Senin, 02 Agustus 2010

BRI-Bank Rakyat Indonesia—Rakyat yang Mana?

Dulu waktu saya kuliah di Duke, ada mata kuliah yang namanya “Financial Crisis and Financial Intitution in Asia” yang salah satu materinya adalah mengenai micro-finance alias pemberian kredit pada usahawan kecil. Dalam subjek itu dibahas pula salah satu bank di Indonesia yang konsisiten memberikan kredit kepada rakyat kecil dan terbukti sukses selama puluhan tahun. Bank itu adalah Bank Rakyat Indonesia alias BRI. Hebat, kan? Bahkan ada yang bilang bank ini lebih bagus daripada skema kredit mikronya Muhammad Yunus di Bangladesh sana (orang ini mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian karena upaya mikro-finance ini), karena yang di Bangladesh mereka mendapatkan subsidi dari pemerintah, sedangkan bank BRI bisa hidup dengan laba yang dihasilkannya sendiri.

Nah, singkat cerita selama ini gaji saya dibayarkan kantor melalui BRI. Selama saya di Jakarta itu gak jadi masalah. Nah, waktu saya di Australia sini dan istri mau nyusul, timbul pertanyaan: nanti kalo saya dan istri sudah ada di Australia, siapa yang ngurusin rekening ini? Untuk itulah makanya timbul keinginan untuk mengurus internet banking, sehingga segala urusan perbankan bisa diselesaikan secara adat, eh secara internet. Melalui telpon, orang BRI bilang gampang kok diurus asal ada surat kuasa dan KTP asli saya, biar nanti istri yang ngurus.

Setelah susah payah kirim KTP dan surat kuasa dari sini (untung gak ilang di jalan), istri saya membawa dokumen tersebut ke BRI terdekat. Oleh BRI Serpong katanya gak bisa, harus saya sendiri yang ngurus. Nah, mulai kesel, kalo begitu buat apa surat kuasa segala. Terus, saya minta bantuan orang kantor yang membayarin gaji saya untuk membantu mendatangi dan menjelaskan ke BRI yang menampung gaji saya bahwa memang saya lagi ada di luar negeri dan ini istrinya mau ngurus internet banking dengan surat kuasa, KTP, kartu ATM, buku tabungan, pokoknya lengkap deh!

Lalu apa jawaban BRI? Tetap gak bisa, harus saya datang sendiri! Lah, jaman gini surat kuasa gak berlaku? Kok tradisional amat? Sampai sekarang saya masih gak ngerti gimana cara menyelesaikan masalah ini.

Seandainya gaji saya bukan di BRI, amit-amit deh saya gak akan berurusan dengan bank ini. Rupanya saya tidak termasuk sebagai ‘rakyat’-nya Bank Rakyat Indonesia!

1 komentar:

  1. hahahhaaa...diskriminasi atau kebodohan sistem ya? dulu saya juga pernah punya rek BRI, berhubung CS Cab Tanjung Pinang punya wajah tidak ramah sok Pegawai Bank dan selalu ketus bila menjawab pertanyaan, lalu rek saya tutup. Ternyata bukan saya sendiri yang punya pengalaman jelek terhadap Bank Rakyat ini(katanya sih)

    BalasHapus