Ceritanya saya
lagi mau mempresentasikan riset saya di konferensi yang kedua, kali ini di Brisbane,
negara bagian Queensland, kira-kira empat jam terbang dari Perth. Seperti yang
pertama, panitia juga gak ada perlawanan, langsung menyetujui bahwa saya boleh
presentasi di konferensi mereka. Sekali lagi, kalo ada orang yang mengesankan (atau
menakut-nakuti, atau meninggikan mutu sendiri) terus bilang ‘susah lho masukin
paper ke konferensi’ kayaknya gak betul, wong dua kali saya daftar, dua-duanya
diterima tanpa perlawanan. Jadi presentasi begitu saya bilang biasa aja sih,
tidak perlu terus masukin email panitia ke status FB segala...
Seperti biasa,
konferensi dimulai dengan pembukaan pleno, dengan sambutan dari beberapa orang
penting yang sesuai adat bule, dimulai tepat waktu dan sambutannya
singkat-singkat. Abis itu seperti biasa pula, diadakan parallel sessions, yaitu
dua atau tiga sesi diselenggarakan bersamaan di ruang yang berbeda, terserah
para peserta mau milih di ruangan mana dan topiknya apa.
Kebetulan, saya
akan tampil di sesi siang hari pertama. Kalau sesi awal gini enak nih, jadi
hari kedua sama ketiga saya tinggal nyantai gak mikir presentasi, tinggal milih
topik yang ingin dihadiri, atau tinggal jalan-jalan keliling Brisbane gak usah
ngikut konferensi hari kedua dan ketiga, toh pak Prof gak tahu ini. Dulu di
konferensi pertama saya di Auckland, saya tampil di sesi siang hari terakhir,
sehingga rasanya mules terus di hari pertama dan kedua!
Abis makan siang,
saya segera masuk ke ruang dimaksud. Hm, kali ini agak lebih banyak hadirinnya,
barangkali sekitar 20; bandingkan dengan konferensi pertama saya yang
penontonnya yang cuma sekitar sepuluh! Muka-muka lama di bidang riset saya pada
nongol nih, para profesor yang banyak saya baca namanya di jurnal-jurnal. Di antara
para pesohor itu ternyata nongol calon penguji thesis alias examiner saya yang
perempuan, sebut saja Ibu A. Si Ibu profesor ini lumayan ngetop, bukunya banyak
dan artikel jurnalnya di mana-mana. Waktu konferensi pertama dulu, saya sudah
sowan ke Ibu ini, memperkenalkan diri bahwa saya lagi riset bidang ini, saya
anak didiknya profesor ini, dan sebagainya; waktu itu saya belum tau bahwa
beliau adalah calon examiner saya. (Catatan: sebenarnya penunjukan dia sebagai
penguji saya ini rahasia, saya gak boleh tau. Tapi berhubung pak prof sudah
lapan-enam sama saya, jadi saya tahu). Etik di kalangan PhD students menyatakan
bahwa seorang student tidak boleh berkomuniasi dengan calon examinernya, karena
kan aneh masak student nanya-nanya sesuatu ke pengujinya!
Jadi saya harus
bagaimana nih? Saya harus say hello atau gak nih, ntar dikira sombong! Dia kan hadir
di ruangan ini karena tahu bahwa saya akan presentasi (kan ada di program acara
yang dibagikan!). Tentunya dia juga mau tau ‘kayak gimana sih anaknya yang mau
saya uji disertasinya ini’. Saya kebetulan duduk di tengah, dan dia saya lirik
ada di baris terakhir. Tapi di pihak lain saya juga ingat etika gak boleh
ngobrol sama examiner tadi. Akhirnya saya putuskan ‘ya sudahlah saya pura-pura
gak tau’.
Akhirnya saya
presentasi riset saya tersebut dengan rada lancar (maklum udah yang kedua). Beberapa
pertanyaan saya jawab dengan baik (menurut saya lho ya!). Si Ibu itu juga nanya
dan saya jawab juga dengan baik (sekali lagi menurut saya!). Sampai sesi
selesai, saya gak ngobrol sama Ibu itu!
Ya sudahlah yang
penting tugas selesai dan saya jadi lega. Saatnya jalan-jalan muter Brisbane di
hari kedua dan ketiga (yang akhirnya rada mengecewakan karena ternyata ‘biasa-biasa
aja’ kotanya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar