A-Australian
Awards
Beasiswa yang
diberikan oleh pemerintah Australi kepada negara-negara Asia dan Afrika. Kalo
dulu banget ada orang-orang yang katanya dapet beasiswa Colombo Plan, nah itu
dia cikal bakalnya Australian Awards ini. Jaman saya namanya ADS (Australian
Development Scholarship)
B-Brodie Hall
Tempat saya
mangkal sehari-hari, yaitu di Brodie Hall Drive nomor 10. Ini adalah gedung
tempat para PhD students nulis tesisnya. Juga tempat berkantor bagian
administrasi kampus dan beberapa peneliti kampus. Banyak teman yang sering
nginep di kampus, terutama dari beberapa negara di Asia Selatan sana, entah apa
alasannya. Tiap hari saya ke kantor itu, dari jam 9 s.d. jam 14. Singkat tapi
efektif, buktinya saya selesai tepat waktu (halah!). Tempat duduknya persis
kayak punya anak buah saya di kantor dulu, yaitu cubicle dengan komputer dan
rak tempat nyimpan buku-buku. Kalo kita browsing internet bisa keliatan ama
tetangga sebelah dan juga orang yang duduk membelakangi kita.
C-Chapters
Alias bab dalam
tesis. Biasanya delapan bab dalam satu tesis. Biasanya nulisnya loncat-loncat,
tidak berurutan. Dua bab yang terakhir ditulis biasanya kesimpulan (bab
terakhir) sama pendahuluan (bab pertama)
D-Daftar pustaka
Bagian paling
belakang dari tesis. Seorang examiner dalam suatu seminar pernah bilang bahwa
banyaknya referensi di dalam daftar pustaka turut menentukan kualitas tesis.
Jadi kalo Anda menulis tesis, perbanyaklah referensi Anda, biar nilanya bagus!
E-Examiner
Adalah penguji
tesis. Kalo di Curtin examiners harus berasal dari luar Curtin. Biasanya
jumlahnya dua orang, tapi tergantung jurusan dan universitasnya. Penguji saya
dua orang dua-duanya berasal dari Malaysia, satu dosen di Australi dan satunya
dosen di Malaysia. Nama penguji adalah rahasia dan tidak boleh diberitahukan
kepada murid yang diuji (ya iyalah)
F-Finansial
Selama studi PhD,
setiap orang mendapatkan jatah dana tertentu. Jumlah ini berbeda-beda
tergantung jurusan, fakultas, dan univeristas. Di CBS (Curtin Business School),
jatah awal saya adalah $2500, kemudian tiap semester mandapat $700. Ini
bukanlah duit yang dibagi-bagi melainkan sebagai ganti untuk pengeluaran kita
selama sekolah, misalnya biaya penelitian lapangan, biaya konferensi
(pendaftaran, transport, hotel, konsumsi), biaya fotokopi, jilid dsb. Jangan
sampai Anda kehabisan duit ini karena kalo habis maka semua pengeluaran harus
ditanggung sendiri
G-Group Meeting
Secara berkala
Profesor saya sering mengadakan group meeting yang dihadiri oleh seluruh murid
yang berada dalam bimbingannya. Biasanya sekitar enam orang, dengan orang yang
sering ganti-ganti tergantung siapa yang sudah lulus maupun baru masuk. Kesempatan
untuk ngobrol banyak sama teman-teman senasib sama sepenanggungan. Juga
kesempatan untuk menikmati traktiran Prof karena dia yang bayar (perkara dia
nanti reimburse ke pihak univeristas saya kurang tahu). Biasanya lokasi
diadakan di kafe, dan saya biasanya pesan sarapan mahal (sekitar $20 per prsi)
yang saya yakin gak akan saya pesen kalo saya bayar sendiri!
H-Health
Insurance
Alias asuransi
kesehatan. Asuransi kesehatan untuk keluarga adalah bagian yang paling mahal
dari biaya untuk mendatangkan keluarga ke Australia. Sebabnya adalah asuransi
kesehatan untuk leuarga adalah dibauar pake uang pribadi, sedangkan asuransi
kesehatan untuk student ybs ditanggung oleh piahk pemberi beasiswa. Jaman saya
masuk tahun 2010, asuransi sekeluarga untuk empat tahun sekitar $2000. Tahun
2014 tarif tersebut sudah naik menjadi antar $5,000 sampai $6,000 untuk periode
coverage selama empat tahun, tergantung perusahaan asuarnsinya. Kalo Anda dapet
beasiswa, siapkan dana ini untuk mengkover kesehatan keluarga Anda. Tanpa ini
keluarga Anda tidak akan bisa dateng ke Australi karena mereka tidak akan dapat
visa.
I-Internet
Asyiknya jadi PhD
student adalah kita dapet akses internet tak terbatas di kampus. Mau nonton
youtube sampai puas, silakan. Mau update status di FB sampe bosen, ya monggo
aja. Mau browsing segala macam situs? Silakan. Mau akses situs dan video porno?
Nah, yang ini diblokir sama pihak univeristas. Kadang-kadang saya keasyikan
browsing berita olahraga sampai lupa bahwa saya di kampus adalah buat riset!
Kalo situs detik.com malah jarang sekali saya akses di Australia, soalnya malah
bikin pusing, mending yang ringan dan yang lucu
J-Jurnal
Saya diharuskan
mempublikasikan artikel di jurnal oleh Prof pembimbing saya. Sebagian profesor
tidak mensyaratkan hal ini. Untunglah saya berhasil menerbitkan dua buah
artikel di jurnal kelas A. Seorang penguji pernah bilang bahwa daftar publikasi
jurnal yang dicantumkan di tesis turut menetukan kualitas tesis. Artinya kalo Anda
pernah mempublikasikan tesis, berarti semakin gampang tesis Anda dinyatakan
‘lulus’. Contohnya saya, hehehe...
K-Konferensi
Salah satu syarat
dari Prof saya untuk lulus adalah minimal dua kali prsentasi di konferensi
internasional, bolah di dalam negeri Australi maupun luar negeri. Beda dosen
beda syaratnya, ada yang tidak mensyaratkan konferensi juga. Banyak temen yang
presentasi di tempat-tampet yang jauh sekalian wisata, misalnya ke Eropa,
sekalian jalan-jalan. Yang dibayarin adalah ongkos buat student-nya, sedangbkan
biaya kalo bawa keluarga konferensi ditanggung sendiri. Berhubung saya rada
kere, maka saya konferensinya cukup deket-deket aja, yaitu di auckland (NZ) dan
Brisbane, jadi bisa bawa keluarga jalan-jalan
L-Lulus (beneran)
Setelah tesis
diserahkan ke universitas, maka tesis tersebut diserahkan ke examiner. Setelah
dibuat revisinya oleh student, maka diteliti lagi oleh tim penguji, setelah
mereka puas, baru dikirim lagi ke univeristas dan oleh universitas baru kita
dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar PhD. Itulah saatnya sekolah
benar-benar selesai! Jarak antara submit tesis sampai dengan dinyatakan lulus
berkisar antara enam bulan sampai setahun, tergantung tingkat keparahan
tesisnya!
M-Mothers
Saya paling salut
kalo ada ibu-ibu yang ngambil sekolah PhD sambil bawa keluarga dan lulus! Coba bayangin,
selain dia harus menulis tesis kayak student yang pria yang kadang-kadang
kewalahan, dia juga harus mengurus rumahnya, masak, nyiapin makan buat bekel
sekolah anaknya, nyuci, dan juga sekaligus ngurus suami. Banyak lho ibu-ibu
Indonesia yang ngambil PhD di Curtin. Hebat!
N-Nunggu
Terdapat dua
macam kegiatan nunggu yang bikin grogi: nunggu komentar dari Prof sehabis kita
nyetor draft tulisan, dan yang lebih bikin deg-degan adalah nunggu hasil review
dari external examiner yang menguji tesis yang sudah kita submit. Kalo yang pertama
nunggunya paling-paling dua tiga minggu, maka nunggu jenis kedua ini bisa makan
waktu minimal tiga bulan, bahkan ada yang bisa enam bulan kalo examinernya
kebetulan lagi sibuk!
O-Organising
seminars
Sepanjang tahun
secara rutin pihak univeristas selalu mengadakan bermacam-macam seminar yang
bebas kita ikuti tanpa bayar meliputi berbagai macam topik sesuai keahlian para
presenter yang berasal baik dari dalam maupun luar universitas. Kalo lagi iseng
saya juga kadang-kadang ikut, tapi lebih seringnya tidak ikut. Khusus mengenai
penulisan tesis, diadakan seminar berdasarkan bab-bab dalam tesis, misalnya
minggu ini seminar mengenai bagaimana caranya menulis introduction. Kemudian lain
waktu bagaimana caranya membuat literature review. Lain waktu lagi bagaimana
menyajikan hasil penelitian. Atau seminar mengenai bagaimana cara menulis di
jurnal. Topik lain misalnya statistik atau bagaimana caranya presentasi. Lumayan
bermanfaat.
P-Pass with
flying colours
Saya pernah
ngikutin seminar di kampus dengan judul “Pass with flying colours”dan terus
terang saya gak ngerti artinya apa istilah itu. Setelah masuk, saya baru tahu
bahwa itu istilah berarti lulus dengan baik sekali. Tadinya justru saya pikir
lulus dengan banyak catatan untuk diperbaiki, alias lulus dengan tidak cukup
baik
Q-Quant and Qual
Alias quantitative
and qualitatif. Dua macam riset metodologi. Metodologi beda lho sama riset
metod. Kalo yang terakhir ini mencakup survey, studi banding, observasi dsb.
Riset saya tergolong kuantitatif, tapi saya sendiri gak begitu mendalami
statistik, tapi ya gapapa wong Prof saya bilang pokoknya kamu gak usah terlalu
dalem ya statistiknya (apa beliau juga kurang menguasai statistik? Hihihi).
Karena statistiknya cuman sedikit, saya sering minder kalo ditanya sesama temen
PhD students: analisisnya pake statistik apa? Lha wong saya cuma pakai mean,
median,modus, sama standar deviasi doang. Gak ada itu t-test, chi square,
statistik non parametrik, distribusi normal, rada normal, ataupun gak normal
sama sekali!
R-Revision
Setelah tesis
disubmit (lihat entri di bawah), maka tesis dikirim ke exaaminer oleh pihak
universitas, sementara si penulis udah menunggu di Indonesia dengan harap-harap
cemas. Ada 4 macam penilain, yaitu A (lulus tanpa revisi), B1 (lulus dengan
sedikir revisi), B2 (lulus dengan banyak revisi), C (tesis harus di-resubmit ke
examiner dengan revisi besar), dan D (tidak lulus). Biasanya revisi B1 dan B2
cuman harus dikembalikan ke ketua tim penguji, bukan ke examiner awal. Revisi
dilakukan di Indonesia, dokumen dikirim lewat email.
S-Submit
Sebuah kata sakti
buat PhD students. Artinya adalah kita menyerahkan tesis final kita kepada
pihak universitas menandakan bahwa sekolah kita udah selesai. Ini ‘selesai’ lho
ya belum tentu jadi PhD, karena untuk jadi PhD tesis tadi harus duji dulu sama
examiner dan dilakukan revisi (kalau ada, atas suruhan sang examiner tadi).
Sehabis submit, kita dan keluarga udah boleh pulang ke Indo. Walaupun itu kata
penting, tapi kata itu justru lebih sering dihindari dalam percakapan antar PhD
students. Hampir tidak pernah kita tanya ke temen: kapan submit-nya? Pertanyaan
yang sensitip.
T-Tesis
Kalo di Indo,
namanya lebih keren yaitu disertasi, kalo di Australi cukup tesis saja. Kalo
tesis di Indonesia kan untuk S2 ya? Jadi turun derajad nih!
U-University
Ranking
Sayangnya universitas
di Australia tidak menduduki ranking yang bagus untuk level dunia. Menurut survei
terakhir Times Higher Education World Reputation Rankings 2014, hanya terdapat
satu universitas di Australia yang masuk 50 besar terbaik di dunia, yaitu
Melbourne University di peringkat 43. Kalah jauh dibanding Jepang (University of
Tokyo, peringkat 11) dan bahkan Singapore (National University of Singapore,
peringkat 21). Walaupun demikian, bagi saya yang berprinsip ‘yang penting dapat
gelar PhD dari luar negeri, ranking universitas tidak terlalu penting, wong
bisa dapet beasiswa aja udah syukur’ ya gak masalah!
V-Very good
Kata favorit
profesor saya. Biasanya dia nulis pake tinta merah “VG” di draft tulisan saya.
Tadinya saya gak ngerti apa “vg” itu, tapi lama-lama saya tau itu singkatan
dari “very good”. Apakah itu basa-basi atau beneran saya gak tau, tapi yang
pasti menjadikan saya tambah semangat.
W-Wisuda Kecil
Ini adalah sebuah
istilah bagi student Indonesia untuk acara perpisahan untuk international
students. Karena sehabis submit, murid udah pulang duluan (tidak menunggu
lulus), maka oleh pihak Internatioanl Office diadakan acara perpisahan. Kalo
untuk murid S2 perpisahan ini memang wisuda beneran karena mereka sudah lulus,
maka untuk S3 mereka dipinjamin toga juga untuk dipakai, walaupun belum lulus
beneran. Yang penting bisa foto-foto pake toga dan fotonya bisa disebarkan ke
media sosial seolah-olah sudah lulus, dengan tidak lupa senyum sepuluh senti
dipamerkan.
X-X Factor
Adalah
faktor-faktor yang membuat jatuh tempo sekolah tidak terpenuhi, alis molor dari
rencana studi, sehinga student harus membayar sendiri biaya kuliah karena duit
beasiswa udah habis. Contohnya adalah pergantian supervisor, sehingga si
student harus mengubah tesisnya sesuai kehendak supervisor baru. Atau keasyikan
cari duit di negeri orang sehingga lupa bahwa tujuan ke luar negeri adalah
untuk sekolah, bukan cari duit. Atau justru supervisornya yang maha sibuk
sehingga tidak sempat-sempat memeriksa draft tesis muridnya. Bisa juga karena
(mendadak) hamil dan melahirkan, sehingga kesulitan membagi waktu.
Y-Yes
Sebuah kata
favorit kalo lagi diskusi sama profesor pembimbing. Lha gimana tidak, dialah
yang menentukan nasib kita apakah kita akan jadi PhD atau tidak, jadi ya
banyakan ‘ya’ nya dibanding ‘tidak’. Tentu saja kalo si pembimbing lapan-enam
sama kita. Banyak juga yang banyak terjadi perbedaan pendapat sama supervisor,
sehingga riset dan penulisan tersendat-sendat, bahkan sampai ganti supervisor
segala. Saking uniknya hubungan antara student dengan profesornya sampai secara
berkala di kampus diadakan seminar bagaimana seni menjalin hubungan dan
berkomunikasi dengan supervisor. Saya sih gak pernah ngikut seminar kayak gitu,
soalnya kita kan pasangan yang harmonis (halah!).
Z-Zzz
Saya dulu waktu
ngambil S2 di Amrik pernah mengeluh yaitu kenapa sih kok ujian mata kuliah
kebanyakan paper. Coba kalo ujian model SMA gitu: datang, duduk di kolasi ujian,
terus menulis di kertas jawaban. Lha soalnya bikin paper lebih sulit lho. Yang pasti
harus banyak baca referensi (buku atau jurnal), kemudian ditulis menjadi paper
yang panjangnya ditentukan sekian halaman. Jelas bisa memakan waktu
bermingu-minggu. Bandingin dengan ujian tulis di kelas yang palingan
berlangsung selama dua jam. Udah gitu bukan satu mata kuliah yang tugas
akhirnya bikin paper tapi ada banyak dalam satu semester. Akibatnya pikiran
selalu penuh dengan paper ini dan itu dan akibatnya susah tidur! Nah, bayangkan
kalo ngambil PhD. Selama empat tahun Anda harus nulis paper terus istilahnya,
dengan satu mata kuliah saja, dengan referensi yang minimal berjumlah 200 itu. Apa
gak terganggu tidur Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar