Senin, 22 Oktober 2012

Pengaruh Pergaulan

Salah satu efek hidup di sini, selain menimba ilmu di sini, termasuk belajar dansa di dalamnya, saya pikir si Aby rupanya juga terpengaruh pola pikir orang sini, entah ini positip atau negatif saya gak tau. Contohnya begini:

Suatu saat dia bilang: Hi dad, why are you working at an office? The life in the office is so boooring, sitting and typing all day. Why don't you become construction worker, or gold digger, or a field scientist?
Dalam hati saya: Oo alah le, le..belum tau ya construction worker alias kuli bangunan atau penambang emas kerjanya berat, mendingan di kantor, ruangan dingin ber-AC!

Terus suatu hari waktu kami sekeluarga belanja kebutuhan pokok di supermarket, kami bertemu dengan dua orang temen kuliah. Kedua orang ini tidak membawa keluarga ke Perth, jadi mereka bujangan lokal dan tinggal serumah. Kami mengobrol dengan mereka sebentar, mereka juga lagi belanja. Habis mereka meneruskan belanjanya, Aby komentar dengan polosnya: Are they gay? 
Wah cilaka nih, ... jadi dalam bayangan dia kalo dua orang sesama jenis tinggal serumah, terus mereka pasti gay gitu?

Pada suatu hari saya sama nyonya nonton pertandingan tenis di tv. Biasa dong sebagai penonton kami menjagoin pemain masing-masing. Saya njagoin Dokovic sementara nyonya jagoin Federer. Saling meledek jagoan lawan kalo lagi kehilangan angka. Melihat kami begitu semangat mendukung, si Aby komentar: Hey, why don't you stop arguing each other, are you going to break up? Later, dad will become ex-husband and mum will become ex-wife!
Waduuhh...

Selasa, 16 Oktober 2012

Tidak Ada Perlawanan

Saya itu paling seneng kalo belanja di sini, semua bisa dikembalikan, kalo gak cocok. Tadinya saya juga ragu-ragu tapi setelah dicoba ya lancar-lancar aja tuh.

Pertama, suatu kali si Aby ada kegiatan dansa di sekolah, dan dia perlu celana jins baru. ya udah, beli di Target, toserba murah-meriah, harganya $20. Keesokan harinya, dansalah dia di sekolah. Eh, entah bagaimana si celana itu di bagian lututnya robek dikit, mungkin dia jatuh atau apa, dia gak ngaku. Wah, rugi dong, celana baru dipakai sekali langsung robek. Tapi lihat punya lihat kok celana masih bersih, mungkin bisa dibalikin. Ya sudah dengan sedikit diberani-beraniin, saya ke tokonya sambil membawa itu celana robek dikit, terus bilang sama customer service-nya: Mbak, ini celana kemarin saya beli kok ternyata lututnya sobek ya, kemarin saya gak cek bener kayaknya (dengan ekspresi memelas). Tanpa menunggu lama dan tanpa konsultasi dengan atasannya, si mbaknya langsung jawab: ya udah, ini mau dibalikin duitnya apa tuker barang baru? Ya sudah dengan senyum kemenangan saya jawab: Ganti baru aja deh mbak, ntar saya cari di dalem. Udah gitu doang!

Kedua, saya beli DVD player abal-abal, mereknya Palsonic, entah merk mana ini. Saya belinya di Rick Hart, harganya $28 (murah ya?), garansi setahun. Selama ini dipakai lancar jaya, tahu-tahu kemarin dulu ngadat. Waduh, mana ada tukang servis DVD di sini! Lihat punya lihat, ternyata kartu garansi masih ada, dan ternyata umurnya (baru) sebelas bulan lebih 10 hari. Yang penting masih belum setahun, pikir saya, siapa tau bisa dibalikin. Ya udah si DVD malang itu dibawa ke toko, sekaligus bawa kartu garansi. Eh, sampai di tempat ternyata nama tokonya udah diganti, jadi Harvey Norman. Saya baru ingat bahwa jaringan toko Rick Hart udah dibeli sama Harvey Norman. Ya terlanjur udah nyampai di toko, saya klaim ke mbak-nya yang di situ: mbak ini DVD saya rusak, padahal belum setahun lho sesuai garansi, gimana sih? Dia terus coba itu DVD, dan ternyata memang gak nyala. Eh, ternyata walau nama tokonya ganti, dia masih menjamin. Terus dia nanya: ini mau ganti uang apa ganti barang? (rupanya ini pertanyaan standar kalo barang dibalikin). Jawaban saya tetep sama: ganti barang deh mbak! Lancar jaya...

