Kalo ada suatu institusi yang istri saya paling 'benci' ya satu ini: Imigrasi Australia! Ceritanya panjang, bermula dari permohonan visa dia (dan Aby) ke Australi untuk menemani saya. Waktu itu permohonannya lama banget prosesnya, gara-gara katanya ada bekas luka di paru-paru istri saya tersebut. Setelah melalui pengecekan selama nyaris dua bulan dengan bolak-balik ke dokter yang ditunjuk di Jakarta, keluarlah itu visa. Tapi ini visa bukan sembarang visa, melainkan diembel-embeli dengan sayarat bahwa istri saya harus dateng ke klinik paru-paru yang sudah ditunjuk Imigrasi di Perth sini setiap enam bulan sekali untuk difoto ronsen. Sebagai warga taat hukum, kami melakukan pemeriksaan tersebut beberapa kali sampai kira-kira udah empat kali baru dinyatakan 'klir' sama itu klinik, dan kata mereka gak usah balik lagi. Lega dong kami?
Ternyata walaupun sudah dinyatalan klir sama klinik, tetep aja di imigrasi bandara istri saya selalu bermasalah. Gak peduli dia mau balik ke Indo maupun dateng lagi ke Perth, setiap abis melalui pintu imigrasi, selalu dia disuruh menghadap dulu sama petugas imigrasi khusus yang bukan di pintu imigrasi. Dan selalu ditanya-tanya mengenai paru-parunya, dan selalu dijelaskan bahwa statusnya sudah klir. Begitu terus, jadinya tiap masuk bandara Perth selalu menjadi penumpang terakhir yang ngambil tas bagasi, yang lain udah beres pulang semua. Kebetulan saya jarang pulang bareng istri ke Indo jadi detil pertanyaannya saya gak tau, tapi yang pasti istri saya kesel banget kenapa selalu dimasukin ruang khusus padahal status udah gak masalah.
Nah, kemarin dulu, kebetulan saya sekeluarga baru pulang dari Jakarta, saya baru ngalamin peristiwa ini. Jadi pas mau masuk pintu imigrasi, si petugasnya bilang kami harus ketemu dulu sama bosnya. Nah, rupanya begini toh ceritanya. Si bos imigrasi bilang ke istri saya 'data kamu gak ada nih di komputer, jadi kamu gak bisa masuk ke Australi'. Tentu saja istri saya kaget! Lha, itu paspor udah dicap keluar masuk ke Perth bolak balik kok gak masalah? Si petugas tetep gak ngijinin, sambil berkeras 'pokoknya datanya gak ada di komputer' (mulai keluar jurus 'pokoknya'). Lha tentu saja istri saya tambah kesal, terus bilang 'telpon aja tuh klinik, tanyain ke sana apa saya bermasalah'. Mereka mencoba telpon, tapi rupanya klinik udah tutup karena udah di atas jam 17. Saya mulai jengkel, saya bilang 'ini kami udah rutin ke klinik dan dinyatakan klir, kalo gak ada di komputermu ya bukan masalah kami' kata saya dengan rada keras. Eh, si bule malah ngancam 'hey, saya bicara sama istri kamu, kamu gak usah ikut-ikutan!' Waduh, kok gitu caranya. saya tambah kenceng ngomong: 'Lha itu kan bukan salah saya kenapa data gak ada di komputer, kan kliniknya punya pemerintahmu juga, kenapa kami yang bermasalah'. Eh, si bule keluar katroknya bilang: kamu gak usah ngomong, sekali lagi ngomong saya usir kamu!' Idih, kampungan amat!
Akhirnya, setelah si imigrasi diskusi sama temen-temennya, barulah istri saya boleh masuk ke Perth, tapi tentu saja ditambah ancaman: 'ini dalam waktu seminggu kamu harus nelpon ini untuk mengklirkan masalah (sambil diberikan nomer telpon departemen imigrasi), kalo dalam waktu seminggu kamu gak telpon, kamu bisa diusir dari Australi!' Sambil ngomel-ngomel kami segera pulang dengan badan capek dan emosi tinggi!
Besoknya sesuai dengan yang disuruh, saya yang kebagian nelpon. Dan tahukan Anda bahwa nelpon di sini itu sulit nyambung? Nelponnya sih gampang, tapi sampai terhubung ke orang beneran sulitnya minta ampun! Percaya deh, costumer servive di Indonesia jauh lebih bagus dalam hal ini. Pertama, nomor telepon diputer, terus sama mesin penjawab dikasih beberapa alternatif, nomor sekian untuk urusan visa, nomor sekian untuk paspor dsb. Itu step udah saya ikuti semua, akhirnya setelah kira-kira masukin lima kali pilihan, barulah ada orang yang menjawab (lain kali akan saya tulis masalah telpon ini di entri lain!). Setelah dijelaskan, sama si orang, dilempar lagi ke orang lain, kemudian dilempar lagi, akhirnya malah kembali ke menu awal, jadinya masalah gak selesai-selesai! Besoknya saya coba laigi, kejadina yang sama terulang kembali. Begitu terus udah tiga hari dicoba belum beres-beres juga!
Karena lewat telpon gagal, terpkasalah kami ke Kantor Imigrasi betulan yang ada orangnya! Letaknya kira-kira 10 km dari rumah. Sampai di kantor imigrasi, antre sebentar lalu ketemu petugasnya. Kasus dijelaskan ke dia. Eh, tahukan apa jawabnya? Wah, kalo masalah begitu bukan bagian kami, telpon aja di nomor ini (sambil memberikan suatu nomor)! Lha apa gak gondok coba, udah pergi di kantor imigrasi, ketemu petugasnya, eh, malah disuruh menelpon ke nomor yang dulu diberikan oleh petugas imigrasi bandara. Lha orang ini apa gunanya? Segera kami jelaskan bahwa kami udah nelpon kemarin dulu, gak ada hasilnya. Si petugas kantor tetep berkeras 'kamu tetap harus nelpon nomor itu'. Weleh-weleh...
Dengan perasaan dongkol setengah mati, kami telpon nomor itu. Rupanya di kantor imigrasi itu ditaruh beberapa telpon, yang gunanya untuk nelpon kantor imigrasi! Aneh gak sih, udah di kantor imigrasi, ketemu orang imigrasi, eh tapi malah disuruh nelpon kantor imigrasi! Kejadian yang sama terulang, pencet nomor, ditanya sama mesin, tujuan apa, dst seperti kalo nelpon sendiri. Kembali dilempar ke beberapa orang, kemudian terakhirnya kembali lagi ke menu awal. Begitu terus, kira-kira abis waktu sekitar satu jam untuk mendapatkan clearance lewat telpon itu, dan nyatanya emang dinyatakan 'kamu gak ada masalah kok'. Cape deh...
Setelah klir, akhirnya kami pulang, dan ya emang begitu doang. Gak ada masalah apa-apa. Sampai sekarang saya masih heran kenapa komputer klinik gak nyambung sama komputer bandara, dan kenapa kesalahan ditimpakan ke kami untuk membuktikan ketidakmasalahan kami. Malah instri saya bersumpah bahwa dia tidak akan kembali ke Australi lagi selamanya! Gawat kan? Untung sekolah saya udah mau selesai!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar