Selasa, 03 Mei 2011

Book Chapter, Laporan Cuaca, Royal Wedding

Setelah satu setengah bulan banting tulang, akhirnya book chapter sudah selesai ditulis dan sudah saya email ke Pak Prof, tinggal nunggu respon dari dia. Jangan dikira lho waktu segitu itu lama, itu termasuk cepet. Soalnya kalo memang syarat jadi PhD (lihat tulisan saya sebelumnya) adalah membuat tiga artikel jurnal, dan book chapter dianggap jurnal juga, berarti setahun syaratnya nerbitin satu (kan belajar PhD empat tahun!). Nah book chapter saya itu 'cuman' ditulis kurang dari dua bulan, berarti lebih cepet kan? Tapi gak boleh seneng dulu soalnya itu baru selesai versi saya, belum perbaikan setelah di-respond sama Pak Prof...

Sementara itu dilaporkan cuaca di sini sudah bener-bener musim gugur. Orang Australia nyebutnya 'autumn', kalo di Amrik namanya 'fall', entah kenapa beda, tapi lebih keren autum, soalnya ada judul lagu jaman dulu 'Autumn Leaves' (antara lain cover versionnya dinyanyiin sama mendiang Broery Pesu eh, Marantika). Oya, ternyata saya baru tau bahwa daun-daun musim gugur di sini tidak berubah warna jadi merah dan kuning, masih tetep ijo royo-royo. Gak tau kenapa, apakah cuma di Perth sini atau di seluruh Australi daun-daun tetap ijo. Jadi mungkin lagu 'Autumn Leaves' yang tadi tidak mengena di sini, wong leaves-nya tetep begitu-gitu aja, gak berubah! Padahal dulu di Amrik kalo udah fall pemandangan jadi cantik sekali (beneran, kalo gak percaya lihat aja film 'A Walk in the Clouds'-nya Keanu Reeves!).

Saya juga mau cerita dikit soal royal wedding William sama Kate (entah kenapa si pangeran pilih putri yang kate, apa gak ada yang bongsor!). Tahu gak ternyata siaran tv di sini heboh banget. Seminggu sebelum hari H, semua channel utama tv sudah pada mengirimkan kru beritanya ke London sana. Jadi selama seminggu, mereka membaca berita untuk tv sini dari Inggris langsung sana. Tidak lupa juga berita kerajaan yang gak penting-penting disajikan sebagai menu pemanasan, misalnya wawancara sama orang yang sudah ketemu si Wills sama Kate, terus menebak-nebak baju pengantin, terus siapa perancangnya, kuenya buatan siapa, dst. Pokoknya gitu deh, selama seminggu tiada hari tanpa olahraga, eh salah, tanpa royal wedding.

Nah, pas hari H-nya lebih parah lagi. Dari pagi jam 6 sudah siaran langsung, padahal 'akad'-nya baru jam 5 sore! Saya berangkat ke kampus jam delapan udah disiarin suasana jalan bakal calon kirab. Saya pulang jam empat, acara akan dimulai di gereja. Saya pergi lagi ke acara di Konjen RI (makan malam dan dialog dengan ketua BPK Pak Hadi Purnomo, mantan Dirjen tempat saya), pulang jam 11 malem, eh masih siaran langsung juga, mengenai hiruk pikuk di lapangan depan istana Buckingham. Ya ampun banget deh. Tapi kalo dipikir-pikir daripada lihat berita pusing mendingan nonton royal wedding, walaupun kata orang Betawi 'sodara bukan, temen juga bukan'. Labih masuk akal lagi, konon memang orang Iggris kan leluhurnya orang Australi, jadi melihat royal wedding ya sama juga melihat kehebohan tanah leluhur! Gitu kali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar