Benar juga, tiga
minggu setelah saya mendarat di Serpong, pak Prof ngemail bilang bahwa beliau
sudah selesai meriksa draft tesis saya dan siap untuk mendiskusikannya. Segera tanpa
nunggu waktu, saya beli tiketnya. Saya mendarat di rumah temen di Perth (kan
apartemen saya udah habis kontrak!), lalu besoknya saya meluncur ke kafe yang
sudah dijanjikan (kan dia udah gak punya kantor lagi di kampus, kasihan ya?). Saya
sengaja datang lebih pagi dari waktu yang dijanjikan dan segera mengetek meja. Seperti
biasa beliau tepat waktu. Langsung saya tawarin minum (saya yang bayarin
dong!). Segera kita ke pokok masalah, dengan saya yang rada grogi menunggu apa
vonis si Prof terhadap tesis saya tadi.
Langsung ke pokok
masalah, ternyata si Prof bilang bahwa secara overall tesis saya fine-fine aja.
Apa artinya ini? Biasanya (misal waktu saya setor draft artikel jurnal atau
paper konferensi) dia selalu bilang ‘very good’, tapi kenapa sekarang cuma ‘fine’?
Ya sudahlah, yang penting dia menerima dengan baik dan bilang bahwa beberapa
tabel kurang pas penyajiannya, beberapa bagian kurang rapi, kalau yang
lain-lain dia juga membuat catata-catatan dengan bolpen merahnya yang khas. Di kafe
itu kami bahas satu-persatu ‘kesalahan’ yang harus diperbaiki, sampai jelas
betul apa maunya dia. Lumayan juga durasi pertemuan ini, nyaris dua jam. Kesalahannya
enggak banyak sih, tapi tersebar di draft setebal lebih dari 200 halaman itu,
sehingga perlu waktu juga untuk membetulkannya.
Tapi setelah saya
liat-liat, ternyata tidak ada kesalahan yang ‘parah’ yang tidak bisa saya
handel. Semaunya managable. Saya perkirakan cuma perlu waktu seminggu buat
memperbaikinya. Terus abis ini saya apakan nih? Ternyata beliau sudah cukup
puas. Katanya kalo semuanya sudah selesai, tidak perlu lagi ketemu dia untuk
diskusi, melainkan langsung aja dimajukan ke pihak univeristas untuk dinilai
setelah terlebih dahulu diedit bahasanya. Dan untuk itu saya harus menyewa
proofreader (tukang benerin bahasa inggris) untuk memperbaikinya.
Habis pertemuan
itu saya lega, ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Ternyata tesis saya
baik-baik saja dan layak untuk di-submit. Kalo Pak Prof bilang begitu, ya
berarti memamng begitu! Ternyata begitu doang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar