Dahulu kala, maksudnya sih tahun yang lalu--tapi perasaan saya sudah lama banget, saya terpilih jadi satu di antara tiga orang dari Direktorat Jenderal Pajak yang aplikasi untuk S3 dari ADS, diteruskan ke ADS untuk diseleksi (short-listing)---untuk yang belum tau apa itu ADS, silakan lihat www.ads.org. Eh, ndilalahnya, hanya saya yang ter-short-listed. Artinya hanya sayalah wakil dari DJP yang dipanggil untuk mengikuti proses seleksi terakhir yaitu wawancara yang dilakukan oleh JST (Joint Selection Team: sebuah tim seleksi yang beranggotakan ilmuwan dari Indonesia dan Australia). Dalam hati lumayan optimis juga, masak wakil tunggal gak diterima...
Saya pun segera mencari tahu kira-kira siapa yang bisa menjadi narasumber untuk mengetahui seluk beluk wawancara. Terketemukanlah yang namanya Ibu Puspita (sekarang bertugas di Dit Kitsda). Beliau adalah S3 lulusan Australi dengan jalur yang sama dengan yang saya incar. Sumber yang sangat kredibel bukan? Setelah beliau memberikan kiat-kiat canggihnya, maka dia memberikan kesimpulan: Pokoknya ya mas Budi, kalo wawancaranya cepat selesai, berarti sampeyan diterima, kalo lama ya tanggung sendiri...
Sebelumnya lagi saya bertemu dengan salah seorang kenalan saya orang Aussie asli, nama panggilannya si Jeff, spesialis transfer pricing di ATO (kantor pajaknya Australi) sambil makan siang (tentu saya yang mbayarin, wong ada maunya!). Dia juga memberikan kiat-kiat yang tidak kalah mautnya, sambil ditutup dengan: Budi, kalau kamu ketemu orang Aussie, sok akrab aja bilang: G'day, mate? Got any Fosters? (merk minuman keras!)...
Dengan harap-harap cemas, saya pun tiba pada waktu-W, tempat-T, dan hari-H yang ditentukan oleh panitia. Benar juga, di dalamnya telah bersiap dua orang pengadil: seorang ibu-ibu dari Indonesia, dan seorang bapak-bapak dari Australia (saya masih inget nama si ibu itu, tapi yang laki sudah gak inget). Namanya aja baru pertama wawancara ya rada grogi, bahkan waktu si ibu yang ramah tersebut mengajak salaman, saya tidak menyadarinya. Apalagi untuk mengingat g'day mate resepnya di Jeff tempo hari.
Demikianlah, akhirnya saya pun dengan berkeringat (dingin) menyelesaikan wawancara. Waktu keluar dari ruangan, saya lirik jam tangan saya: wah, nyaris satu jam! Teringatlah saya pada kata sakti Bu Puspita: kalau lama berarti gejala kurang baik. Saya pun rada lemes...
Ternyata feeling saya memang tepat! Beberapa hari kemudian melayanglah sebuah surat penolakan dari ADS ke rumah. Isinya cuman selembar, tapi kejam: Saudara belum berhasil dalam seleksi tahun ini. Good luck untuk tahun depan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar