Baiklah sekarang saya mau menulis tentang akademis, katanya
saya ini mahasiswa PhD kok malah seringnya nulis yang enggak-enggak.
Sebagaimana pernah saya tulis di waktu lalu, persyaratan kelulusan saya adalah:
membuat disertasi (di tempat saya disebut tesis; kalo di Indonesia kan tesis
buat S2 ya? Entah kenapa jadi begitu) yang panjangnya maksimal 100 ribu kata
(tidak ada panjang minimal: 100 ribu kata ini kira-kira setebal 300 halaman
dengan ketikan satu setengah spasi; professor saya bilangnya ya minimal 200
halaman lah); terus menulis di jurnal (minimal dua jurnal klasifikasi A), terus
mempresentasikan hasil riset di dua konferensi. Udah gitu doang! Eh ya bukan
gitu doang ding, itu berat lho. Sebagai catatan: syarat kelulusan ini
berbeda-beda tergantung universitasnya, tergantung jurusannya, dan tergantung
pula pada dosen pembimbingnya, bahkan mungkin juga tergantung mahasiswanya. Ada
temen saya yang lulus PhD juga walaupun hanya nulis tesis plus satu jurnal,
itupun kelas B! Dan bahkan ada professor yang tidak mengharuskan jurnal maupun
konferensi (enak ya?).
Nah, saya mau cerita dikit mengenai anatomi sebuah tesis. Tesis
dimulai dengan Bab 1 yaitu Pendahuluan. Inilah bagian terpenting dari sebuah
tesis, kata dosen penguji, di samping bab mengenai kesimpulan tentunya. Karena kata
seorang dosen penguji (reviewer), biasanya dua chapter itulah yang dibaca sama
mereka untuk menentukan layak tidaknya tesis.
Dalam bab ini dibahas mengapa riset tertentu dilakukan
(kalau bahasa awamnya: ngapain sih deteliti, kurang kerjaan amat?), dengan
menyertakan alasan-alasannya. Biasanya alasannya ada dua, yaitu karena subjek
tersebut belum pernah diteliti oleh orang lain dan riset tersebut ada
manfaatnya. Untuk meyakinkan bahwa riset ini belum dilakukan oleh orang lain,
maka secara singkat diuraikan riset-riset dalam bidang yang sejenis (secara
rinci riset yang sudah dilakukan oleh orang lain akan dibahas di Bab
2-Literature Review, ntar kita bahas tersendiri), untuk meyakinkan bahwa ‘tuh
liat riset kayak saya ini belum pernah dilakukan orang kan?’. Juga dibahas
mengapa ini penting, artinya seberapa signifikan sih riset ini akan
menghasilkan sesuatu. Gampangnya, jangan sampai kita udah capek-capek riset,
terus orang bilang ‘halah cuman segitu doang?’. Abis menguraikan ‘apa’ risetnya, maka di bab
ini juga diuraikan metodologi risetnya kayak apa, terus cara pembahasannya
gimana, tidak ketinggalan istilah-istilah yang dipakai, batasan-batasan yang
ada, dan sistematika tesis biar pembaca tau bagaimana wujud tesis ini secara
keseluruhan.
Bab 2, Literature Review, membahas hasil-hasil penelitian dalam bidang sejenis. Di sini diuraikan mula-mula riset dalam bidang ini pertama kali dilakukan kapan, terus perkembangannya gimana, hasil-hasilnya gimana. Isinya bukan hanya daftar peneliti beserta hasil-hasilnya melainkan berisi analisis secara kritis, misalnya membandingkan hasil yang satu dengan yang lain, mengkritisi metodenya, menyarikan poin-poin yang penting. Pokoknya bab ini fungsinya mendemonstrasikan kepada pembaca bahwa kita udah tamat mempelajari sampai sedetil-detilnya semua riset dalam bidang serupa yang sudah dilakukan orang di seluruh dunia. Nah, ampuh kan?
Abis itu adalah biasanya Bab 3, yaitu metodologi. Ini
menguraikan metodologi apa yang kita gunakan dan mengapa itu digunakan.
Metodologi ada tiga, yaitu kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Abis
menguraikan metodologi, terus metode risetnya apa. Metodologi sama metode beda
lho ya? Methodology menyangkut dasar pemikiran, sedang metode menyangkut
caranya, misalnya dengan survei (ada mail survey, internet survey, interview),
observasi, studi kasus, atau eksperimen. Selain metodologi dan metode, dibahas
pula populasi penelitian dan sampel yang digunakan. Abis itu juga metode
analisisnya, dan pembahasannya termasuk ukuran satuan yang dipakai.
Bab 4, yaitu kondisi yang sekarang terjadi. Ini biasanya
yang paling gampang, karena hanya menguraikan fakta-fakta yang ada pada saat
penelitian dilakukan. Tinggal kompilasi data-data yang ada ditambah dengan
uraian di sana-sini, jadi deh.
Bab 5 dan kalau perlu Bab 6 (kalau satu bab gak cukup, biar
gak terlalu panjang) biasanya berisi hasil penelitian. Di sini disajikan table-table
yang didapat dari hasil penelitian, juga analisis statistiknya yang diperlukan.
Bab ini juga lumayan gampang, karena biasanya dengan program statistic (misalnya
SPSS), semua data kita bias hasilkan di computer tanpa kita capek menghitungnya
karena tinggal pilih variable input dan apa yang kita cari maka table sudah
otomatis dihasilkan. Tinggal mindahin ke tesis dan diberikan narasi seperlunya.
Kemudian Bab 7 akan menganalisis Bab 5 dan 6 dihubungkan
dengan kondisi yang ada (Bab 4), maupun hasil-hasil riset sebelumnya (Bab 2). Di
sinilah kecanggihan mahasiswa diuji, sejauh mana dia bisa menganalisis hasil
tadi dan mencari hubungan-hubungannya dengan variable-variable yang ada.
Biasanya juga diuraikan perbedaan dan persamaan riset yang dilakukan dengan
riset-rise terdahulu. Bab inilah yang paling sulit.
Selanjutnya Bab 8 atau bab terakhir isinya adalah kesimpulan
dan rekomedasi. Ini menghimpun seluruh hasil yang diperoleh, kemudian
rekomendasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pihak terkait sehubungan
dengan hasil itu. Biasanya bab ini rada gampang karena merupakan singkatan dari
bab-bab sebelumnya.
Demikianlah sedigit gambaran mengenai anatomi sebuah tesis.
Capek kan bacanya? Baca aja udah capek apalagi nulis tesis, hayo?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar