Seminggu sebelum candidacy, pak prof bilang saya harus menyelidiki tempat presentasi candidacy saya, karena tempatnya baru, bukan tempat biasa ngumpul di business school yang kebetulan sedang direnovasi. Walah, harus belajar ngeset peralatan di tempat yang baru nih! Pasalnya minggu itu saya sudah latihan presentasi di boardroom business school (di depan sekitar 6 profesor dan beberapa student di CBS), sudah tau di mana nyari notbuk sama proyektornya sekalian.
Hari H minus satu, saya meluncur ke tampat baru. Setelah nanya ke mbak resepsionis bule di situ, saya segera ditunjukin tempat yang baru. Wah, ternyata malah lebih enak, sudah ada computer, proyektor, dan layarnya sekalian terpasang, jadi tinggal masukin USB doang. Kalo di tempat lama, harus nggotong-gotong notbuk, proyektor, dan tanpa layar karena langsung nyorot ke tembok. Setelah mencoba di tempat baru ternyata lancar, tidak lupa saya nanya ke mbaknya di mana letak toiletnya! Ini penting lho, siapa tau saya mendadak kebelet tepat sebelum presentasi! Bahkan, saya punya temen pengajar public speaking, dia juga bilang bahwa hal pertama yang harus ditanyakan ke penyelenggara seminar adalah di mana letak toiletnya, karena dia sendiri walaupun sudah melanglang Indonesia, tetap harus pipis dulu lima menit sebelum ngomong!
Akhirnya hari H telah tiba. Bangun tepat jam lima, habis mandi saya ganti baju. Enaknya baju yang gimana ya? Apa pakai jas terus dasi sekalian, tapi kok saya liat professor di sini tidak ada yang berdasi, bahkan bersepatu kanvas sama baju lengan pendek. Apa saya pakai baju tangan pendek juga? Tapi takut kedinginan, nanti malah gampang kebelet! Akhirnya saya putuskan pakai jaket eselon dua saya. Bukan karena saya sudah eselon dua, tapi itu adalah jaket item pakai resleting di depan yang ngetren dipakai para pejabat eselon dua kalo lagi rapat di kantor dulu! Oke kayaknya mantap nih!
Acara dijadwalkan jam 10, saya udah di TKP jam 9. Setelah mengetes computer ternyata semua berjalan lancar, saya lihat meja di deket dinding, banyak plakat dari universitas di luar negeri yang terpajang di sana, rupanya Curtin banyak dikunjungi universitas luar negeri, terbanyak dari Cina. Ada pula dari Singapure, Malaysia, Hong Kong, India, dan tidak ketinggalan ada dari Unissula dan UNS! Lumayan, ada wakilnya dari Indonesia!
Pukul 9.30 ada mahasiswa datang bersama satu temennya, rupanya sesudah saya candidacy, giliran dia berikutnya. Pukul 9.50 profesor pembimbing saya dan pembimbing dia juga datang. Lah, mana yang lain? Katanya setiap candidacy biasanya ada sekitar 6-8 profesor penguji yang datang plus sekitar 5-6 mahasiswa yang mau nonton. Lha ini kok cuma ada satu profesor pembimbing saya sama satu pembimbing dia, terus satu student temen saya dan satu student temennya presenter berikutnya! Jangan-jangan kekurangan orang terus dibatalin nih, padahal persiapan sudah matang! Pukul 10, professor saya nelpon ketua tim penguji. Masya Allah ternyata dia lupa kalo hari itu harus datang! Wah, gimana nih, mosok ketuanya lupa. Pak ketua berjanji akan segera melucur dari rumah ke TKP, kan rumahnya deket. Jadilah acara ditunda sampai jam 10.30. Setelah pak ketua datang, acara segera dimulai dengan peserta hanya tiga professor plus dua student penonton. Profesor penguji yang lain tidak nampak batang hidungnya! Apa mereka juga pada lupa? Alamak, ini serius apa gimana?
Mulailah saya presentasi! Ternyata saya tidak berkeringat dingin seperti yang saya bayangkan, karena ternyata para profesornya tidak bertampang serius malah pasang muka santai. Juga mereka nanyanya juga bukan mau ngejatuhin, cuman nanya biasa doang! Wah, cuman begini doang tho candidacy itu! Habis presentasi sekitar setengah jam plus 20 menitan tanya jawab, saya disuruh keluar sebentar, mereka mau diskusiin vonisnya! Lima menit kemudian saya disuruh masuk kembali dan ternyata candidacy saya gak ada masalah, tidak ada yang harus diubah barang satu huruf pun! Cihuy! Berarti gelar saya nambah jadi PhD candidate nih! Hehehe..
Saya denger-denger ada juga beberapa candidacy yang hasilnya mengharuskan perubahan proposal, entah metodenya, entah landasan teori, entah latar belakangnya, baik sedikit ataupun banyak! Berarti saya beruntung nih, tidak harus mengubah satu kata pun di proposal, dapet professor yang gak reseh, sama penguji yang baik-baik, plus banyak penguji yang tidak datang di acara itu! Memang bener juga pepatah yang mengatakan: orang bodoh kalah sama orang pinter, tapi orang pinter kalah sama orang yang beruntung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar