Sekarang bagian enaknya. Yang terutama, hidup dan sekolah di luar negeri itu akan membuka mata kita selebar-lebarnya. Oh, ternyata gini toh luar negeri itu. Pengalaman seperti ini tidak akan bisa kita peroleh kalo kita cuma membaca atau mendengar saja. Tidak juga akan kita alami kalo kita cuman menjalani kunjungan singkat (sebagai turis misalnya), karena kalo kita berwisata keluar negeri, kita cenderung melihat yang indah-indah saja. Dengan hidup di luar negeri, kita jadi punya wawasan tentang dunia luar, bagaimana suatu negara dikelola, juga bagaimana wujudnya adat, kebiasaan, dan budaya orang. Dari situ lantas kita bisa memilih mana yang bisa kita adopsi dan mana yang sebaiknya tidak kita tiru.
Selain membuka wawasan, tentunya hidup di luar negeri, juga membawa
manfaat-manfaat praktis. Yang terutama, banyak kesempatan jalan-jalan.
Jalan-jalan ini tidak harus mahal. Misalnya pergi ke pantai yang sangat terjaga
kerapihannya dan lengkap fasilitasnya (kamar bilas, toilet, tempat sampah,
parkir), tidak dipungut biaya. Juga taman-taman umum yang luas, bersih, dan
menyegarkan dan juga lengkap dengan ubo-rampenya (alat-alat fitness, barbeque, toliet,
parkir), tidak memungut biaya bagi pengunjungnya. Dengan mengalami begini, kita
jadi tau sampai sejauh mana, negara tercinta kita Indonesia ini, melayani
kebutuhan rakyatnya.
Manfaat lain yang sudah pasti adalah kita bisa menjadi warga dunia. Artinya
dengan sudah menjalani kehidupan di luar negeri, kita tidak akan “takut” pergi
kemana-kemana karena kita sudah tahu caranya berkomunikasi dengan mereka dan
sudah memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan orang. Dengan hidup di luar
negeri, kita mau tidak mau dipaksa untuk bisa berbahasa asing, dalam hal ini
bahasa Inggris, tentunya apabila Anda bergaul secara luas dengan semua orang,
bukan hanya dengan sesama teman Indonesia saja (Anak saya saja malah bahasa
Inggrisnya lebih bagus daripada saya). Saya yakin, dengan keterampilan bahasa
ini dan juga pemahaman Anda tentang budaya orang, kemanapun Anda pergi, tidak
akan takut. Anda misalnya kalo disuruh tinggal di kota lain, misalnya ‘kamu
harus pindah ke Middlesbrough tahun depan ya selama setahun’, pasti Anda tidak
akan blingsatan kalo Anda pernah tinggal di luar negeri (misalnya di Sydney),
daripada kalo Anda yang seumur-umur tinggal di Solo, misalnya. Atau tiba-tiba
Anda entah bagaimana nyasar di bandara di Sevilla sana (yang belum pernah Anda
kunjungi), tentu Anda tidak akan bingung kalo Anda sudah pernah tinggal di luar
negeri (di mana pun), dibanding dengan misalnya Anda yang selamanya tinggal di
Makassar sana.
Kalo punya duit banyak, Anda akan lebih beruntung lagi, bisa menjelajah
tempat-tempat lain. Pengalaman saya, setelah memeras keringat membanting tulang
seperti saya sampaikan sebelumnya, saya yang tinggal di Perth selain bisa pergi
ke kota-kota sekitar sini, juga bisa jalan-jalan ke Melbourne, Sydney, Gold
Coast, Brisbane, Auckland dan mengunjungi tempat-tempat wisata di sana. Atau
waktu saya sekolah di Amerika, saya bisa pergi ke Washington DC, Pittsburg, San
Fransisco, Los Angeles, Las Vegas. Apakah saya pamer maksudnya nulis ini?
Bukan, ini cuman mau mingin-minginin Anda saja!
Terus gak enaknya tinggal di luar negeri? Seperti yang saya bilang tadi,
yang gak enak pun sebenarnya ‘enak’ juga, jadi mari tidak kita bicarakan hal
ini di sini lagi!
Terakhir, tentang sekolah PhD itu? Harus diakui bahwa sekolah PhD lumayan
berat, karena itu adalah jenjang tertinggi akademik. Memang dibutuhkan kerja
keras dan daya tahan yang tinggi. Tapi sejujurnya saya tidak merasakan
berat-berat amat kok. Memang ada kalanya semangat naik turun, tapi kalo kita
bisa ingat kembali kepada tujuan sebenarnya tinggal di luar negeri, saya yakin
kok bisa selesai. Saya rasa kata kuncinya satu: kita bisa memanfaatkan waktu
secara efektif. Saatnya nulis ya nulis dengan benar, saatnya cari duit ya cari
duit, dan saatnya jalan-jalan sama keluarga ya silakan jalan-jalan. Saya aja yang
tidak pernah lembur di kampus (saya hanya di kampus dari jam 9 pagi sampai jam
14, Senin sd Jumat, Sabtu Minggu libur), bisa selesai kok! Oya, satu kunci
lagi: bahasa Inggris Anda harus bagus, karena itu akan mempercepat pemahaman
waktu membaca, memudahkan komunikasi, dan juga memudahkan waktu menulis. Itu
aja!
Kesimpulannya? Ayo pada sekolah di luar negeri! Lebih banyak enaknya daripada tidaknya. Percayalah! Kan yang nulis ini seorang PhD!