Hari Minggu lalu ada sebuah tayangan tivi yang mencetak rekor sebagai tayangan yang paling banyak ditonton di Australia, yaitu menduduki nomor tiga sepanjang sejarah pertelevisian di sini. Acara tersebut menduduki nomor tiga setelah di peringkat satu pertandingan final Australian Open tahun 2005 antara Leyton Hewitt melawan Andre Agassi dan peringkat dua tayangan Olimpiade Sydney 1988.
Tahukan Anda acara apa itu? Tidak salah lagi, yaitu sebuah acara lomba masak! Nama acaranya adalah “Master Chef”, sebuah acara lomba masak yang disiarkan saluran tv “Ten” setiap hari Minggu malam. Sebagai penggemar acara “Kuliner Pilihan”-nya Bondan Winarno, saya sedikit-sedikit mengikuti acara tersebut. Nah, hari Minggu kemarin adalah grand final-nya, setelah satu per satu kontestan tereliminasi. Sedemikian pentingnya acara ini sehingga debat calon Perdana Menteri terpaksa dimajukan menjadi agak sore (mengenai Pemilu Perdana Menteri ini akan saya tulis tersendiri). Menurut tv acara final tersebut ditonton oleh sekitar empat juta penduduk Australia (padahal total penduduk hanya sekiar 22 juta!). Lomba masak gitu lo!
Peserta finalnya adalah Adam, umur 31 tahun, seorang lawyer keturunan Jepang, dan Collum, seorang mahasiswa bule umur 20. Lombanya terdiri dari tiga babak dengan pembawa acara yang jago membangun suasana. Babak pertama adalah lomba mengenal bumbu dan bahan masakan. Saya tentu saja sebagian besar tidak mengenal bumbu yang dilombakan. Jangankan dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia aja saya gak tahu bedanya jahe ama kencur. Yang lucunya, si Adam ini tidak tahu salah satu benda yang ditunjukkan, padahal cuma sebuah jambu! Babak kedua adalah masak cepat, di antaranya adalah membuat omelet! Saya juga bisa! Di babak ini keduanya disuruh membuat tiga buah masakan dalam waktu satu jam. Babak ketiga adalah membuat sebuah hidangan pencuci mulut yang contohnya disajikan oleh seorang chef terkenal di Australi, entah siapa namanya, yang bahan dasarnya adalah, tidak salah lagi, jambu merah!
Singkat cerita, si Adam menjuarai lomba tersebut, dan mendapatkan hadiah kontan 100 ribu dolar dan hadiah lain-lainnya termasuk belajar dari koki-koki terkenal di seluruh dunia. Yang membuat saya rada kagum, selain hadiahnya, tentunya adalah cara mengemas acara tersebut. Kalo di Indonesia acara masak-memasak disiarkan pada pagi menjelang siang dengan audiensnya ibu-ibu. Lha ini di sini disiarkan waktu prime time Minggu malem jam 7.30, di mana semua penduduk sudah di rumah (karena semua mal di Perth kalo hari Minggu tutup jam 5 sore!). Acara lengkap dengan iringan music yang menggetarkan, kemudian penonton yang sangat antusias, serta juri-juri yang berbobot. Memang, packaging menjadi unsure yang sangat menentukan keberhasilan acara.
Jangan-jangan karena di Australi gak ada pembantu ya, sehingga orang sangat menikmati acara ini?
sedikit koreksi pak, tahun 2005 itu pertandingan tenis antara Hewitt lawan Marat Safin :-)
BalasHapusMaster Chef australia taon ini day season 7 dan istri saya suka bgt nontonnya hehe