Ketiga, saya beli ketel pemasak air (walau air ledeng di sini bisa langsung diminum tapi seumur-umur saya gak pernah coba), harganya cuman $8, garansi setahun. Eh, belum sebulan udah rusak. Saya bawa ke tokonya, pertanyaan sama: tukar uang apa ganti baru? Jawaban saya sama: ganti baru. Terus saya pulang dengan ketel baru. Eh ndilalah lagi, barang barunya setelah dipakai kok ya rusak lagi belum sebulan (dalam hati, lha wong beli cuman $8 aja minta awet!). Tetep saya bawa ke tokonya untuk kedua kalinya, tapi jawaban saya ganti: tukar uang aja deh mbak, merk itu gak awet. Udah deh, duit masuk rekening! Akhirnya saya beli di K-Mart yang sekarang, dan masih sehat walafiat.

Terakhir: kemarin saya beli antena TV, rada mahal $79, habis sinyal di tempat saya yang baru jelek banget. Setelah saya pasang, ternyata tetep gak kinclong juga gambar di tv, masih bruwet. Waduh gimana nih, ini kan bukan kesalahan antena, tapi kesalahan daerah saya yang sinyalnya jelek. Ya tapi pantang menyerah, tetap dicoba juga dibalikin. Kepada si mbaknya seperti biasa: mbak ini saya balikin, gak bisa nangkep sinyal (dengan harap-harap cemas, wong bukan salah antenanya!). Si mbak segera lihat barangnya masih terbungkus rapi dengan bon belinya, terus bilang: mau ganti uang apa barang? Lha jawaban saya gampang: ganti uang! (wong bukan salah antenanya, mau ganti barang ya percuma!)

Nah, gampang kan? Pernah saking baiknya toko di sini, beli bolampun bisa dibalikin, hanya karena saya belinya kekecilan dratnya! Padahal kalo dipikir, berapa sih harga bolam dibanding ongkos jalannya! Juga pernah saya balikin lampu tidur yang harganya cuma $5 atau setrika yang harganya $7! Dasar kurang kerjaan!

Senin, 08 Oktober 2012

Orang Paling Kampungan

Selain ada orang bule kampungan, ternyata ada juga orang Indo yang sangat, sangat kampungan. Ceritanya begini:

Menjelang 17 Agustusan tahun ini, pihak Konjen mengadakan berbagai macam pertandingan olahraga, salah satunya adalah sepakbola. Tentu saja saya sebagai penggiat olahraga, ikut berpartisipasi. Sayangnya cuman ada bola kaki; coba kalo ada tenis lapangan atau bola voli, tentu saya lebih seneng lagi. Nah, di Perth sini saya ikut klub bola yang namanya Aipssa, yang isinya adalah para post graduate student, yakni para pelajar S2 sama S3. Bayangkan apa gak lucu, para student yang hari-harinya diisi dengan nulis tesis, disuruh main bola, yang jelas jadinya sepakbola hiburan. Yang lebih lucu lagi, lha kok saya yang ditunjuk jadi kapten kesebelasan Aipssa. Belum tau tugas kapten kan? Ya itu dia, ikut undian penentuan grup,kemudian dipanggil panitia untuk technical meeting, lalu kalo di lapangan mengawali salaman sama tim lawan, sampai menentukan siapa yang main (halah!). Inilah foto kesebelasan lucu tersebut (kalo belum tau kaptennya ya yang nomor 16 itu, kata teman saya katanya mirip Andres Iniesta, tapi cuman bentuk kepalanya doang, mainnya gak tentu. Tapi kan Iniesta gak bisa nulis disertasi!):


Singkat cerita, skor akhir kesebelasan kita dan sampai babak berapa kita maju, tentu gak penting, yang penting ikut mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Dan Anda tau arti frasa "skor tidak penting" kan? Maksudnya yaaa.. tau sendirilah... Pokoknya sebelum main Pak Kapten (ya saya sendiri) membrifing: sasaran kita main bola cuman tiga: tidak cedera, main santai, dan kalo bisa bikin gol.

Lalu di mana letak orang Indonesia kampungannya? Nah, ceritanya sebelum kita main, ada kesebelasan lain yang bertanding yaitu PN melawan M. Karena kita belum main, ya kita nontonlah pertandingan itu. Rame bener, pokoknya lebih rame daripada Liga Indonesia yang gak jelas itu. Terjadi adegan tackle men-tackle yang seru. Entah bagaimana, terdengar teriakan-teriakan marah di lapangan, lau terdengar bakbikbuk, sampai ancam-mengancam segala, tuding-menuding muka. Wah, seru banget rupanya mereka berantem! Banyak tendangan kungfu melayang, jotosan bertubi-tubi, adegan kejar-kejaran, wah pokoknya kayak di Indonesia lah! Wasit meniup peluit berkali-kali gak digubris, orang yang mau misah malah dibogem mentah, sampai para penonton teriak-teriak: hey malu tuh banyak anak-anak..hey malu dong ada Pak Konjen nonton..

Akhirnya setelah banyak penonton memisahkan, barulah perkelahian berhenti. Rupanya penyebabnya adalah ada salah satu tackle yang keras menjurus kasar, dan korbannya gak terima, lalu bales tackle, lalu yang lain saling membela dan seterusnya! Akhirnya pertandingan dihentikan setengah jalan!

Nah, kampungan kan?