Kamis, 21 Oktober 2010

Ngomong-ngomong Tentang Angkutan Umum

Inilah dulu rutin harian saya kalo lagi pakai angkutan umum buat ke kantor: jalan kaki sekitar 500m menuju pangkalan angkot, naik angkot sekitar 10 menit ke stasiun kereta Rp2.000, naik kereta AC Sudirman ke Tanah Abang, Rp8.000 selama 25 menit, nyambung bis kopaja 15 menit Rp2.000 lagi, terakhir jalan kaki 400m ke pintu kantor. Masalah yang dihadapi: kadang-kadang tidak punya uang pas dua ribu buat naik angkot pagi hari dan supir pun tidak punya kembalian karena masih terlalu pagi; kadang-kadang di kereta bisa duduk tapi kebanyakan berdiri; naik kopaja pasti berdiri; dan kadang-kadang kereta jamnya gak pas sehingga untuk mengejar waktu harus naik ojek..

Nah, sekarang seandainya hal tersebut terjadi di Perth: saya gak perlu mencari uang pas buat naik angkot karena bayar angkutan umum pakai kartu prabayar seperti flash BCA itu. Si kartu ini setelah diisi jumlah tertentu tinggal digesek waktu naik dan turun, sehingga ketahuan berapa ongkos yang kita bayarkan (ongkos tergantung jarak, bukan 'jauh dekat tarifnya sama'). Kalau nyambung bis lain yang jaraknya pendek kadang-kadang malah gak di-charge lagi. Kemudian waktu pindah angkutan, misalnya dari bis ke kereta, kartu yang dipakai tetap sama, tidak perlu pakai cash juga. Ini kartu juga bisa dipakai buat naik fery (saya belum pernah). Oya, naik angkutan umum dengan kartu lebih murah 25% dibanding pakai cash!

Naik bisnya juga 90% bisa dapet tempat duduk; kalo naik kereta 80% berdiri kayak kereta Sudirman tapi dengan jadwal dateng dan perginya jauh lebih tepat waktu. Yang paling saya salut adalah bis kotanya bisa miring ke kiri (bukan seperti lagu bis kota di Surabaya yang panas yang miring ke kiri karena kebanyakan penumpang!), tapi miring ke kiri kalo lagi ada penumpang yang kesulitan turun naik (misalnya nenek-nenek atau ada orang yang mendorong kereta bayi) sehingga tidak terlalu tingi. Juga dari pintunya bisa keluar menjulur landasan buat kereta bayi atau kursi roda. Kalo si kereta bayi atau nenek-nenek tadi udah naik/turun, si landasan mendelep lagi (mendelep bahasa Indonesianya apa ya?), dan si bis kembali rata tidak miring ke kiri lagi!

Yang enak juga kalo naik kereta dan tiba di stasiun terlihat pengumuman kereta yang kita tuju nanti akan nongol berapa menit lagi, seperti jadwal kedatangan pesawat di bandara. Jadinya kita bisa memutuskan untuk menunggu di stasiun apa jalan-jalan dulu di sekitar stasiun.

Si pengelola angkutan umum ini adalah transperth yang sekaligus menguasai transport bis, kereta, dan feri. Nah, si transperh ini punya website yang cihui menurut saya. Misalnya seperti kasus saya ke kantor tadi. Kalau misalnya saya tidak tau bagaimana caranya saya naik angkutan umum dari rumah menuju kantor, maka saya tinggal masukkan alamat rumah saya dan alamat tujuan/kantor saya tadi. Maka saya tinggal masukkan jam berapa mau berangkat, dan tadaa..keluarlah rutenya dan berapa lama waktu yang diperlukan, misalnya saya harus jalan dulu 500 meter menuju halte nomor sekian dan menunggu sekian menit, kemudian naik bis nomor sekian selama sekian menit, terus nyambung bis lain nomer tertentu selama sekian menit, terus nyambung kereta ke tujuan tertentu, dan terakhir tinggal jalan kaki misalnya 900m. Semuanya terinci!

Contohnya waktu saya mau halabihalal di rumahnya pak Konjen, dengan petunjuk website tersebut saya nyampai dengan selamat padahal saya juga belum pernah ke tempat itu. Bayangin misalnya ada bule di Serpong mau menuju Kramat Sentiong sana dengan angkutan umum, bagaimana caranya menerangkan coba biar si bule tidak nyasar!

Enaknya lagi, di angkutan umum tidak ada orang merokok dan tidak ada yang ngamen! Tidak seperti naik metro mini yang pengamennya asal bunyi dengan mengucapkan kata-kata manis: bapak ibu sekalian maaf saya mengganggu perjalanan bapak ibu, saya mau menyanyi mohon partisipasinya, daripada saya dipenjara karena merampok...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar