Selasa, 04 November 2014

Pura-pura Gak Lihat


Ceritanya saya lagi mau mempresentasikan riset saya di konferensi yang kedua, kali ini di Brisbane, negara bagian Queensland, kira-kira empat jam terbang dari Perth. Seperti yang pertama, panitia juga gak ada perlawanan, langsung menyetujui bahwa saya boleh presentasi di konferensi mereka. Sekali lagi, kalo ada orang yang mengesankan (atau menakut-nakuti, atau meninggikan mutu sendiri) terus bilang ‘susah lho masukin paper ke konferensi’ kayaknya gak betul, wong dua kali saya daftar, dua-duanya diterima tanpa perlawanan. Jadi presentasi begitu saya bilang biasa aja sih, tidak perlu terus masukin email panitia ke status FB segala...

Seperti biasa, konferensi dimulai dengan pembukaan pleno, dengan sambutan dari beberapa orang penting yang sesuai adat bule, dimulai tepat waktu dan sambutannya singkat-singkat. Abis itu seperti biasa pula, diadakan parallel sessions, yaitu dua atau tiga sesi diselenggarakan bersamaan di ruang yang berbeda, terserah para peserta mau milih di ruangan mana dan topiknya apa.

Kebetulan, saya akan tampil di sesi siang hari pertama. Kalau sesi awal gini enak nih, jadi hari kedua sama ketiga saya tinggal nyantai gak mikir presentasi, tinggal milih topik yang ingin dihadiri, atau tinggal jalan-jalan keliling Brisbane gak usah ngikut konferensi hari kedua dan ketiga, toh pak Prof gak tahu ini. Dulu di konferensi pertama saya di Auckland, saya tampil di sesi siang hari terakhir, sehingga rasanya mules terus di hari pertama dan kedua!

Abis makan siang, saya segera masuk ke ruang dimaksud. Hm, kali ini agak lebih banyak hadirinnya, barangkali sekitar 20; bandingkan dengan konferensi pertama saya yang penontonnya yang cuma sekitar sepuluh! Muka-muka lama di bidang riset saya pada nongol nih, para profesor yang banyak saya baca namanya di jurnal-jurnal. Di antara para pesohor itu ternyata nongol calon penguji thesis alias examiner saya yang perempuan, sebut saja Ibu A. Si Ibu profesor ini lumayan ngetop, bukunya banyak dan artikel jurnalnya di mana-mana. Waktu konferensi pertama dulu, saya sudah sowan ke Ibu ini, memperkenalkan diri bahwa saya lagi riset bidang ini, saya anak didiknya profesor ini, dan sebagainya; waktu itu saya belum tau bahwa beliau adalah calon examiner saya. (Catatan: sebenarnya penunjukan dia sebagai penguji saya ini rahasia, saya gak boleh tau. Tapi berhubung pak prof sudah lapan-enam sama saya, jadi saya tahu). Etik di kalangan PhD students menyatakan bahwa seorang student tidak boleh berkomuniasi dengan calon examinernya, karena kan aneh masak student nanya-nanya sesuatu ke pengujinya!

Jadi saya harus bagaimana nih? Saya harus say hello atau gak nih, ntar dikira sombong! Dia kan hadir di ruangan ini karena tahu bahwa saya akan presentasi (kan ada di program acara yang dibagikan!). Tentunya dia juga mau tau ‘kayak gimana sih anaknya yang mau saya uji disertasinya ini’. Saya kebetulan duduk di tengah, dan dia saya lirik ada di baris terakhir. Tapi di pihak lain saya juga ingat etika gak boleh ngobrol sama examiner tadi. Akhirnya saya putuskan ‘ya sudahlah saya pura-pura gak tau’.  

Akhirnya saya presentasi riset saya tersebut dengan rada lancar (maklum udah yang kedua). Beberapa pertanyaan saya jawab dengan baik (menurut saya lho ya!). Si Ibu itu juga nanya dan saya jawab juga dengan baik (sekali lagi menurut saya!). Sampai sesi selesai, saya gak ngobrol sama Ibu itu!

Ya sudahlah yang penting tugas selesai dan saya jadi lega. Saatnya jalan-jalan muter Brisbane di hari kedua dan ketiga (yang akhirnya rada mengecewakan karena ternyata ‘biasa-biasa aja’ kotanya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar