijemput orang Curtin University. Tunggu punya tunggu ternyata mereka telat datangnya dan berasalan bahwa mereka salah terima jadwal. Wah ternyata orang bule bisa salah juga! Untunglah ada teman saya yang baik hati, Dadang dan istrinya, Inge, beserta ketiga anak mereka sudah menjemput saya tanpa diminta dan malemnya langsung meluncur di hotel kecil yang tarifnya mahal banget yaitu 80 dolar semalam (padahal hotel yang kayak gini di Amrik palingan cuma 39 dolar saja!).

Besoknya langsung meluncur ke International Office untuk dibantu mencari konrakan. Ternyata rada ribet juga. Rencananya saya mau ngambil yang satu bedroom biar ngirit tapi ternyata karena si Aby anak saya umurnya 8 tahun, diharuskan ngambil yang 2 kamar! Walah, bisa habis dong uang tunjangan saya! Apa boleh buat. Siangnya meluncur ke salah satu apartemen, ternyata yang disewakan di lantai dua, dan si penunggu bilang kalo ada anak kecil mereka gak mau terima; keluarga dengan anak kecil bolehnya di lantai dasar. Weleh-weleh, ada-ada saja. Dalam hati kan anak saya udah gede masak mau jumpalitan dari lantai atas!

Kompleks kedua di jalan King George, ternyata cuman bisa ngeliatin dari luar saja, maklum kantornya gak buka. Kalau gak buka ngapain ngiklanin di internet segala!
Pada pencarian kedua dan ketiga, baru nemu yang agak mendingan. Yang kedua berupa rumah kopel, rada jelek dari luar tapi dalemnya berasa hangat (nasi kali anget!), sudah fully-furnished. Tempat tidur, sofa, meja makan, kompor, kulkas, dsb sudah tersedia. Tinggal beli tv sama heater doang. Sewanya 300 dolar seminggu (kayak sewa buku aja bayarnya mingguan) minimal sewa 6 bulan. Ada halaman belakang luas tempat naruh jemuran. Ada juga teras belakang untuk merokok (siapa yang merokok?). Lumayan lah.

Pada pencarian ketiga, baru berasa apartemen: tidak ada halaman depan dan belakang, tidak ada isinya hanya sebuah AC (pendingin dan pemanas), yang ada cuman kompor doang. Berarti semua harus beli sendiri: meja kursi tempat tidur kasur dsb. Keunggulannya adalah adanya sebuah kolam renang mungil di pojokan (ini dia yang dinginkan Aby!). Harga 280 dolar seminggu.

Besoknya setelah diskusi dengan para pemangku kepentingan (maksudnya ya istri saya!), akhirnya diputskan bahwa yang diambil adalah yang rumah, walaupun terkesan tua tapi isinya lengkap. Paginya aplikasi disampaikan (masak mau nyewa rumah pakai aplikasi segala, kayak mau ngelamar beasiswa aja!). Dengan dianter si Steven (ini anak udah empat hari berturu-turut pakaiannya gak ganti-ganti, yaitu celana jins biru dengan kaos nike merah!—liat foto di atas bagian kanan). Habis nyerahin formulir, eh saya ditinggal di kantor broker dengan alasan dia ada janji dengan mahasiswa yang lain. Sial banget! Mana gak tau saya ada di mana lagi. Ya sudah setelah celingukan ke sana ke sini gak jelas, akhirnya telpon Inge si baik hati. Langsung deh, bukannya pulang malah dianter ke sana kesini, misalnya ke toko barang-barang bekas buat byari tv dan heater, lalu ke toko bekas satu lagi buat nyari piring dan gelas (kasian ya ke toko barang bekas melulu!). Yang dibeli sih gak banyak, cuman piring dan gelas tiga biji.

Akhirnya diputuskan belanja aja beneran ke toko yang gede mirip walmart, untuk beli semua keperluan rumah tangga dari mulai pengorengan, lap, sabun, ember, gayung (susah lo nyari barang yang satu ini, ketemu sebuah benda yang mirip gayung tapi bukan). Pokoknya komplet deh…

Abis itu pulang ke hotel dengan tetap belum mendapat jawaban apakah aplikasi disetujui?

Anda Benar-benar Terbang Ke Luar Negeri Bila.....….

1. Bangun pukul dua pagi, berangkat pukul tiga, padahal jadwal penerbangan adalah pukul tujuh
2. Barang bawaan Anda segede gambreng, biasanya koper nomor 28 untuk bagasi, lalu adiknya berupa koper ukuran 20 untuk dibawa ke kabin, sebuah ransel berisi laptop dan perangkat gadgetnya: kabel data, external harddisk, kamera digital, kartu memori dsb, dan sebuah tas pinggang (yang kadang-kadang membuat penampilan menjadi kurang matching) tempat paspor,duit asing, duit rupiah untuk mbayar airport tax, dll
3. Yang nganter Anda ke bandara bukan hanya anak dan istri, melainkan anak, suami/istri ditambah mertua, orangtua Anda, kakak, adik, teteh, tante, bude, pakde, tetangga sebelah….
4. Dokumen dan barang Anda diperiksa sebanyak 127 kali: pertama kali masuk ruang cek-in, kemudian pada waktu mau menuju meja cek-in untuk dibuka dulu barang bawaan kabin Anda, lalu waktu cek-in, di pintu fiskal, di jalur imigrasi, di pintu menuju lorong panjang gate, di pintu gate waktu mau masuk nunggu pesawat, di dalam pesawat waktu mau nyari tempat duduk. Belum lagi kalo Anda transit di satu atau lebih bandara, hal yang sama akan terulang kembali. Sisa pengecekan yang lain adalah yang Anda lakukan sendiri selama menunggu di terminal, di ruang cek-in, di gate, dan di dalam pesawat untuk meyakinkan bahwa semua dokumen Anda lengkap dibawa: tiket, paspor, boarding pas, tag bagasi, dsb, dsb…
5. Penumpangnya kebanyakan adalah bule yang badannya gede-gede, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga bila Anda duduknya di dekat jendela (biasa: buat liat pemandangan!) dan di tengah perjalanan Anda ingin pipis, para bule di sebelah Anda harus bangun dari duduk untuk menyingkir memberi jalan
6. Waktu pramugari nanya menu yang Anda pilih apakah chicken dengan mashed potato atau fish dengan rice, Anda dengan semangat menjawab “rice…!”, takut di tempat tujuan Anda tidak akan ketemu nasi lagi
7. Terdapat tiga hal yang selalu terlihat di jendela pesawat: pertama, awan; kedua, awan lagi; ketiga, lebih banyak awan!
8. Bagian belakang tempat duduk penumpang di depan Anda, alias yang Anda hadapi bukan sembarang bagian belakang kursi melainkan sebuah layar tivi yang isinya bermacam-macam: gambaran lintasan pesawat, macem-macem game, berita (walaupun kadang agak basi), dan film-film laris baik nasional maupun Hollywood punya
9. Anda merasa bahwa naik pesawat sama sekali tidak enak, dan mulai merindukan enaknya naik kereta ekskutif yang jauh lebih lega
10. Waktu turun sampai di tujuan, antrean untuk melewati imigrasi panjang sekali dengan tiap orang membawa barang yang juga segede-gede gaban!

Akhirnya Hari H Telah Tiba

Tanggal 13 Juni 2010 akhirnya saya berangkat juga ke Perth, Australia Barat menuju Curtin University of Technology, di Curtin Busines School, Department of Economics and Finance naik Garuda Indonesia nomor 724 dari Terminal 2E Cengkareng. Rencana pulang lagi 31 Agustus 2014 sesuai surat tugas saya yang ditandatangani oleh Pak Mohammad Tjiptardjo, sang Direktrur Jenderal Pajak. Rencana penelitian saya berjudul Tax Compliance Measurement in Indonesia, yang bahasa jawanya kurang lebih piye carane ngukur ketertiban wong-wong Indonea sing podho mbayar pajek. Eng-ing-eeenggg!

Mohon Maaf Lahir Batin

Mohon maaf lahir batin bahwa saya lama sekali tidak melanjutkan menulis blog ini. Pertama, saya harus menghadiri pre-departure training selama enam minggu, di mana saya tidak ada akses internet (tepatnya ada tetapi gak ada waktunya); kedua, tidak ada yang terlalu istimewa di dalam training ini kecuali bahwa saya bertemu dengan beberapa calon PhD yang masih muda-muda sekali yang kebanyakan dosen universitas ternama, sehingga saya merasa tua banget!

Baiklah untuk yang belum tau apa itu pre-departure training, perlu dikasitau bahwa pada pokoknya training ini adalah untuk membekali calon pelajar S3 agar menyesuaikan diri dengan lingkungan akademis dan kehidupan di luar negeri. Biasanya meliputi academic writing dan speaking, cross-culture, plagiarisme, dll yang sudah pernah saya alami. Tapi tetap lumayan berguna lah, terutama buat ngelancarin Bahasa Inggris yang dari dulu memang belum lancar! Dosennya jelas bule semua, makanya cas-cis-cus terus!

Habis training tersebut, saya kembali ngantor dan ternyata banyak kerjaan menunggu, sehingga blog ini belum mendapat alokasi waktu untuk ditulis!

Selama menunggu keberangkatan, banyak juga kesibukan yang lain yaitu menungu surat penerimaan dari universitas, mengurus paspor dinas, check-up kesehatan untuk visa, dsb, dsb, yang tidak penting untuk diceritakan kembali.

Singkat cerita, setelah dipastikan tanggal keberangkatan, barulah saya beserta keluarga pulang ke Jawa memohon dua ratus, eh doa restu dari kedua orang tua. Ternyata di sana diadakan acara pengajian yang rada heboh dengan undangan sekitar 100 orang yang sebagian besarnya tidak saya kenal! Pakai tenda biru lagi! Bayangin, orang sebanyak itu (udah tua-tua pula) dipimpin oleh Pak Mudatsir sang da’i kocak, semua pada mendoakan saya agar lancar sekolahnya, apa gak makbul tuh! Saya berdua istri rasanya seperti pengantin baru lagi, soalnya ditaroh di tengah-tengah hadirin sekalian! Lihat gambar pasangan yang akan menempuh hidup baru di bawah ini!



Dan inilah sebagian dari ibu-ibu (yang sudah senior alias tuwir) hadirin tersebut:


Tidak cukup itu saja, setelah selamatan di Jawa, giliran selamatan di rumah BSD. Kali ini hadirin relatif sedikit, sekitar 50 orang saja, dan kebanyakan masih muda-muda, tapi mudah-mudahan doanya makbul juga. Kali ini tidak dipimpin oleh ustad melainkan kakak saya beserta istrinya yang keduanya haji sehingga tidak kurang khusuknya. Tapi juga tidak kurang leluconnya. Yah, fifty-fifty deh suasananya (tentunya berdoanya beneran, tidak termasuk yang fifty-fifty tadi!)…